Share

Angel

Author: reystoria
last update Last Updated: 2021-10-01 09:13:04

Rana pulang dengan mengendarai motor maticnya. Dia tidak pulang Bersama Radit karena cowok itu ada jadwal latihan futsal Bersama teman-temannya. Biasanya mereka berdua berjalan beriringan dengan motor masing-masing menuju rumah. Dan Radit juga satu komplek dengannya, makanya mereka sering jumpa. Radit sering main ke rumah Rana, begitu pun sebaliknya.

Sampai setengah perjalanan, motor Rana mogok karena habis bensin.

“Sial banget gue kayanya. Haduh.” Rana turun dari motornya.

“Pom bensin masih jauh lagi. Mau gak mau gue dorong dah nih kambing.”

Rana memakai jaket hitam serta masker. Dia juga menutup kepalanya. Setidaknya dengan itu tidak begitu memalukan jika dilihat orang-orang.

Sekitar satu meter berjalan, akhirnya Rana berhenti di pinggir jalan di mana penjual bensin eceran. “Bang, bensin.”

“Iya, neng.” Abang-a

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MY FAVORITE BOY   Angelic

    Hari sudah gelap. Rana dan Radit akhirnya sampai di depan rumah Rana. Sebelum memasukkan motor ke garasi, Rana berhenti sebentar."Masuk terus, gue juga buru-buru mau mandi, nih," perintah Radit."Ya udah gue masuk dulu ya. Nanti malem gue telepon lo. Bye." Rana membuka pagar dan memasukkan motor ke garasi. Lalu kembali menutup pagar, Radit sudah pergi. Rana menghela napas. Dia akan ceritakan semuanya pada Radit nanti.Rana membuka sepatu, kemudian masuk ke dalam rumah. "Assalamu'alaikum. Rana pulang..."Papa, Mama, dan Iko sedang duduk bersantai di ruang keluarga. Papanya membaca koran sambil minum teh, Mamanya menonton sinetron, dan Iko sedang bermain games di ponsel. Mereka semua menoleh ketika Rana bersuara."Rana, baru pulang jam segini?" Wijayanto-papa Rana bertanya. Tidak ada kemarahan dalam nada suaranya, karena istrinya pun sudah memberi tahu sebelumnya

    Last Updated : 2021-10-01
  • MY FAVORITE BOY   Friendship

    Radit dan Rana akhirnya hampir menyelesaikan tiga puluh putaran. Namun, disaat akan mencapai angka tersebut, tiba-tiba tubuh Rana terjatuh dengan sendirinya."RANA!" Radit panik. Dengan cepat dia menggendong Rana, membawanya ke UKS. "Ran, lo kenapa?"Mata Rana sedikit terbuka. Cewek itu setengah sadar. Membuka mulut saja rasanya susah.Langkah Radit sampai di UKS. Tanpa butuh waktu lama lagi, dia segera memanggil penjaga UKS. "Kak, kasih dia obat sekarang!"Rana berbaring di brankar yang ditutupi tirai hijau.Kak Mia-Penjaga Uks langsung memeriksa keadaan Rana. Sementara itu, Radit duduk di kursi dekat brankar Rana. Menyingkirkan rambut-rambut yang menghalangi dahi Rana dengan khawatir. Bagaimana tidak, wajah Rana sangat pucat saat ini."Dia drop banget. Kalian habis olahraga, ya?""Iya. Olahraganya dapet hukuman k

    Last Updated : 2021-10-01
  • MY FAVORITE BOY   Friendzone

    "Pulang, yuk dit." Rana berlari kecil menghampiri Radit yang sedang tertidur dalam posisi duduk. Dia tertawa melihat wajah Radit. Menggoyang-goyangkan bahunya agar cowok bertopi itu segera bangun.Perlahan Radit membuka mata. Keningnya mengkerut menatap Rana yang sedang membereskan barang-barangnya. "Udah selesai? Kok udah pada pulang?"Rana melambaikan tangan pada orang yang berpamitan dengannya, kemudian menoleh ke Radit. "Udah jam lima. Ayo pulang!" Dia menarik pergelangan tangan Radit, memaksa cowok itu untuk segera berdiri.Radit menguap, merenggangkan tubuhnya yang pegal-pegal karena ketiduran di bangku. "Pegel cuy badan gue. Aduh." Lalu Radit berjalan duluan ke parkiran sekolah, meninggalkan Rana yang memasang muka sebal."Tungguin gue oy!""Besok latihan lagi?" tanya Radit ketika mereka sedang mengendarai motor."Iya." Ra

