Ucapan selamat terus berdatangan pada Dariel, namun pria itu tak merasa bahagia sama sekali dengan hal tersebut. Dia hanya bersikap datar pada mereka, karena dia tahu jika mereka hanya berpura-pura dan tak sepenuhnya bahagia dengan keputusan kakeknya.Di sisi Lucia pun sama, mereka mulai mengucapkan kalimat selamat karena dia akan menjadi pendamping calon pemimpin Filbert Group.“Selamat ya, nyonya. Anda memang sangat pantas mendapatkannya.”Lucia tersenyum pada orang yang memberikan ucapan selamat padanya, merasa dihargai atas prestasinya. Namun, dia juga merasa bahwa beberapa orang mungkin memberikan ucapan tersebut karena dia akan menjadi pendamping calon pemimpin Filbert Group, bukan karena dirinya sebagai individu.Dariel memperhatikan reaksi Lucia dan merasa agak tidak nyaman dengan situasi ini. Dia ingin orang-orang menghargai Lucia atas keberhasilan dan kemampuannya, bukan hanya karena hubungannya dengan keluarganya. Namun, dia tahu bahwa ini adalah bagian dari dunia bisnis da
Kepala yang pusing dan tempat yang asing membuat Bela bingung, pinggangnnya pun terasa seperti ada yang memeluknya dengan erat.Dengan sekuat tenaga dia membuka matanya dengan perlahan, hingga dia bisa melihat dengan jelas ruangan yang berantakan dan….“Ernest?!!” Bela langsung terkejut saat pria yang memeluknya adalah Ernest dengan keadaan tak memakai sehelai benang pun.Bela pun langsung melihat ke arah dirinya sendiri yang ternyata juga sama, dia sangat terkejut kenapa bisa dia disini bersama Ernest.Sebelum bisa merespon lebih jauh, tiba-tiba pintu di dobrak dari luar yang membuat Bela langsung mneutupi tubuhnya dengan selimut.Dalam keadaan panik, Bela berusaha membangunkan Ernest yang terlihat masih tidur pulas. Wartawan-wartawan yang masuk dengan paksa ke dalam ruangan semakin membuat situasi semakin kacau. Mereka berusaha merekam setiap detail tanpa menghiraukan privasi Bela dan Ernest."Ernest, bangun! Ini gawat!" Bela berbisik cemas sambil mencoba membangunkan Ernest dengan
Pagi ini Lucia yang mendapatkan surat dari pihak asuransi memilih untuk datang ke kantor mereka, dia sendirian tak ditemani oleh Dariel. Meskipun sebelumnya pria itu memaksa, tapi Lucia menolaknya.“Selamat datang, nyonya Lucia.” Sapa seorang pegawai asuransi tersebut pada Lucia dengan sopan.Lucia mengangguk dan pria itu membimbingnya ke kantor atasannya.“Selamat datang, nyonya Lucia. Silahkan duduk.” Ucap pria dengan sopan yang dia yakini sebagai atasan pria tadi.“Terima kasih, tuan. Jadi bagaimana?” Tanya Lucia langsung karena tak ingin membuang waktunya disini.“Ini adalah persyaratan yang sudah di revisi dan juga sudah di setujui oleh tuan Kaizer, nyonya Lucia. Silahkan membacanya lebih dulu.” Ucap pria itu dengan sopan.Lucia pun menerimanya dan membacanya dengan teliti.“Saya setuju dengan persyaratannya.” Ucap Lucia dengan tenang.Setelah Lucia mengatakan bahwa dia setuju dengan persyaratan yang telah direvisi, pria itu memberikan senyuman singkat. Dia kemudian mengangguk me
“Kau kenapa Lucia?” Suara Dariel mengejutkan Lucia dari lamunannya.Lucia tersenyum tipis, “Tidak apa-apa, habiskan sarapanmu. Aku akan pergi sekarang.” Ucap Lucia sambil memindahkan piring kotornya ke wastafel.“Kau akan kemana?” Tanya Dariel yang bingung dengan perubahan Lucia sejak tadi.“Ada pekerjaan, hari ini aku tak pulang tapi kau jangan lupa jam sembilan pagi untuk jadwal operasi ya.” Ucap Lucia segera lalu menuju ke kamarnya tanpa menunggu balasan dari Dariel.Lucia tampak seperti buru-buru pergi dari rumah ini, bahkan dia tak meminta Victor untuk mengantarkan dirinya.“Ada apa dengannya?” Gumam Dariel yang merasa ada kejanggalan dari perilaku Lucia hari ini.Dariel merasa bingung dan cemas saat melihat perubahan dalam perilaku Lucia. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, terutama setelah Lucia berbicara dengan suara yang terdengar begitu dingin dan tidak biasa. Pertanyaan Dariel terhadap dirinya sendiri semakin bertambah saat Lucia dengan cepat meninggalkan rumah tanpa m
