Share

Part 59

last update Last Updated: 2021-11-05 10:49:42
KARIN

🌺🌺🌺

"Sedang apa Mbak Ranti di sini?" tanyaku. Kaget melihat dia ada di kamarku seraya mencoba perhiasan dan berkaca.

"Eh? K–Karin." Dia langsung gelagapan. Membuka perhiasanku kembali, lalu dengan cepat mengembalikan ke tempatnya.

Sudah dari seminggu yang lalu, Mbak Ranti akhirnya bekerja sebagai pembantu di sini. Cucu Bi Wati wafat. Jadi, beliau terpaksa cuti dan pulang kampung. Tanpa berpikir macam-macam, aku dan Mas Fandi sepakat memberi Mbak Ranti pekerjaan sementara waktu sampai Bi Wati kembali.

Tadi, aku sempat bilang mau pergi ke rumah Ayu padanya. Tak kusangka, ponsel yang tertinggal membuatku tanpa sengaja memergoki kelakuan tidak sopannya ini.

"Kamu lancang, ya, Mbak. Siapa yang nyuruh Mbak masuk ke kamar ini?" tegasku dengan tatapan tajam.

"Maaf, Rin. Aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 60

    KARIN🌺🌺🌺"Aku dan Ayu ... kami berdua sudah sepakat untuk menikah kembali, Dek."Aku terdiam sejenak, sebelum akhirnya senyum bahagia mengembang di wajah."Benarkah? Ini ... serius?"Ayu mengangguk dengan wajah tertunduk dan seulas senyum malu."Alhamdulillah. Aku ikut senang mendengar kabar baik ini. Kapan rencananya akad dan resepsi diadakan?""Aku dan Mas Malik sepakat tidak ada resepsi. Akad juga hanya akan dihadiri keluarga saja, kok. Iya, 'kan, Mas?" Ayu menoleh pada Mas Malik yang dijawabnya dengan anggukan."Tidak apa-apa. Yang penting kalian segera sah di mata agama dan negara. Aku ikut senang. Semoga ini menjadi pernikahan terakhir kalian sampai akhir hayat.""Aamiin," sahut keduanya serempak.

    Last Updated : 2021-11-06
  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 61

    MALIK🌺🌺🌺Aku yang baru saja akan makan malam bersama Papa, langsung tersenyum ketika melihat nomor Karin memanggil. Pertama kalinya dia menghubungiku dengan nomornya sendiri. Biasanya, dia selalu menggunakan nomor Fandi."Kenapa senyum-senyum sendiri?""Ah? Tidak, Pah. Ini ... Karin telepon.""Ya sudah diangkat. Kenapa malah senyum-senyum begitu? Ingat, ya, Mal. Jaga hati. Kamu sebentar lagi akan menikah dengan Ayu. Jangan plin-plan!""Iya, Pah. Aku hanya senang saja Karin meneleponku langsung." Aku tersenyum kikuk, lalu segera menggeser ikon hijau di layar ponsel. "Asalamu'alaikum," sapaku seraya melirik Papa yang terus mengawasi."W-wa'alaikumsalam, Mas."

    Last Updated : 2021-11-08
  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 62

    Setibanya di kantor polisi, kami bergegas masuk. Melihat Kamal, Karin langsung berlari mendekat dan memeluknya sambil menangis. Kamal pun menangis dan selalu berkata 'takut.'"Papaa ...." Kamal menoleh dan beralih ke gendonganku. "Takut, Pah. Om dan Tante itu jahat cemua. Aku dicubit telus," adu Kamal sembari menangis tergugu di pelukanku."Ssshh ... tenang, ya," ucapku seraya mengusap punggungnya. "Sekarang kamu sudah aman. Ada Mama dan Papa di sini. Tidak akan ada lagi yang berani menyakitimu." Aku melirik Karin yang tengah menunduk menyeka air matanya.Setelah melewati beberapa prosedur, kami diizinkan untuk kembali ke rumah sakit. Namun, sebelum itu Karin bersikeras ingin bertemu Ranti dulu meski awalnya sempat tidak diperbolehkan. Kamal yang sempat digendong lagi olehnya pun langsung dialihkan padaku, ketika melihat Ranti datang dengan kepala tert

    Last Updated : 2021-11-09
  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 63

