Matheo tengah kuwalahan menghadapi serangan dari Jelita yang terus memukuli dirinya tanpa ampun. Jelita sendiri terus berteriak kencang meminta diturunkan.
“Turunin gue!”
“Ini di tol, Ta. Nggak mungkin gue turunin lo.”
Jelita merasa kesal, ia langsung berhenti memukul Matheo. Kalau dipikir-pikir aksinya tadi bisa menyebabkan bahaya. Jelita diam. Matanya menatap ke arah jendela mobil dengan bibir yang mengerucut.
Matheo yang merasa kalau sahabatnya itu sudah tenang bisa bernapas dengan lega. Matheo menoleh ke samping untuk melihat wajah sahabatnya itu yang tengah merajuk.
“Gue mau bawa lo ke puncak.”
Jelita menoleh dengan tatapan tajamnya. “Ngapain? Mau apa?”
“Gue cuma pengin habiskan waktu berdua sama lo, Ta.”
“Lo ngomongnya kayak orang mau mati, sih.”
Matheo terkekeh geli mendengarkan jawaban sarkas dari Jelita.
Beberapa Bulan Kemudian.Beberapa bulan ini hubungan Matheo dengan Jelita seperti orang asing. Mereka berdua benar-benar saling diam satu sama lain. Terlebih beberapa bulan lalu setelah dari puncak, Jelita memutuskan untuk tidak dekat dengan Matheo lagi. Semua ini Jelita lakukan untuk kebaikan, dan kebahagiaan sahabatnya. Berbeda dengan Matheo yang selalu menatap Jelita dengan tatapan sendu. Jangan pernah tanya rasanya bagaimana. Yang pasti sangat sulit, dan berat bagi Matheo nggak interaksi dengan seseorang yang sudah mengisi hari-harinya selama beberapa tahun.Kini, di tempat ini. Matheo tengah membayangkan masa SMP-nya dulu dengan Jelita. Banyak kenangan yang mereka lalui bersama-sama. Mulai dari Jelita yang galak jika ada cewek yang mendekati Matheo hingga Jelita sering menangis jika digoda oleh siswa laki-laki. Dan, di saat itu juga Matheo yang akan membela, melindungi Jelita dari jahilan teman-teman cowoknya yang suka sekali iseng.
Matheo kini berjalan secepat mungkin menuju ke arah kelas. Matheo harus berbicara dengan Jelita. Rasanya diam-diam beberapa bulan seperti orang asing membuatnya tersiksa.Pada saat sampai pintu kelas, justru matanya tengah disajikan oleh pemandangan Jelita tengah tertawa dengan Bagus. Matheo langsung menunduk, ia melanjutkan masuk ke kelas dengan langkah kaki pelan. Matheo duduk di bangkunya dengan diam membisu. Telinganya benar-benar mendengar suara yang sangat ia rindukan. Suara tawa yang tak memiliki beban hidup. Matheo tersenyum tipis hingga matanya menatap Rendi bersama Rizal yang kini berjalan memasuki kelas dengan membawa minuman di tangannya.“Wuih Mat, udah balik aja lo,” kata Rendi. “Istirahatnya sekarang mojok terus,” tambahnya.“Hahaha, sirik aja lo Ren. Biarin lah dia mojok. Kalau lo yang mojok itu bahaya bisa kesurupan,” ledek Rizal.“Eh bangsat lo Zal,” sanggah
Jelita masih menutup matanya dengan perasaan yang begitu gugup.“Lo berharap gue cium?”Satu kalimat yang lolos dari bibir Matheo membuat Jelita langsung membuka matanya dengan cepat. Mata Jelita langsung melotot tajam ke arah Matheo yang tengah terkekeh begitu kencang.Jelita merasa malu. Malu banget pokoknya.Ih apa-apaan sih, kenapa tadi pakai acara merem segala. Bego banget deh.Jelita masih merutuki dirinya sendiri sambil menatap Matheo yang masih terkekeh dengan puas.“Lo suka sama gue, Ta?”“Hah, gila lo.”“Ngaku aja.”“Jangan kumat deh. Kayak nggak ada laki-laki lain aja suka sama lo.”“Kalau gue suka sama lo gimana?”Pipi Jelita langsung memanas mendengar kata sederhana itu. Kenapa hari ini Matheo bikin jantungnya dag-dig-dug sih.“Udah keluar sono, kenapa lo belum balik, si