"Apakah Anda benar-benar akan menjalani operasi hari ini, Tuan?" tanya Victor dengan suara ragu, sementara mereka berada dalam suatu ruangan.Dariel melirik dari koran yang sedang dibacanya. "Ya, ada apa?" tanyanya dengan nada dingin."Perasaan saya tidak baik, Tuan," ungkap Victor dengan jujur, mencoba mengutarakan keraguannya.Dariel menatap Victor dengan tajam, mempertimbangkan kata-kata pria itu. "Jangan terlalu berpikir. Panaskan mobil dengan cepat. Kita tak boleh terlambat," ucap Dariel dengan suara datar.Victor mengangguk, meskipun masih terlihat cemas. Dia tahu bahwa operasi yang akan dijalani oleh tuannya itu bukanlah operasi yang mudah.Setelah menunggu beberapa menit sebelum mobil siap, Dariel menghubungi Lucia untuk menanyakan apakah dia sudah berada di rumah sakit atau belum. Dia khawatir wanita itu menunggunya.“Lucia, kau berada di mana sekarang?” Tanya Dariel langsung."Dariel, aku sudah di rumah sakit," jawab Lucia melalui telepon.Dariel merasa lega mendengar kabar
“Lempar bom bius untuk melumpuhkan mereka,” ucap Ellard dengan suara dingin pada bawahannya.“Baik, tuan,” jawab bawahannya dengan cepat.Dengan gerakan cekatan, bawahannya melemparkan bom bius ke arah kelompok anggota XFox yang masih berjuang dalam pertempuran. Bom tersebut meledak dengan suara kecil dan melepaskan gas bius yang segera menyebar. Tidak lama kemudian, anggota XFox yang terkena dampak gas bius tersebut langsung terkapar tak sadarkan diri di tanah.Ellard melihat adegan ini dengan senyuman tipis. Meskipun situasinya kritis, dia telah merencanakan setiap langkah dengan matang. Penggunaan bom bius adalah taktik yang efektif untuk melumpuhkan lawan tanpa membunuh mereka. Dia ingin memastikan bahwa para anggota XFox tidak terluka serius, meskipun mereka sedang dalam pertempuran sengit.Saat melihat anggota XFox yang terkapar, Victor dan Vinn yang berada di dalam pertempuran pun terkejut dan memahami bahwa situasinya telah berubah drastis. Mereka terpaksa mundur karena tidak
Lucia segera menanggapi situasi yang sangat darurat ini. Dia merasa keringat dingin membasahi dahinya saat melihat detak jantung Dariel yang tiba-tiba berhenti. Para suster yang hadir di kamar tersebut segera membantu Lucia untuk mengambil alat pacu jantung dan melakukan tindakan resusitasi secepat mungkin.Mereka bekerja dengan penuh ketelitian dan kecepatan, mencoba menghidupkan kembali jantung Dariel. Setiap detik sangat berharga, dan ketegangan di kamar tersebut begitu terasa. Lucia mencoba untuk tetap tenang, meskipun hatinya berdebar kencang.“Dokter jantungnya sudah berdetak.” Ucap suster tersebut.Setelah beberapa momen yang terasa seperti keabadian, mereka akhirnya berhasil menghidupkan kembali detak jantung Dariel. Napas lega melintas di antara mereka, tetapi mereka tahu bahwa pekerjaan mereka belum selesai. Dariel masih sangat rawan, dan mereka harus bekerja keras untuk memastikan bahwa keadaannya stabil.Lucia dan tim medis lainnya terus bekerja tanpa henti untuk merawat D
Sudah tiga hari sejak Dariel tidak sadarkan diri dari komanya, dan situasi ini semakin mengkhawatirkan Lucia. Dia adalah seorang profesional medis yang tahu bahwa tiga hari tanpa perubahan kondisi adalah hal yang tidak wajar.Lucia, yang tetap setia dalam merawat Dariel, memeriksa semua alat vitalnya secara teliti. Setelah pemeriksaan itu selesai, suster yang membantunya memberikan laporan.“Semua alat vital normal, dokter,” ucap suster tersebut setelah mengecek semuanya.Lucia mengangguk seraya berpikir keras. "Sepertinya ada masalah di beberapa jaringan atau ada trauma yang menyebabkan Dariel masih koma," gumamnya dalam hati. Dia tahu bahwa dia perlu mencari tahu lebih lanjut tentang penyebabnya sebelum bisa merencanakan tindakan medis yang lebih lanjut.Lucia merasa frustrasi dan khawatir saat melihat Dariel masih dalam keadaan koma. Dia tahu bahwa waktu sangat berharga dalam situasi seperti ini, dan setiap detik yang berlalu tanpa perubahan adalah beban emosional yang semakin bera
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu