Dalam perjalanannya menuju ke hotel, Lucia mengecek alat GPS yang di bawa oleh Ed.“Bagaimana? Apakah masih bisa kita deteksi?” Tanya Dariel.“Masih, selagi ada alat ini setidaknya kita bisa memantau pergerakan mereka.” Ujar Lucia dengan serius.Dariel mengangguk menyetujui.Saat sampai di mobil, mereka terkejut saat melihat tuan Kaizer berada disini.“Ayah?” Lucia tak menyangka ayahnya itu akan datang kesini tanpa memberikan informasi terlebih dahulu padanya.“Aku sudah akan menyusul kalian, tapi kalian lebih cepat kembali. Kenapa tidak menonton sampai akhir?” Tanya tuan Kaizer dengan penasaran pada putrinya dan juga Dariel."Ayah, kami punya alasan khusus untuk kembali lebih awal," jawab Lucia dengan cermat, mencoba untuk tidak memberikan informasi yang terlalu rinci. Dia tidak ingin ayahnya khawatir atau tahu tentang situasi anak-anak jalanan yang mereka temui di karnaval.Dariel juga menambahkan, "Ya, ada beberapa urusan yang perlu kami selesaikan di sini."Tuan Kaizer tampak sedi
“Titik lokasi ada di radius lima puluh meter, sepertinya kita harus turun disini.” Ucap Lucia dengan serius.Karena jika mereka terus melangkah dan menggunakan mobil patroli polisi militer maka akan membuat mereka sangat curiga.“Baiklah, aku akan menyuruh timku untuk mengecek keadaan dan kita akan bersembunyi dan mencari celah untuk masuk.” Ucap Jack dengan serius.Dariel, tuan Kaizer dan Lucia mengangguk setuju.Mereka berusaha untuk bergerak hati-hati dan diam-diam mendekati markas tersebut. Semua harapan mereka terletak pada upaya penyelamatan anak-anak jalanan yang masih berada dalam kondisi sangat sulit. Semoga operasi penyelamatan ini berhasil dan anak-anak bisa mendapatkan hidup yang lebih baik setelah terbebas dari perbudakan yang mereka alami.Mereka menjalani misi penyelamatan dengan sangat hati-hati. Mereka mendekati markas penyelundupan anak-anak dengan perlahan dan berusaha untuk tidak menarik perhatian siapa pun. Tim polisi militer yang dipimpin oleh Jack membantu dalam
“Apa anda benar-benar akan meninggalkan organisasi ini tuan?” Zax tampak merasa kecewa dengan tuannya saat ini.Di ruang pertemuan ini semua tampak tegang bahkan sangat terkejut dengan keputusan pemimpin mereka yang tiba-tiba.Ellard memandang Zax dengan senyum tipis, malam ini adalah malam perpisahannya yang mengundurkan diri dari pemimpin organisasi Swartwolf.“Aku sudah tak ada tujuan lagi untuk menetap disini, besok pasukan khusus internasional akan mengutus pemimpin baru kalian. Aku harap mereka lebih bisa lebih membuat organisasi ini maju. Dan aku akan memulai tujuanku dari nol.” Ucap Ellard tersenyum tipis dan melihat anggotanya yang lain.“Anda sangat mengecewakan.” Zidan bahkan tak mau menatap wajah Ellard saat ini, dia merasa bahwa pemimpinnya telah meninggalkan mereka.Ellard melihat ekspresi kecewa dan ketidaksetujuan anggotanya dengan tenang. Dia tahu bahwa keputusannya untuk mundur dari kepemimpinan organisasi ini mungkin akan mengecewakan banyak orang, tetapi dia yakin
“Angel?!” Dariel tampak terkejut dengan kedatangan wanita itu. “Aku sangat merindukanmu, kita sudah sangat lama tidak bertemu.” cap wanita itu dengan sangat bahagia bahkan tak canggung untuk memeluk Dariel di depan Lucia dan tuan Kaizer yang duduk di meja yang sama. Dariel tak membalas pelukan itu dan melepaskan pelukan wanita itu karena merasa tak nyaman dengan perlakuan tiba-tiba tersebut. Wanita itu tampak mengernyitkan dahinya. “Kenapa? Apa kau tak merindukan teman masa kecilmu ini?” Dariel mencoba tersenyum sopan. "Tentu saja, Angel. Tapi sekarang aku bersama Lucia, dan ini adalah momen kami bersama. Kau harus mengerti." Angel menatap ke arah wanita yang duduk di samping Dariel, wanita cantik yang tengah tersenyum lembut padanya. Tapi dia tak menyukai senyum itu. Angel tampak kecewa, tetapi mencoba menyembunyikan perasaannya. "Oh, tentu saja. Maafkan aku karena mengganggu. Aku hanya berharap bisa menghabiskan waktu bersamamu. Karena kita sudah sangat lama tidak bertemu." Lu
