Aku menyadari om Hans sesekali mencuri pandang ke arahku melalui spion tengah. Aku pura- pura tidak peduli dengan menyandarkan kepala pada jok mobil dan memejamkan mata. Sebelum memejamkan mata sekilas kulihat om Hans melepas jasnya, gerah mungkin.
"Humb..." tiba- tiba rasa mual yang aku rasakan saat pagi kembali kurasakan di saat yang tidak tepat. Spontan om Hans menoleh ke belakang diikuti om Anjas yang menatapku dengan cemas. Aku menutup mulut dan mengangkat kepala bertemu pandang dengan mata hitam kelam yang menatap mataku menyelidik.
"Kamu kenapa, Rey? Sakit?" suara om Anjas terdengar cemas.
"Ah enggak Om, cuman ini kan udah lewat jam makan siang, perutku sedikit gak enak mungkin maagku kambuh," dengan lancar aku berbohong, ya akhir- akhir ini aku sering berbohong. Setiap pagi aku tidak ikut sarapan bersama karena menyembunyikan rasa mual dan saat ditanya aku harus berbohong dengan mengarang berbagai
"Terima kasih Om," Reyna menerima dengan ragu dan pandangan yang masih menunduk. Masih tidak mengerti dengan tindakan Hans, berlebihan untuk sebuah basa basi sepertinya."Jaga diri baik- baik di sana."Reyna hanya mengangguk."Rey, buruan!" Rayan memanggilnya.Reyna menatap keluarganya satu persatu, merekam sebanyak- banyaknya keberasamaan hari ini dan terakhir ia menatap Hans yang berdiri menjulang di hadapannya. Tanpa mengatakan apapun Reyna melambaikan tangan sambil tersenyum kemudian berbalik. Di depan sana Rayan menunggunya dengan cemberut."Lama banget sih, Rey? Kalau liburan kan kita bisa pulang. Gak perlu banyak drama gitu," gerutu Rayan membuat Reyna tersenyum."Kita gak tahu apa yang akan terjadi nanti, Ray," Reyna menimpali masih sambil tersenyum dan menggamit lengan Rayan agar sahabatnya itu tidak cemberut lagi.'Tidak Ray, entah
Faira menatap Reyna kaget."Mau aku bantu?" tanya Reyna dengan menaik turunkan alisnya menggoda.Faira hanya tertunduk dengan wajah memerah karena malu. 'Lucu sekali, cocok untuk Rayan yang cuek dan kadang pecicilan' batin Reyna."Kamu gak marah?" tanya Faira membuat Reyna mengernyitkan dahi tanda tak mengerti."Kenapa harus marah?""Kalian kan dekat," Faira berusaha menelisik lebih dalam."Jadi kamu belum percaya kalau aku bilang kami cuma sahabat?" rupanya gadis di depannya ini masih tidak percaya."Sorry, tapi melihat kedekatan kalian kurasa banyak yang tidak percaya," dari gestur dan cara berbicara Faira, gadis itu terlihat merasa tak enak dengan apa yang ia utarakan."Aku mengerti," alih- alih marah Reyna justru tersenyum mendengar keterus terangan Faira."Aku tidak memaksamu untuk percaya."