    Tiupan angin yang cukup kencang membuat dedauanan di area pemakaman berterbangan. Aku mendongak. Gumpalan awan hitam terlihat bergerombol menutupi sinar matahari pagi ini.Aku kembali menatap gundukan di hadapan, memanjatkan doa dan menaburkan bunga di atasnya. Tersenyum sembari mengusap batu nisan wanita yang pernah menjadi bagian di hidupku."Aku akan berusaha keras mengabulkan keinginan terakhirmu. Aku janji."Sudah bertahun-tahun lamanya aku berusaha mencari keberadaan dia, tapi belum berhasil. Dia seolah hilang ditelan bumi. Entah di mana dan bagaimana keadaannya sekarang, tapi aku berharap dia baik-baik saja.Dering ponsel membuatku tersadar dari lamunan tentang masa lalu. Kurogoh ponsel dan langsung menjawab panggilan tersebut."Ya?""Ada kabar baik, Pak.""Kabar baik apa?"

    Last Updated : 2021-11-10
  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 64

    Karin tertegun dan kaget saat mendengar perkataanku ini."Innalillahi," lirihnya dengan air mata. "Ayu ... sudah meninggal?"Aku mengangguk."Ya Allah, Ayu. Maafkan aku. Maafkan aku tidak sempat melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Semoga kamu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya," lirih Karin seraya terus menyeka air matanya. "Aku turut berduka, Mas. Kamu pasti sangat kehilangan dan menderita.""Ya. Sama menderitanya saat aku kehilanganmu dan Kamal," balasku.Kami saling menatap sesaat. Sebelum akhirnya, Karin memutus kontak mata lebih dulu."Papa ....""Papa pun sudah tiada. Kalau bukan karena adanya putriku dan Ayu, entah seperti apa jadinya hidupku ini. Aku kehilan

    Last Updated : 2021-11-10
  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 65–Ending

    Berhari-hari aku menunggu jawaban Karin berubah, tapi itu tidak terjadi. Sudah lima hari aku dan Ayesha berada di sini dan memilih tidur di mobil karena Karin meminta kami pergi. Akan tetapi, semua yang dilakukannya itu tidak akan menyurutkan niat dan langkah ini. Aku tidak akan menyerah."Papa, apa tidak sebaiknya kita pulang saja? Aku takut Bunda malah tertekan, Pah. Bagaimana kalau yang kita lakukan ini justru membuat kesehatannya semakin memburuk?"Aku diam. Otak mengiyakan, tapi hati menolak."Papa ....""Sehari lagi, Ayesha. Sehari lagi," sahutku dengan mata terpejam, "kalau sehari lagi jawaban Bunda tidak berubah, kita akan pulang. Sabar, ya.""Iya, Pah."Beberapa menit telah berlalu dalam keheningan. Hingga akhirnya, mata i

    Last Updated : 2021-11-10
  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 66–Bonus Chapter

    Aku merasa hampa dan tak berarti lagi. Semua orang telah meninggalkanku seorang diri. Pada akhirnya, aku tetap dihukum hidup dalam kesepian. Meskipun begitu, aku tetap bersyukur masih sempat menemani Karin di hari-hari terakhirnya. Sudah seminggu Karin pergi, tapi rasanya masih sulit dipercaya kami takkan pernah lagi bertemu. Sungguh sakitnya tak terkira."Pah."Aku menyeka air mata dan menoleh pada Ayesha yang menyentuh lembut punggung tangan ini."Papa harus kuat," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Aku mengangguk dan mencoba tersenyum meski air mata terus berjatuhan. Hampir setiap hari aku mengunjungi makamnya ditemani anak-anak."Papa ....""Papa baik-baik saja, Ayesha. Papa baik-baik saja," kataku yang nyatanya tetap gagal menahan tangis dengan wajah tertunduk."Papa." Ayesha ikut menangis dan memelukku erat dari samping. 

    Last Updated : 2022-04-14
  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 67

    "Kalian sudah makan malam?"Keduanya menggeleng."Kami tunggu Papa sadar. Bagaimana bisa kami makan kalau Papa masih belum siuman?" kata Ayesha."Ayo, Pah. Kita makan sama-sama," ajak Kamal seraya membantuku bangun."Papa sudah tidak apa-apa. Kalian turun duluan, ya. Sebentar lagi papa menyusul.""Tapi, Pah. Nanti ....""Papa tidak apa-apa, Ayesha. Sudah tidak pusing." Aku tersenyum untuk menenangkannya."Kami tunggu Papa di meja makan, ya. Ayo, Sha," ajak Kamal pada adiknya.🍁🍁🍁Selepas kepergian keduanya, aku masuk ke kamar mandi dan mencuci wajah di wastafel. Di depan cermin, aku termenung menatap diri sendiri. Bayangan kebersamaan dengan Karin beberapa tahun silam kembali hadir menyapa.Air mata kembali menitik, ketika bayangan kami yang sedang saling menggoda di kamar