    Last Updated : 2021-10-01
  • MY FAVORITE BOY   Little did he know

    "Gue pulang ya, Ran. Bye." Pamit Radit saat seisi kelas sudah kosong. Tinggal mereka bertiga lagi, kecuali anak eksul yang sudah pindah tempat ke ruangannya masing-masing. Termasuk Rana, dia dan Devan akan langsung latihan.Rana menatap Radit dengan sendu, matanya berkaca-kaca. Bermaksud meminta simpati Radit sebelum dia pulang. "Lo tega diemin gue, dit?"Radit yang sudah berdiri di ambang pintu tiba-tiba berbalik dan menghampiri Rana. "Jaga diri baek-baek." Setelah mengatakan itu dia pergi. Tak sedetik pun melirik atau menganggap keberadaan Devan.Helaan napas kasar Rana terdengar. Moodnya jadi buruk karena Radit. Padahal, kejadian tadi menurut Rana hanya hal sepele. Tapi Radit sampai begini marahnya."Udah gak usah dipikirin. 'Kan ada gue. Kalo lo minta tolong apa-apa minta sama gue aja. Gak usah canggung.""Ya udahlah lagian besok juga dia udah baik lagi. Santai aj

    Last Updated : 2021-10-01
  • MY FAVORITE BOY   Date

    "Rana, nanti malam dateng ke acara nikahan kakak gue mau ga, acaranya di rumah nenek kakek gue." Devan menyesap es tehnya.Rana terkejut, ini terlalu mendadak. Rana pasti akan bertemu dengan keluarga Devan. Dan mungkinkah Devan dan keluarganya mau menerima tamu seperti Rana? Maksudnya, Rana tidak bisa dandan, tidak bisa memakai gaun, tidak bisa memakai sepatu hak. Sangat memalukan dan rasanya aneh jika Rana berpenampilan layaknya laki-laki. Bisa-bisa Rana langsung diusir dari sana dan Devan pasti akan ilfeel padanya.Melihat Rana yang melamun dan raut wajahnya cemas, Devan melambaikan tangan di depan Rana. "Hey! Kenapa? Kok diem.""Ah enggak. Cuma bingung aja gue make apa nanti. Hm, kalo gue gak dateng lo marah gak?""Gak bisa. Lo harus banget dateng, Ran. Kehadiran lo penting buat gue. Gue pengen keluarga gue tahu siapa cewek yang berhasil memikat hati gue. Please datang ya.." Devan memohon, memasan

    Last Updated : 2021-10-01
  • MY FAVORITE BOY   Pacaran

    Sekitar dua puluh menit berlalu, Rana akhirnya selesai. Sekarang dia melihat tampilan dirinya di cermin dari atas sampai bawah."Memang bener ya, cewek tomboy itu kalo udah dandan pasti ngalah-ngalahin yang feminim." Kak Ela berdecak kagum melihat Rana. Dengan riasan tipis dan perpaduan dress hitam selutut membuat Rana tampak anggun meski dengan rambut pendeknya."Ih kakak, jangan gitu lah. Jadi gak enak.""Kamu pacarnya Devan?"Rana menggeleng malu. "Temen, Kak.""Temen apa demen.""Ahaha. Temen kak."Ponsel Rana berdenting. Dia segera membaca pesan yang masuk, dari Devan. Cowok itu memberi tahu bahwa dia sudah di depan rumahnya."Yuk turun ke bawah, Kak. Devan udah nunggu." Rana mengambil tas selempang kecil miliknya, lalu turun tangga bersama Kak Ela."Bang Iko gue

    Last Updated : 2021-10-01
  • MY FAVORITE BOY   Belum Usai

    "Gue jadi manusia kok bodoh amat ya.""Di saat gue udah mulai buka hati. Devan bohongin gue."Wajah Rana yang awalnya cantik dengan riasan, kini sudah basah karena air mata yang membanjir. Rana merasa lemah dan tidak berdaya, bisa-bisanya tertipu oleh cowok seperti Devan."Gue bodoh. Bodoh banget. Harusnya gue dengerin apa kata Radit. Sekarang apa? Devan bohongin gue, Radit jauhin gue."Tangisnya mengeras. Padahal Rana sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tak lagi menangis karena laki-laki.Rana terus berjalan di trotoar dengan kaki tanpa alas. Dia tidak peduli jika orang menganggapnya gila atau stress.Sebuah motor berhenti di dekat Rana. Membuat Rana menoleh sambil mengerutkan kening.Orang itu membuka helmnya. "Rana? Ngapain malem-malem jalan sendirian?" Katanya sambil turun dari motor.

    Last Updated : 2021-10-01
  • MY FAVORITE BOY   Pukulan

    Tangan Rana terangkat menampar pipi Devan, menimbulkan suara yang cukup keras. Membuat kerumunan terkejut. Bahkan kelas lain juga ikut menonton kejadian itu.Drama yang sangat menarik. Dua orang yang belakangan ini jadi sorotan, kini saling berhadapan sambil melayangkan tatapan kebencian satu sama lain.Devan menyeringai. Inilah yang dia inginkan. Dia akan membuat Rana malu di depan orang ramai. Sekarang adalah waktu yang tepat."Kok bohongin sih? Lo tau gak gara-gara lo, Jelita marah sama gue!""APA!? Gara-gara gue? Bukannya lo yang deketin gue duluan ya? Dan lo juga ngakunya jomblo! Gak waras nih orang!" Balas Rana membentak.Devan tertawa meledek. Dia melipat tangannya di dada. "Jangan munafik, Ran! Lo pake topeng di depan semua orang, lo tahu gue punya pacar dan masih aja tetap deket sama gue. Pake segala nyuruh gue ekting di tengah lapangan buat nembak lo. Cih, keliatan banget kurang kasih sayang." Mata Devan memandang Rana d

    Last Updated : 2021-10-01

Latest chapter

  • MY FAVORITE BOY   Don't Read

    Sunyi.Satu kata yang menggambarkan kehidupan Falisha sejak kepergian separuh jiwanya beberapa bulan lalu.Hanya suara televisi yang memenuhi apartemen itu. Satu-satunya manusia yang ada di sana tengah duduk melamun di sofa kesayangannya.Falisha membenci tempat ini. Tempat penuh kenangan bersama mantan suaminya, Devano. Tempat di mana mereka berdua menghabiskan waktu selama satu tahun.Andai saja saat itu Falisha dapat menahan kata-katanya agar tak menyakiti siapapun. Pasti Devano masih di sini, bersamanya. Lagi dan lagi Falisha menyesali itu.Ketika itu dia terlampau marah dan dipenuhi rasa cemburu berlebihan. Falisha telah menuduh Devano bermain di belakangnya. Sampai saat kata-kata itu terucap, Devano terdiam dan langsung meninggalkannya sendirian.“Itu bukan selingkuhan aku, Fal. Itu rekan kerjaku!”“Jangan bohong. Kamu gak tahu diri banget ya udah banyak aku bantu segala macem masih beraninya selingkuh!”

  • MY FAVORITE BOY   Don't read

    Matahari siang itu terasa begitu terik. Jalan raya padat kendaraan menghasilkan polusi yang memusingkan para pengendara. Suara klakson motor dan mobil saling bersahutan memekakkan telinga. Seorang gadis berambut sebahu duduk di bangku sendirian, menonton orang-orang berlalu lalang di depan toko baju tempat dia bekerja. Di saat pekerja lain berkumpul-kumpul makan siang, gadis bernama Fayola Adikari itu memilih mengasingkan diri. Mereka tidak mau berteman dengan Fayola. Alasan terjahat yang pernah Fay dengar adalah karena penampilannya yang tidak rapi dan aneh. Kulit sawo matang, freckles di bagian wajah, rambut pendek yang kusut, dan tubuh kurus tinggi. Mereka bilang Fay tidak pandai merawat diri dengan baik. Ya, memang benar adanya. Fay tak mem

  • MY FAVORITE BOY   Hancur Berkeping

    Nara mematung mendengar penjelasan panjang dari Geo. Cewek itu membelakanginya sejak tadi."Kak Nara, maaf. Maafin gue sama Erika, ya." Ujar Geo menyesal, dia menundukkan kepala.Keduanya sedang berbincang di halaman depan rumah Erika. Sore ini Nara memutuskan menjenguk Erika dan ya, dia melihat sendiri bagaimana keadaan sahabatnya itu. Bahkan ketika ia mengetahui yang sebenarnya, Nara belum mau berbicara dengan Erika maupun Geovan.Hembusan angin sore membuat daun dari pohon mangga berjatuhan ke atas rumput. Rambut pendek Nara menari-nari bersama udara. Kelopak matanya dipenuhi air yang sekali kedip saja bisa tumpah membasahi pipi.Hatinya terlalu nyeri untuk mengatakan sepatah kata. Nara terisak sampai menutup mulutnya sendiri, takut tangisnya terlalu keras.Dia hanya tidak menyangka ini akan terjadi. Sahabatnya. Masa depan Erika sudah hancur. Kena

  • MY FAVORITE BOY   Takdir Tak Terduga

    Hari ini adalah pembagian rapor anak SMA Nusantara. Sabtu pagi ini sekolah dipenuhi para orangtua siswa yang akan bertemu dengan wali kelas anaknya. Nara mengajak Firdaus untuk mengambilkan rapornya. Kebetulan hari ini Papanya itu sedang libur kerja. Nara tidak mau Mamanya yang datang karena itu akan berbahaya, beliau pasti akan menceramahi Nara jika nilai rapotnya di semester ini sangat jelek. Berbeda dengan Papanya yang santai saja."Sabar ya, Pa. Nama Nara sebentar lagi dipanggil, kok." Bisik Nara pelan. Ia menepuk paha Firdaus.Saat ini ayah dan anak itu tengah duduk di bangku kelas Nara, menunggu giliran dipanggil oleh wali kelas.Mama Erika baru saja selesai mengobrol dengan wali kelas, entah kenapa dia tampak terburu-buru ingin pulang ke rumah. Nara mengerutkan kening keheranan, Bu Lia sama sekali tidak menyapa dirinya dan juga Papanya. Padahal, selama ini mereka kenal dekat. Dan juga Erika, cewe

  • MY FAVORITE BOY   Classmeet

    Sorak sorai penonton bergema di lapangan basket pagi itu. Pertandingan berlangsung seru. Kemeriahan Hari Kamis ini semakin menggebu kala tim Raffa berhasil mencetak poin kemenangan.Semua supporter berdiri sambil berteriak dan memukul balon tepuk. Nara bertepuk tangan, sesekali ia menutup gendang telinganya yang berdengung akibat suara teriakan itu.Ada yang aneh pada Raffa hari ini. Nara menyadari itu. Caranya bermain tak gesit seperti biasanya sampai-sampai teman satu timnya berkali-kali menegur Raffa. Mereka kehilangan poin karena Raffa."Oi, Nara!"Erika dan Geovan kembali dari kantin. Mereka memberi Nara satu minuman kaleng. Nara pun langsung meneguknya."Tim Raffa mah gak usah diraguin lagi. Tapi kayaknya tim adek kelas pada gak mau kalah ya." Komentar Geo.Semuanya kembali duduk ketika tim basket istirahat sejenak. Para pelatih menghampiri anak asuhnya, memberi arahan."Kalian liat Kevi