"Udah mbak, biarin kami makan dulu ya, udah laper banget nih. Lagian makanannya kelihatan enak- enak, sayang kalau dianggurin," Hans menengahi kasihan melihat Anjas terus dibully."Jiah si kunyuk pinter banget ngambil hati calon ibu mertua," berkat ucapannya Anjas mendapat hadiah dari Hans berupa lemparan pena yang berada di saku kemeja pria itu.Ha.. ha.. ha..Anjas tertawa keras sementara Riana dan Rashad hanya mesem- mesem.Waktu begitu cepat berlalu. Kehamilan Reyna sudah memasuki bulan kesembilan artinya sebentar lagi anaknya akan lahir ke dunia. Dia pun sudah mengurus cuti kuliahnya. Saat ia bosan di rumah ia akan menghabiskan waktu untuk mencoret- coret kanvas. Memang tak semahir para pelukis profesional tapi not bad lah. Ternyata bakatnya tak hanya menggambar design dan membuat maket.Rayan dan Faira akhirnya menjadi sepasang kekasih berkat campur tangan Reyn
Tak ada siapapun di kamar perawatan ini artinya tak ada siapapun yang menungguinya. Mungkin memang seperti itu, tak ada orang yang benar- benar mengharapkannya membuka mata. Ia teringat tadi ia terbangun karena memimpikan seorang anak kecil yang menggenggam jemarinya. Rasa hangat jemari mungil yang menggenggamnya itu bahkan masih terasa di jemarinya.Terdengar suara pintu dibuka dan ditutup. Saat menoleh ternyata Anjas keluar dari kamar mandi di ruang rawat Hans."Sudah sadar?" Anjas menghampiri Hans yang hanya diam termenung melihat langit- langit kamar rumah sakit."Sebentar aku panggil dokter," karena tak mendapatkan respon, Anjas hendak menekan tombol di sebelah ranjang Hans namun dicegah oleh Hans."Tidak perlu, aku sudah lebih baik," katanya sambil tersenyum."Kamu yakin?" Anjas memastikan.Hans mengangguk sebagai jawaban."Syukurlah, kamu kok tumben nyetir gak hati- hati?""Hhh.." Hans menghela napas pe
"Siapa bilang Reyna jomblo?" nenek Michele menyela perdebatan dua sahabat itu.GotchaFaira tersenyum licik. Rencananya berhasil. Dia harus memastikan sesuatu."Nenek tahu? Jadi Reyna cerita sama Nenek tapi dia tidak cerita pada kami?" Faira bertanya dengan menggebu- gebu."Cerita apa?" Rayan tak mengerti arah pembicaraan Faira."Itu Reyna. Aku lihat kemarin dianterin pria ganteng. Tapi dia gak cerita sama kita kalau punya kekasih," Faira menjelaskan dengan bibir cemberut."Bener Rey?" Rayan bertanya memastikan."Gak bener itu. Kemarin aku emang dianter pulang sama manager aku. Tapi kami gak ada hubungan apa- apa kok," Reyna menjelaskan."Bohong!" sahut Faira. "Tadi Nenek juga bilang kalau kamu gak jomblo lagi kok. Iya kan, Nek?""Apa?" nenek menyahut."Tadi Nenek bilang kalau
Hans terdiam, Anjas benar. 'Kenapa tak terpikirkan olehnya tadi?' batin Hans.Diambilnya ponsel disaku celananya dan mencari kontak orang kepercayaannya di sana.Beberapa saat bercakap- cakap dengan wajah yang serius akhirnya Hans memutus sambungan ponsel dengan senyum terkembang di bibirnya."Thanks, Jas.""Gak masalah. Bukan hal besar.""Tapi solusi buat aku. Gak tahu kenapa hal sepele seperti ini tapi otakku buntu. Bahkan tak terpikirkan olehku.""Akan menjadi hal yang tidak sepele jika apa yang dikatakan mantan kamu itu adalah hal yang benar," Anjas memperingatkan."Menurutmu gimana?" tanya Hans setelah diam beberapa saat untuk berpikir."Kalau hal itu salah akan mudah menyelesaikannya. Akan berbeda jika hal itu benar. Yang terpenting jangan mudah percaya rumor. Kamu tahu sendiri seperti apa berita
Tak ingin berlama- lama Hans segera menyusuri rak dan mengambil barang belanjaan yang ia perlukan.Saat mengantri di kasir ia melihat seorang wanita yang keluar dari supermarket dengan membawa belanjaan di tangan kiri dan tangan kanan menggandeng anak kecil. Wanita yang sangat ia kenali meskipun hanya melihat dari belakang.Jessica.Berarti memang benar, Jessica tidak berbohong, terlepas mengenai benar tidaknya anak itu adalah anak Hans tapi anak itu benar- benar ada. Pikiran Hans kembali kacau.Keesokan harinya Hans pergi ke kantor dengan wajah yang tidak lebih baik dari kemarin. Pasalnya malam ini ia memimpikan anak laki- laki itu lagi."Papa, don't you miss me?" tanya anak itu dengan wajah murung dan tertunduk.Hans buru- buru menghampiri tapi anak itu malah menjauh."Don't you miss me, Papa?" ulangnya.