Hari berlalu dengan sangat cepat, mendekati hari pernikahan Bela dan Fedrick, hari-hari tampak lebih bahagia.“Hari ini aku akan ke mansion Lucia, ku dengar dia sudha kembali dari Amsterdam kemarin.” Ucap Bela dengan semangat untuk mengundang Lucia dalam pernikahan mereka yang empat hari lagi akan di gelar.“Baiklah sayang, apakah kau perlu aku antar? Tapi aku ada rapat siang ini, jika kau ingin kita bisa kesana sore hari.” Tanya Fedrick dengan lembut.Bela menggeleng, “Aku bisa sendiri, aku tahu kau sangat sibuk.”Fedrick mengangguk, “Kalau begitu, hati-hati di perjalanan. Beri salam untuk Lucia dariku ya.”Bela tersenyum, “Tentu, Fed. Sampai nanti!”Bela berangkat ke mansion Lucia dengan penuh semangat. Dia merasa senang bisa berbagi kebahagiaan pernikahannya dengan teman baiknya itu. Mansion Lucia yang megah terlihat semakin indah dengan dekorasi yang telah dipersiapkan untuk pernikahan.Sesampainya di sana, Bela langsung disambut oleh Lucia dengan senyuman hangat. “Bela! Kamu data
“Tuan Dariel sedang ada di ruangannya, nona. Silahkan mari saya antar ke ruangannya.” Ucap resepsionis tersebut dengan sopan karena dia sudah mengenali latar belakang Lucia sehingga dia tak akan mempersulit wanita itu.“Tidak perlu, kau tetap disini saja. Aku bisa ke ruangannya sendiri.” Ucap Lucia dengan lembut.Lucia melangkah dengan mantap menuju ruangan Dariel. Pintu ruangannya terbuka, dan Dariel tampak sibuk di meja kerjanya. Dia mengangkat kepala saat pintu terbuka dan tersenyum begitu melihat Lucia."Hai, sayang. Bagaimana harimu?" tanya Dariel sambil memberi Lucia senyuman hangat.Lucia tersenyum balas, "Hari ini cukup baik. Aku baru saja bertemu dengan Bela, dan kami benar-benar memiliki waktu yang menyenangkan bersama."Dariel mengangguk, "Itu bagus. Ayo, duduklah." Mereka berdua duduk di sofa kecil yang ada di ruangan tersebut, menikmati kebersamaan mereka."Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," kata Dariel, ekspresinya menjadi serius.Lucia menatapnya dengan penuh
Hari menuju pernikahan Bela semakin dekat, Lucia saat ini tengah memilih gaun untuk dirinya kenakan saat pesta pernikahan Bela nantinya bersama dengan pelayan setianya, Anne.Anne adalah pelayan muda yang memiliki fashion yang cukup baik dibandingkan dengan pelayan mansion yang lain sehingga Lucia mengajak pelayan muda itu dengannya pergi ke salah satu butik langganannya.“Bagaimana menurutmu?” Tanya Lucia pada Anne.“Menurut saya, gaun yang ini sangat cocok dengan Anda, Nona Lucia. Ini memberikan sentuhan elegan dan anggun, sangat sesuai dengan acara pernikahan,” jawab Anne dengan ramah.Lucia tersenyum puas, “Aku setuju, Anne. Mari kita pilih yang ini.”Setelah memilih gaun yang sesuai, Lucia dan Anne melanjutkan perjalanan mereka untuk memilih aksesori dan sepatu yang cocok. Mereka berdua tampak menikmati momen ini, Tenggelam dengan rasa senang karena melihat barang-barang bagus di depan mereka saat ini.Saat Lucia mencoba sepatu baru, Anne memberikan saran dengan senyum ramahnya,
Lucia pergi dari ruang makan itu saat merasa suasana memanas, dia sungguh tak menyangka jika kakek Abert akan melakukan tindakan tersebut pada dirinya. Dariel melihat kepergian Lucia dengan rasa khawatir, dia segera menatap tajam kakeknya tersebut. “Kita akan berbicara di mansion.” Ucap Dariel dengan dingin lalu mengejar Lucia yang entah pergi kemana. Tuan Kaizer menghela nafasnya, lalu menatap tuan Abert dengan tatapan yang sulit diartikan. “Apa yang sebenarnya anda rencanakan tuan besar Filbert, saya masih menghormati anda sebagai orang yang lebih tua disini. Tapi anda telah menyakiti putri saya dengan keputusanmu yang sepihak ini. Padahal kau tahu sendiri putriku sudah mulai mencintai cucumu, Dariel. Tuan Filbert tersenyum sinis, "Saya hanya mencari yang terbaik untuk cucu saya. Apakah kalian pikir hubungan ini akan membawa kebahagiaan? Pernikahan itu untuk kebaikan mereka berdua." Tuan Kaizer meresapi kata-kata itu dengan perasaan marah yang tak terbendung, "Tuan, bagaimanap