  • MY FAVORITE BOY   Putus

    "Kok pada diem?" Tanya Raffa sambil mengunyah gado-gado santai.Dua orang lainnya sibuk dengan pikiran masing-masing. Nara yang menetralkan detak jantungnya dan Kevin yang menahan kekesalannya. Pemuda itu membuang muka."Minggu depan classmeet, kan? Kalian udah persiapkan apa aja?" Nara berusaha mencairkan suasana."Gue sama tim udah sepakat. Untuk pertandingan kali ini kami gak peduli mau menang atau kalah. Yang terpenting nikmati jalannya permainan. Karena ini pertandingan terakhir kami sebelum lulus." Jelas Raffa."Lo gimana, Vin?"Nara menatap Kevin yang sedari tadi mengalihkan pandangannya. Ia melihat tangan Kevin yang mengepal kuat. Sebenarnya ada apa? Nara sama sekali tak mengerti."Gue udah keluar dari tim futsal."Raffa dan Nara serentak menatap si pembicara."Kenapa?""Males aja. Mau fokus ujian.""Keren." Nara mengacungkan dua jempol untuk Kevin.&nbs

  • MY FAVORITE BOY   Kevin dan Nara

    Memasuki minggu remidial adalah suatu hal yang paling membosankan dalam hidup Nara. Ini baru hari Senin, tapi rasa bosannya serasa menggerogoti jiwa.Suatu keberuntungan untuk Nara ketika melihat pengumuman di mading. Di semua mata pelajaran Nara tidak ada yang remidial. Erika pun sama. Mungkin karena mereka berdua belajar bersama mempersiapkan ujian.Berbeda dengan keduanya, Geovan justru banyak mendapatkan remidi. Mulai hari ini cowok tengil itu disibukkan dengan belajar untuk mengulang ujian. Nilainya benar-benar buruk. Erika lelah mengomeli pacarnya itu.Sementara itu, Nara dengar Raffa dan teman-temannya harus mengikuti remidi juga di beberapa mata pelajaran. Ya, Raffa bilang, sih, sudah biasa karena di antara mereka tidak ada yang begitu pintar.Entah sudah berapa kali Nara menghela napas lelah. Tumpukan buku tebal yang dia bawa sangatlah berat. Tadi, ketika melewati rua

  • MY FAVORITE BOY   One step closer

    Kevin mempercepat langkahnya menuju ruang ujian. Keringat mengucur di pelipisnya karena berlari sangat jauh, dari gerbang sampai ke lantai dua. Hari ini dia terlambat sepuluh menit. Ujian sudah dimulai.Tok! Tok! Tok!"Permisi, Bu. Mohon maaf saya terlambat." Ucapnya di depan pintu kelas. Seluruh pasang mata menatap ke arah Kevin.Pengawas ujian hari pertama ini adalah wali kelas mereka sendiri. Jadi sangatlah mudah mendapatkan maaf. Kevin menghela napas lega saat diperbolehkan duduk di kursi yang sudah dipisah-pisah, diberi jarak. Masing-masing dari mereka duduk dengan adik kelas.Entah kebetulan atau tidak, Kevin kedapatan duduk di sebelah Nara. Di barisan paling belakang. Seiring mendekat ke kursi, bisa Kevin lihat Nara sedang memberinya senyuman. Ia pun membalas senyum itu."Jangan ada yang mencontek, ya. Kerjakan yang jujur."

  • MY FAVORITE BOY   Membaik

    Bersama teman-temannya, Nara semakin hari mulai berangsur membaik. Orang-orang yang kemarin mencibir dan menatapnya aneh satu persatu meminta maaf. Nara kembali menjadi pribadi yang ceria. Bersama Erika tentunya.Hubungannya dengan Raffa, Dendi, Rizki, dan Bintang juga baik-baik saja. Pertemanan mereka semakin erat. Sayangnya perasaan Nara pada Raffa belum juga pudar, malah semakin luas. Nara ingin mengutuk dirinya sendiri karena itu.Namun, ada yang berbeda dari pemuda itu. Akhir-akhir ini, lebih tepatnya dua minggu belakangan ini Raffa tampak murung. Nara menduga ada hubungannya dengan Thalia. Cewek mirip selebgram itu sudah tidak pernah terlihat lagi di sekolah. Ia seakan menghilang, pindah sekolah mungkin.Seperti sekarang, di saat yang Dendi, Rizki, Bintang, Geo, dan Erika asyik menikmati waktu sore di rooftop rumah Raffa, si tuan rumah malah menyendiri di sudut- tempat melihat senja di ujung. 

DMCA.com Protection Status