Hans segera bangkit menyambut kedua tamu penyelamatnya."Siapa wanita cantik ini, Hans?" tanya Rashad dengan senyum menggoda."Dia teman lamaku Bang, Jessica. Jessica kenalkan mereka rekan bisnisku Anjas dan Bang Rashad," Hans memperkenalkan mereka, tapi kata teman lama yang keluar dari mulut Hans membuat hati Jessica mencelos. Dia kira setelah acara maaf- maafan tadi hubungan mereka sudah kembali seperti semula."Ah kamu ini Hans. Masa' teman lama sih? Jangan percaya Bang. Dia ini mantannya Hans yang di Jerman dulu," Anjas yang bisa sedikit membaca situasi mulai mulai melempar umpan.Jessica menunduk menyembunyikan senyum kecilnya. Merasa ada seseorang yang berada dipihaknya dan membantu mendorong Hans lebih mendekat padanya."Mantan? Oh mantan yang mau dilamar gak jadi itu?" Rashad menatap Hans dengan senyum mengejek membuat Jessica melotot kaget karena mereka tahu sepak terjangnya.Hans menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal
Hans mengecupi kening Reyna yang tengah berbaring di ranjang mereka."Terima kasih Sayang, terima kasih," ucapnya berulang- ulang.Tadi pagi Reyna merasakan mual dan muntah yang membuat Hans panik dan memanggil dokter keluarga ke rumah. Dan menurut hasil pemeriksaan dokter Reyna positif hamil 5 minggu. Semua orang di rumah Reyna bersorak senang namun orang yang paling berbahagia tentu saja sang ayah si jabang bayi. Hans tak bisa berkata- kata, matanya berkaca- kaca dan langsung menghambur memeluk tubuh sang istri membuat semua orang mencibirnya terlebih Anjas."Ck... kamu ini memang pria brengsek yang beruntung Hans," cemooh Anjas yang mendapat hadiah cubitan di perut oleh sang istri.Ya, akhirnya Anjas dan Laila memutuskan menikah setelah enam bulan pernikahan Reyna dan Hans. Bahkan saat ini Laila tengah hamil 4 bulan. Wanita itu bersyukur perilaku buruknya di masa lalu tak mempengaruhi kesehatan rahimnya. Justru Reyna yang memang harus sedikit bersabar karena baru mendapatkan kabar
Hans menatap Rayan penuh permusuhan. Kesuksesan Reyna mengelabuhinya di malam pengantin mereka ternyata ada sutradara amatir di balik layar. Ya, Rayan menyuruh Reyna bersandiwara untuk menolak Hans dan berpura- pura masih trauma. Namun sang istri yang tidak tega padanya akhirnya memilih jujur di malam keempat dan menyerahkan diri sepenuhnya pada sang suami. Bahagia tak terkira tentu saja memenuhi dadanya tapi tak bisa dipungkiri, Hans menyimpan secuil dendam pada Rayan.Dan disinilah mereka sekarang. Duduk saling berhadapan di kursi tunggu bandara. Hans mengajak Reyna untuk mengunjungi putra mereka di Australia sambil honeymoon tentu saja. Tapi Faira dan Rayan sepertinya akan merusak rencananya. Karena mereka memutuskan untuk ikut dengan alasan rindu pada teman- teman mereka di negara itu."Ngapain kamu ngelihatin Rayan seperti itu?" tanya Faira sinis setelah beberapa kali memergoki Hans yang menatap Rayan penuh permusuhan."Punya mata kok, emang salah? Kalau gak boleh dilihat masukin
Hans keluar dari kamar mandi hotel dengan rambut basah. Istrinya tengah tertidur nyenyak dengan posisi meringkuk di sisi kanan ranjang. Dengkuran halusnya membuat Hans tak bisa kembali tidur. Sekali lagi dirinya kembali diuji. Entah ujian atau karma lain atas dosa- dosanya di masa lalu. Namun dirinya tak peduli. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya bahwa ia rela menjalani karmanya yang tentu saja sepaket dengan anugerah terindahnya. Beberapa jam lalu saat Hans sudah siap meng-unboxing istrinya dengan penuh semangat, tiba- tiba istrinya yang terlihat gugup meminta izin ke kamar mandi. Dengan raut pasrah, terpaksa dirinya mengangguk lemah. Memandang lesu ke arah juniornya yang menggeliat. Menggaruk kepalanya frustasi karena acara buka puasanya tertunda. Sampai hampir 30 menit tetapi sang istri tak juga keluar dari kamar mandi membuatnya khawatir terjadi apa- apa dengan Reyna.Tok tok tok"Sayang? Kamu baik- baik aja kan di dalam?" tanya Hans khawatir."I.. iya! Reyna baik- baik aj
Tak ada yang tidak mungkin bagi Hans. Meskipun membuat EO kualahan karena mengubah konsep pertunangan menjadi pernikahan namun dengan menyodorkan check kosong tak bisa membuat pihak EO mundur. Uang memang punya kuasa tertinggi.Tak hanya EO, Riana pun tak kalah heboh karena harus menambah list tamu undangan dan mengecek segala persiapan lainnya. Maklum Reyna anak satu- satunya jadi perhelatan harus sebaik mungkin. Si pengantin wanita ngambek karena semua terkesan mendadak bahkan Faira yang menerima undangan pertunangan dan kemudian menerima undangan pernikahannya mencecar dan mengira bahwa dirinya kembali dihamili oleh Hans sebelum menikah. Yang terlihat santai hanya Rashad sementara Anjas uring- uringan karena merasa dilangkahi.Dan disinilah mereka sekarang, berdiri di pelaminan yang megah dan mewah menyalami tamu undangan setelah tadi pagi melangsungkan akad nikah di tempat yang sama. Senyum tak pernah luntur dari bibir Hans yang kebahagiaannya tak terkatakan. Di sampingnya Reyna se
Jessica tersenyum lebar saat menerima pesan dari Hans tadi malam. Pria itu memintanya datang siang ini ke kantornya bersama Joane. Mungkin Hans merasa bersalah pada Joane akan sikapnya pada Joane kemarin lalu dan sekarang ingin meminta maaf, pikir Jessica.Seperti biasa Jessica merias diri secantik mungkin dan mendadani Joane agar terlihat lebih menggemaskan dari biasanya. Dengan dagu terangkat dan langkah mantap, Jessica memasuki lobi kantor sambil menenteng bag berisi makan siang di tangan kanannya dan tangan kirinya menggandeng tangan Joane. Dirinya tadi sempat mampir ke restoran ternama untuk membeli makan siang untuk Hans.Tak ada yang melarangnya masuk termasuk resepsionis karena Hans memang sudah berpesan bahwa dirinya memang ada janji dengan Jessica. Keluar dari lift di lantai ruangan Hans, Jessica tak mendapati sekertaris Hans di mejanya karena ini memang jam makan siang.Tok tok tokTak mau kembali menimbulkan penilaian buruk dirinya di depan Hans, Jessica memilih mengetok pi
Hans tersenyum lebar saat menerima pesan dari Reyna. Tanpa membalas pesan Reyna, Hans bergegas pergi. Sampai di taman kota, netranya mencari sang pujaan hati."Daddy!" terdengar suara bocah yang tidak asing di telinganya.Selang beberapa detik seorang bocah memeluk kakinya erat. Hans mengetatkan gerahamnya melihat Jessica yang tersenyum ke arahnya."Hai Hans, maaf aku minta tolong Reyna tadi karena Joane rindu padamu."Hans tahu tak sesederhana itu makna dari 'minta tolong' yang diungkapkan Jessica. Sesuatu yang tidak beres pasti terjadi."Dimana Reyna sekarang?" tanya Hans menahan amarah."Dia tidak mengatakan akan pergi kemana," jawab Jessica.Hans melepas pelukan Joane di kakinya."Kumohon Hans, bermainlah dengan Joane sebentar. Dia rindu padamu," Jessica mendekati Joane yang menatap Hans takut- takut."Baru kali ini aku menemukan wanita menjijikkan sepertimu, Jes. Kamu tega memanfaatkan anakmu untuk kepentinganmu. Entah bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu dulu," Hans menatap Jes