Hari ini Matheo berdandan dengan cukup rapi. Kaus putih polos dibalut dengan kemeja sebagai luarnya serta celana jeans yang menjadi andalan kaum muda sampai yang sudah berumur. Ditambah rambut yang diberi pomade. Matheo sedikit mengacak rambutnya agar menunjang penampilannya semakin bertambah keren.Tak lupa juga Matheo mengambil jam untuk menghiasi pergelangan tangannya. Selesai berdandan diri, Matheo langsung keluar kamar sambil sedikit bersiul.“Kak.”Matheo menoleh ketika mendengar suara Clarisa dari belakangnya. Kedua alisnya pun menyatu sebagai bentuk pertanyaan.“Mau ke mana?” tanya Clarisa yang kini sudah berada di depan Matheo.“Kemayoran.”“Mau apa?”“Jalan-jalan.”“Oh, jangan lupa beliin cilok, ya.”“Astaga Sasha,” geram Matheo. “Kamu manggil kakak cuma buat minta belikan cilok doa
“Lo pengin apa?”“Permen kapas, kayaknya enak deh makan itu sambil mengenang masa kecil.”“Ya udah ayo.”Kini Jelita berjalan menuju ke arah stan permen kapas yang ditemani oleh seseorang. Jelita sangat suka sekali dengan permen kapas sewaktu kecil. Hingga saat melihat pedagang permen kapas matanya begitu berbinar.Jelita tersenyum senang ketika menerima satu bungkus permen kapas. Tapi, di saat yang tidak terduga sama sekali. Seseorang menyerang laki-laki yang berada di samping Jelita.BUGH.Mata Jelita membola dengan sangat sempurna ketika melihat sosok Matheo tengah menghajar Bagus. Ya, cowok yang bersama Jelita saat ini adalah Bagus.“Jangan dekatin Lita,” teriak Matheo kencang.“Apa hak lo Mat,” sahut Bagus yang menatap Matheo dengan begitu tajam.“Gue nggak suka.”“Hahaha, lo tuh aneh. Udah punya cewe
Kini Shelka sudah berada di dalam taksi menuju ke arah Pondok Indah. Entah, kenapa hati kecil Shelka mengatakan untuk pergi ke arah rumah Matheo. Untung saja semua data serta alamat rumah Matheo sudah Shelka dapatkan dulu saat masih mendekatinya. Tentu saja semua itu didapat tidak gratis. Shelka memberikan sebuah kaset game playstation kepada Rendi untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.Shelka memejamkan matanya, kepalanya terasa begitu sangat pusing karena menangis begitu cukup lama. Tanpa disadari air matanya keluar menetes melewati pipinya kembali. Shelka membiarkan air matanya mengalir cukup deras. Dengan kuat Shelka menggigit bibirnya kencang agar bisa menahan suara isakannya.“Sabar, ya, Mbak. Sepertinya Mbak terlihat begitu sedih.”“Sakit banget rasanya, Pak,” sahut Shelka yang masih memejamkan mata.“Sabar aja, semua kesedihan akan berlalu seiring berjalannya waktu.”Shelka hanya tersenyum
Kini Matheo terdiam seribu bahasa di depan orangtuanya. Entah kenapa sekarang urusan menjadi sangat rumit. Padahal ia masih SMA bukan orang dewasa yang akan nikah.Matheo menoleh ke arah Shelka dan Jelita bergantian. Dapat Matheo lihat kalau keduanya sama-sama habis menangis. Matheo benar-benar bingung sekali saat ini.“Masih mau diam saja?”“Enggak, Dad.”“Ya sudah cepat jelaskan.”Matheo meremas kedua tangannya, ia mengepal kuat untuk mengumpulkan keberanian berbicara di depan daddynya itu. Matheo menoleh kembali menatap ke arah Shelka yang sangat terlihat begitu rapuh.“Aku pacaran sama Shelka, Dad,” ucapnya lirih.“Lalu?”“Tapi, aku nggak mencintai dia,” katanya sembari menunduk merasa bersalah.Kaila yang mendengar langsung tampak terkejut, Clarisa sendiri tersenyum senang karena merasa menang, Melviano sendiri ha
Setelah mengantar Shelka pulang ke rumah. Kini Matheo sudah berada di ruang kerja daddynya. Matheo tengah duduk di sofa sambil ditatap kedua orangtuanya. Ada gurat kecewa di mata keduanya. Matheo benar-benar menyesal tidak mendengarkan nasihat daddynya untuk fokus sekolah semasa SMA.“Daddy kecewa sama kamu, Matheo.”“Maaf, Dad.”“Daddy nggak tahu harus bilang apa sama kamu. Daddy juga nggak bisa mencegah perasaan kamu untuk jatuh cinta dengan siapa karena Daddy juga dulu seperti itu. Nggak ada bayangan untuk mencintai Mommy kamu ini. Karena dia buka tipe wanita Daddy, tapi entah kenapa hati Daddy dibuat jatuhcinta sama dia.”Kaila yang mendengar sanjungan dari suaminya langsung tersenyum malu-malu layaknya seorang ABG sedang kasmaran.“Setelah ini apa yang ingin kamu lakukan? Besok bukannya sudah ulangan semester?”“Pertama mau menegaskan kepada Shel