    Last Updated : 2022-04-15

Latest chapter

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 78

    Seminggu setelah penolakan lamaran itu, aku masih merasakan sedih dan kecewa. Namun, perasaan itu tidak kutunjukkan pada siapa pun termasuk pada Papa. Naila pun bekerja seperti biasa setelah sempat izin dua hari. Aku masih tidak menyerah mendekatinya. Dia masih sering kupanggil ke ruangan untuk mengerjakan tugas kecil hanya agar bisa melihatnya lebih leluasa.Hingga pada akhirnya, kesabaran dan doaku membuahkan hasil. Tiba-tiba Naila datang ke ruangan dan mengatakan sesuatu yang tidak diduga-duga. Dia menerima lamaranku yang membuat senyum bahagia langsung merekah menghiasi wajah ini. Papa dan kedua adikku pun turut senang dan dengan semangatnya membantu mempersiapkan pernikahan kami.Kami juga meminta alamat adik dari mendiang ayahnya, dan akan menjemput dia nanti untuk menjadi wali nikah."Ciee, yang sebentar lagi jadi peng

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 77

    POV KAMAL🍁🍁🍁Semakin hari, ketertarikanku pada Naila semakin nyata. Diam-diam aku sering memperhatikan dari kejauhan. Bahkan terkadang memanggilnya ke ruangan hanya untuk alasan yang tidak terlalu penting. Beda hal dengan perasaanku pada Angelina yang semakin terkikis dan hilang begitu saja."Pak Kamal!"Aku yang sedang berjalan menuju parkiran pun, mau tak mau berhenti dan menoleh ketika Angelina mengejar, lalu berdiri di depanku."Ada apa?""Maaf, Pak. Boleh saya minta waktu sebentar? Ada sesuatu yang mau saya bicarakan."Aku melirik jam tangan, lalu mengangguk."Bicaralah." 

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 76

    POV KAMAL 🍁🍁🍁 Hari ini aku berangkat lebih awal dari biasanya ke kantor. Faisal sendiri sedang pergi ke luar kota. Kami memang bergantian mengurus cabang perusahaan di sana. Sementara, akhir-akhir ini Papa yang sering jatuh sakit kami larang untuk ke kantor. Aku yang sedari tadi memandang keluar jendela mobil pun langsung menegakkan posisi duduk, ketika melihat gadis bernama Naila sedang berjalan kaki. Kalau dilihat dari data pribadi, usianya hanya berbeda satu tahun di atas Ayesha. "Pak Galih, tolong menepi sebentar," titahku pada sopir. "Iya Pak." Pak Galih memutar kemudi, dan menghentikan mobil tepat di bawah pohon. Melihat dia semakin mendekat ke mobil ini, akhirn

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 75

    "Semua bekalnya sudah disiapkan, Bi?" tanya Ayesha seraya mendekati Bi Murti di meja makan."Sudah, Non. Ini sedang bibi masukin semua ke kotak.""Terima kasih, ya, Bi.""Sama-sama, Non Ayesha. Hati-hati."Ayesha mengangguk dan tersenyum, lalu mengambil kotak berukuran besar yang didalamnya terdapat banyak bekal."Ayo, Pah!" Dia merangkul lenganku, lalu kami berjalan bersama menuju pintu depan.Namun, baru maju beberapa langkah, aku sudah terhenti lagi seiring napas yang tertahan."Kenapa, Pah?" Ayesha menatap khawatir.Aku masih terdiam karena untuk menarik napas saja rasanya sakit."Pah?"Aku menoleh dan tersenyum."Papa tidak apa-apa," jawabku setelah rasa sakit di dada berangsur menghilang."Papa jangan bohong. Papa kenapa?" rengek