"Aku akan tetap bersikap adil. Seperti yang Reyna katakan tadi bahwa dia juga bersalah. Hukuman untukmu Rey, kamu tidak boleh lagi bertemu dengan Hans....""Pa...," Reyna memotong perkataan papanya dengan mata berkaca- kaca."Bukannya kamu sendiri yang minta dihukum tadi?" Rashad memicing ke arah Reyna.Bahu Reyna merosot dengan kepala tertunduk."Dan kamu...," Rashad menatap tajam ke arah Hans, "Kamu lepaskan Reyna jika....""Tidak!" Hans menggeleng tegas memotong ucapan Rashad membuat papa Reyna itu menggeram marah."Kenapa kalian berdua hobi memotong perkataanku?!" tanya Rashad marah.Hans dan Reyna saling lirik sambil menunduk takut- takut."Lepaskan Reyna jika kamu tak segera melamarnya!" ucap Rashad tegas.Ruangan itu seketika hening. Hans orang yang paling pertama sadar dari situasi horor itu spontan berdiri dan melonjang girang membuat perhatian semua orang beralih padanya."Yesss, kita direstui Sayang!" teriak Hans membuat wajah Reyna merona karena panggilan Hans padanya.Hans
"Apa?!" teriak Rashad dan Anjas bersamaan."Tapi kata Reyna...," kata- kata Rashad menggantung karena mengingat sesuatu.Kemarin dirinya hampir saja kembali menghajar Hans jika tak dicegah oleh Anjas.Flashback on"Masuk!" seru Rashad saat pintu ruangannya diketuk."Maaf Pak, ada Pak Hans yang ingin bertemu," kata sekertarisnya.Rashad hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Hans masuk dengan langkah percaya diri meski disambut tatapan mengintimidasi dari Rashad. Anjas yang kebetulan berada di ruangan yang sama hanya menghela napas lelah. Hans seperti masuk ke sarang harimau tanpa senjata."Ada perlu apa?" tanya Rashad tanpa basa- basi. "Saya ingin melamar Reyna, Pak," Hans pun menjawab terus terang dengan bahasa yang lebih sopan.Anjas terperanjat dengan keberanian Hans sementara Rashad memicingkan matanya disertai senyum sinis."Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?" Rashad bangkit dari kursi kebesarannya."Ini bukan omong kosong Pak. Saya serius ingin melamar Reyna," Hans
Sudah beberapa hari Reyna begitu semangat menjalani hari- harinya. Meski harus terpaksa menjalani hubungan backstreet dengan Hans tapi tak mengurangi kebahagiaan yang ia rasakan."Sayang, kok gak pulang ke rumah? Mama kangen lho," tanya mamanya saat berkunjung ke kantor."Maaf ya Ma, kerjaan lagi banyak banget ini," jawab Reyna yang tak sepenuhnya bohong.Dirinya memang jarang pulang karena sering menghabiskan waktunya di apartemen bersama Hans. Bukan sekedar berduaan karena sedang kasmaran mereka juga saling support dalam beberapa proyek yang berbeda. Karena masalah pribadi mereka, perusahaan papanya jarang mengambil proyek yang ada keterlibatan Hans di dalamnya. Namun ide- ide brilliant Reyna ditambah kejelian dan dieksekusi dengan baik oleh Hans akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa."Jas, bisa gak kalau Reyna jangan dikasih kerjaan banyak- banyak?" pinta Riana pada sang adik."Ya gak bisa gitu dong, Ma. Gaak enak sama yang lain. Anggap aja ini rejeki Reyna," jawab Reyna membuat