Jelita, sahabatku.Terima kasih sudah menjadi sahabat gue selama ini. Terima kasih karena lo selalu ada di saat kondisi gue terpuruk, bahkan patah hati karena diputusin cewek untuk pertama kali. Lo benar-benar tak pernah lelah hibur gue, bahkan mencarikan cewek baru buat gue supaya cepat move on. Tapi ... dunia kadang lucu banget, ya, Ta. Gue malahan jatuh cinta sama lo saat ini. Kocak banget nggak, sih.Jelita tersenyum, pikirannya langsung melayang di mana kala Matheo galau karena diputusin cewek untuk pertama kali, lebih parahnya dia hanya pacaran seminggu aja. Bego.Tapi, lagi-lagi kisah percintaan gue nggak seindah acara FTV yang sering tayang itu, nggak pernah mulus. Entah diputusin, atau gue yang kayak bajingan nyakitin cewek. Tapi, ini lebih parahnya ditolak, sih.Lo tahukan siap
Beberapa bulan kemudian.Setelah melewati banyak drama sekolah yang dimulai dari bolos jam pelajaran, nggak mengerjakan PR, hingga digembleng untuk materi tambahan selama semester dua. Bahkan tak lupa banyak pelajaran hidup yang bisa diambil di dalamnya. Mulai suka sama teman nggak berani tembak, suka sama teman tapi yang disukai udah pacaran sama orang lain, bahkan sudah sama-sama dekat tapi nggak jadian, ada juga yang saling suka hingga jadian seminggu, sebulan, setahun doang habis itu putus. Tak hanya soal cinta saja yang kita dapat semasa SMA. Ada banyak hal yang kita dapat. Kita mengerti artinya persahabatan, saling memahami antara teman sekelas, sebangku bahkan satu sekolah. Masa SMA digunakan sebagai ajang pencarian jati diri bahkan sering sekali hal yang dilarang justru membuat rasa penasaran yang menggebu-gebu hingga terkadang terdapat rasa penyesalan di kemudian hari. Semua itu kita dapat saat masa SMA. Masa di mana semua orang mengan
Dua minggu kemudian.Waktu liburan sekolah telah usai, kini semua anak-anak siswa SMA Nusa Bangsa kembali ke aktifitas seperti biasa. Menerima pelajaran dari Bapak/Ibu guru seperti biasanya. Namun, berbeda untuk anak-anak kelas 12 yang menerima jam tambahan hingga membuat pulang sedikit sore.Suasana kelas 12IPA1 kini sangatlah kondusif. Semua siswanya benar-benar tengah memperhatikan materi dengan begitu serius.Apalagi materi kali ini membahas ulang materi kelas sepuluh dan sebelas.Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah sore hari. Kini tiba saatnya kelas 12 mengakhiri jam tambahan pelajaran. Suara sorak-sorak siswa sangat menggema di setiap kelas ketika bel dibunyikan.“Horeee ... akhirnya balik juga, kepala udah mau botak begini,” seru Rendi yang mendapat pelototan dari Pak Kartono.Pak Kartono sendiri hanya bisa menghela napas lelah, ia memperhatikan anak didiknya yang sebentar lagi akan m
Dua minggu kemudian.Satu minggu sudah siswa SMA Nusa Bangsa melakukan ulangan semester, ditambah waktu seminggu untuk remidial bagi siswa yang belum memenuhi nilai KKM. Dan, tepat hari ini pula semua orangtua/wali murid menerima hasil rapor atas pembelajaran anaknya selama satu semester.“Udah lama nggak ketemu, Jeng Kaila,” sapa Marinka.“Iya Jeng, lama saya tidak ke butik.”Kini Marinka dan Kaila justru mengobrol sendiri tentang kehidupan orang dewasa. Marinka sedikit bercerita tentang butiknya yang sedikit sepi. Tak lupa juga Marinka memiliki keniatan ingin pindah ke kampung halamannya—Yogyakarta.“Terus nanti Lita gimana sekolahnya?”“Palingan nunggu Lita lulus dulu, kemudian saya ingin pindah saja.”“Memangnya suami—““Saya sudah bercerai. Dia lebih memilih wanita lain dibanding saya sama Lita,” tuturnya. Ta