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 74

    POV MALIK🍁🍁🍁"Papa."Aku yang baru selesai meminum obat pun menoleh pada Kamal yang berjalan mendekat."Sudah pulang, Nak. Ada masalah di kantor?""Tidak ada, Pah. Semua baik-baik saja," ujarnya, lalu duduk sampingku. "Papa katanya sesak napas.""Sudah tidak, kok.""Pasti Papa kepikiran Mama lagi, kan?"Aku diam menunduk."Pah ...." Kamal menyentuh pundakku. "Mama sudah lama pergi, Pah. Mama sudah tenang. Jangan terus diratapi.""Papa hanya rindu." Mataku memanas saat mengatakan itu.Kamal merangkul dan mengusap lenganku."Kita semua juga rindu, Pah," lirih Kamal, "tapi Papa harus tetap sehat. Mama juga pasti sedih kalau Papa sakit karena memikirkan Mama terus."Aku mengangguk. "Maafkan Papa. Papa sulit mengont

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 73

    POV KAMAL🍁🍁🍁"Ayo, Bang, pulang!" Faisal menemuiku di ruangan.Aku mengangguk, membereskan berkas di meja, lalu menyambar tas dan berjalan menghampirinya."Mampir ke toko kue dulu, ya. Beli bolu kesukaan Papa."Faisal mengangguk dan kami pun berjalan menuju lift."Ada urusan apa kamu sama gadis itu?""Gadis yang mana?""Naila, OB baru di kantor kita itu.""Oh ... aku hanya kasih amanah dari Papa.""Amanah apaan? Kok, aku tidak diberitahu?""Papa lupa kali.""Amanahnya apa memang?""Uan

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 72

    POV KAMAL🍁🍁🍁"Permisi, Pak."Aku yang tengah menunduk memeriksa berkas-berkas pun mengangkat wajah mendengar seseorang masuk ke ruangan."Masuk!"Angelina—gadis berambut ikal sebahu itu tersenyum dan mengangguk, lalu mendekat ke sini. Diam-diam aku memiliki ketertarikan padanya. Bukan hanya karena cantik, tapi juga pintar."Ada apa?""Ini, Pak. Ada berkas yang harus Bapak tanda tangani." Angelina menyodorkan beberapa map di mejaku.Kuperiksa sebentar, lalu membubuhkan tanda tangan di sana dan memberikannya lagi."Ada lagi?""Tidak ada, Pak.""Ya sudah. Kamu bisa kembali ke ruanganmu.""Pak."Aku yang baru akan fokus dengan laptop pun mau tak mau menoleh lagi ketika dia memanggil.

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 71

    "Di mana Ayesha, Bi?" tanyaku yang baru pulang dari kantor bersama Kamal."Di kamarnya, Tuan. Tadi, sih, sepertinya nangis.""Nangis kenapa?""Uhm— anu ... bibi kurang tahu. Tapi tadi Non Ayesha pas keluar dari kamar Den Faisal sudah nangis."Aku dan Kamal saling melempar pandang."Biar aku yang tanya ke mereka, Pah. Mungkin bertengkar lagi.""Tidak usah, Mal. Biar papa saja. Kamu mandi dan istirahat," kataku, lalu pergi ke kamar Ayesha yang berada di lantai atas juga, sama seperti kamar Faisal."Ayesha," panggilku seraya mengetuk pintu kamarnya.Masih belum ada jawaban."Buka pintunya dulu, Nak. Ayesha?""Sebentar, Pah!" sahutnya dari dalam.Tak berselang lama, Ayesha sudah berdiri di depanku sambil tersenyum manis seperti biasa. Jejak air mata di w

  • MENYESAL MENDUAKANMU   Part 70

    Hari demi hari telah berlalu. Kini, Ayesha sudah bukan lagi anak remaja. Tahun ini dia mulai masuk kuliah. Sementara, Kamal dan Faisal fokus mengurus perusahaan. Mereka mampu bekerjasama mengelola dengan baik beberapa perusahaan yang kubangun dari nol.Bahkan satu pun dari mereka belum ada yang menikah. Aku sudah mencoba mengajak bicara, tapi keduanya kompak berkata belum siap dan belum menemukan calon yang cocok.Aku bangga pada Karin. Dia benar-benar berhasil mendidik Kamal dan Faisal dengan sangat baik. Keduanya berpegang teguh pada nasehat mamanya yang melarang pacaran. Meski aku tahu, sudah lama Kamal diam-diam menaruh hati pada karyawan di kantor yaitu Angelina."Permisi, Pak."Aku yang tengah fokus pada layar laptop pun menoleh ketika Pak Lukman mengetuk pintu dan melongokkan kepalanya."Masuklah."Sudah dua hari aku menggantikan Kamal yang sejak kemar

DMCA.com Protection Status