Kurang lebih dua puluh menitan Shelka dan Matheo duduk di kafe setelah persoalan mereka selesai. Kini Shelka langsung berdiri untuk bersiap-siap keluar kafe.“Mau ke mana?”“Kakak aku udah sampai, dia nunggu depan.”“Suruh masuk aja dulu, minum.”“Katanya langsung pulang aja, gitu.”“Yaudah, aku bayar dulu. Kamu tunggu.”Matheo langsung menuju ke arah kasir untuk membayar lemon tea yang sudah dipesan barusan. Selesai membayar mereka berdua langsung menuju keluar kafe. Lebih tepatnya Matheo mengantar Shelka untuk bertemu kakaknya itu.Matheo merasa tak asing dengan mobil yang dituju oleh Shelka, ia merasa familiar dengan mobil itu. Baru saja otaknya berpikir mengingat mobil di depannya, sang pemilik mobil keluar yang membuat keduanya sama-sama terkejut.“Mamat.”“Mas Shaqu.”“Kalian
Jelita menoleh sambil tersenyum begitu canggung. Matanya menatap ke arah empat cowok yang tengah berjalan mendekat.“Lo ngapain di sini, Ta?” tanya Rizal.“Gue—““Nguping lo, ya,” tuding Rendi tepat sasaran.“Ih, jangan nuduh sembarangan lo, Ren,” sangkal Jelita cepat.“Ta, tumben naik ke rooftop? Ada perlu apa?” tanya Bagus begitu lembut.Matheo hanya diam memperhatikan makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah itu dengan sudut bibir terangkat sebelah. Kalau dipikir-pikir melihat Jelita gugup seperti ini sangat begitu lucu. Apalagi bibirnya yang tipis manyun ke depan bikin pikiran nakal Matheo meronta.Jelita langsung menyingkir ke samping saat Rizal berjalan menuju ke arah pintu. Matanya membola sempurna ketika melihat Rizal dengan gampang membuka pintu. Mulutnya melongo tanpa disadarinya.“Kenapa, Ta?” tanya Bagus.
Pagi ini sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan ulangan semester. Semua siswa pun tengah fokus mengerjakan soal-soal ulangan dengan khusyuk. Guru pengawas terus memperhatikan gerak-gerik siswa yang mencurigakan.“Wawan, sedang apa kamu nengok ke belakang?”“Emm, ini Bu mau pinjam tip-ex.”“Yang ketahuan mencontek akan Ibu keluarkan dari kelas, dan sudah pasti akan langsung remidial.”Semuanya langsung menunduk menatap soal ulangan. Semuanya benar-benar nggak berani menoleh ke arah kanan kiri. Nasib nilainya yang menjadi taruhan nanti. Mereka semua nggak mau remidial yang kadang bikin pusing.Waktu terus berjalan hingga suara bel terdengar begitu nyaring yang mempertandakan kalau waktu mengerjakan ulangan telah usai. Mereka disuruh istirahat selama sepuluh menit yang kemudian dilanjut untuk mengerjakan ulangan berikutnya.“Sumpah sih mikir matematika bikin kepala mau bot
Setelah mengantar Shelka pulang ke rumah. Kini Matheo sudah berada di ruang kerja daddynya. Matheo tengah duduk di sofa sambil ditatap kedua orangtuanya. Ada gurat kecewa di mata keduanya. Matheo benar-benar menyesal tidak mendengarkan nasihat daddynya untuk fokus sekolah semasa SMA.“Daddy kecewa sama kamu, Matheo.”“Maaf, Dad.”“Daddy nggak tahu harus bilang apa sama kamu. Daddy juga nggak bisa mencegah perasaan kamu untuk jatuh cinta dengan siapa karena Daddy juga dulu seperti itu. Nggak ada bayangan untuk mencintai Mommy kamu ini. Karena dia buka tipe wanita Daddy, tapi entah kenapa hati Daddy dibuat jatuhcinta sama dia.”Kaila yang mendengar sanjungan dari suaminya langsung tersenyum malu-malu layaknya seorang ABG sedang kasmaran.“Setelah ini apa yang ingin kamu lakukan? Besok bukannya sudah ulangan semester?”“Pertama mau menegaskan kepada Shel
Kini Matheo terdiam seribu bahasa di depan orangtuanya. Entah kenapa sekarang urusan menjadi sangat rumit. Padahal ia masih SMA bukan orang dewasa yang akan nikah.Matheo menoleh ke arah Shelka dan Jelita bergantian. Dapat Matheo lihat kalau keduanya sama-sama habis menangis. Matheo benar-benar bingung sekali saat ini.“Masih mau diam saja?”“Enggak, Dad.”“Ya sudah cepat jelaskan.”Matheo meremas kedua tangannya, ia mengepal kuat untuk mengumpulkan keberanian berbicara di depan daddynya itu. Matheo menoleh kembali menatap ke arah Shelka yang sangat terlihat begitu rapuh.“Aku pacaran sama Shelka, Dad,” ucapnya lirih.“Lalu?”“Tapi, aku nggak mencintai dia,” katanya sembari menunduk merasa bersalah.Kaila yang mendengar langsung tampak terkejut, Clarisa sendiri tersenyum senang karena merasa menang, Melviano sendiri ha