Di kantor Aryo senyum-senyum sendiri, akhirnya berhasil membujuk Salsha. Kini dia bersiap-siap menemui kekasihnya di apartemen. Namun, sebelumnya ia harus mengirimkan pesan terlebih dahulu untuk Via, karena kalau Via yang ngambek urusannya akan jauh lebih sulit.
[Sayang, maaf ya aku akan pulang telat karena mendadak lembur lagi.]Pesan terkirim dan bercentang dua namun belum dibaca, Aryo segera menyimpan ponselnya ke dalam sakunya dan beranjak berjalan ke arah pintu untuk keluar. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Salsha.Saat akan membuka pintu ketukan dari luar pun terdengar, Aryo langsung membukakan pintunya."Selamat siang pak, kami datang untuk mengantarkan surat tagihan," ucap seorang pria berseragam putih."Sepertinya kamu salah kantor, soalnya aku tidak pernah memesan apapun," jawab Aryo.Melihat Aryo yang kebingungan orang itu menyodorkan sebuah kertas.Seketika mata Aryo membulat sempurna setelah membaca isi kertas tersebut."Apa?! Via beli mobil baru."Mau tidak mau Aryo harus membayar mobil seharga tujuh ratus juta itu.Setelah orang itu pergi Aryo mengusap kepalanya dengan kasar, rencananya untuk ke apartemen Salsha diurungkan.Merasa ada yang tidak beres dengan Via, Aryo pun memilih pulang ke rumah.Sesampainya di rumah Aryo bertambah kesal melihat sebuah mobil berwarna putih berada di garasi rumahnya, dengan mempercepatkan langkahnya Ia pun masuk ke dalam."Via! Via!" Aryo terus berteriak memanggil Via."Ada apa sih Mas, kok udah pulang? Padahal aku baru saja membaca pesan yang kamu kirimkan," ucap Via nyerocos tanpa menghiraukan raut wajah Aryo yang tampak kusut."Itu tidak penting! Kamu kenapa beli mobil baru lagi?" tanya Aryo to the point."Mobilku sudah sering mogok, Mas.""Kan masih bisa dibawa ke bengkel," ucap Aryo. Sambil duduk di sofa ruang keluarga"Sudah Mas tapi tetap saja suka mogok di jalanan, emang salah aku beli mobil baru? Lagian aku ambil yang murah kok," jelas Via sembari mengikuti suaminya lalu duduk di sebelahnya"Murah?! Tadi aku bayar tujuh ratus juta loh."Via mendekat lalu melepaskan jas yang masih menempel di tubuh Aryo."Masih mending aku nggak kepincut yang harga 1M, jadi aku ambil yang murah aja."Aryo menoleh sebentar kearah Via lalu menghela napas berat, ia malas berdebat dengan Via, percuma saja toh dia tidak akan mengerti dan semuanya juga sudah terlanjur."Aku capek, kamu udah masak belum?" tanya Aryo mencoba mengalihkan pembicaraan."Sudah mas.""Aku mau mandi dulu, setelah itu kita makan.""Iya mas."Aryo pun beranjak dari tempat duduknya dan berlalu tanpa menghiraukan Via lagi, sementara Via yang berdiri sambil mengulum senyum, dia ingat betul bagaimana raut wajah Aryo saat marah padanya.Selesai makan Aryo langsung masuk ke kamar untuk mengecek ponselnya apakah sudah ada kabar dari Salsha.Via juga tak mau ketinggalan informasi, ia pun juga membuka ponselnya diruang keluarga sambil menikmati film Drakor.Via sekarang fokus ke ponselnya membaca pesan-pesan dari Aryo dan Salsha."Drama kalian jauh lebih menarik daripada Drakor," gumam Via kembali membaca pesannya.[Mas, kok kamu nggak jadi ke apartemen? Mana tidak bisa dihubungi lagi] kata Salsha di pesan singkatnya[Maaf sayang, ada urusan yang harus aku selesaikan dirumah, kamu yang sabar ya, besok aku akan temanin seharian.] balas Aryo"Sepertinya bakalan seru nih kalau pertemuan kalian aku gagalkan," Lagi-lagi rencananya membuat Via tersenyum.***Keesokan harinya Via sengaja tidak masak hari ini, karena ia akan mengajak Aryo untuk belanja dan makan diluar."Mau kemana kamu rapi banget?" tanya Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi."Kok nanyanya gitu, Mas? Jangan bilang kalau kamu lupa ataupun tidak bisa.""Maksudmu?" Aryo menaikkan satu alisnya."Hari ini kan, kamu udah janji mau temanin aku belanja," jawab Via tersenyum menampakkan gigi putihnya."Astaga sayang, maaf aku benar-benar lupa, tapi gimana ya....""Apanya, Mas?""Duh sorry banget nih sayang, soalnya aku belum bisa nemenin kamu hari ini, soalnya kemarin kan aku nggak jadi lembur, hari ini aku harus menyiapkan laporan."Via menundukkan kepalanya, "Kamu sekarang sudah berubah, Mas.""Sayang, bukan begitu, tapi—" belum lagi Aryo menyelesaikan bicaranya Via sudah berlalu keluar kamar, karena ia tahu kelemahan Aryo yang tidak akan membiarkannya ngambek.Via duduk di sofa dengan wajah sedihnya dan benar saja, dalam hitungan detik Aryo menghampirinya."Sayang, jangan ngambek dong. Iya deh hari ini aku temani kamu belanja." Seketika Via menoleh dan tersenyum kepada Aryo."Makasih mas," ucapnya pelan. Aryo pun langsung memeluknya'Seandainya saja kamu tidak sedang berpura-pura Mas, betapa bahagianya hati ini dapat perlakuan manja dan kasih sayangmu.' batin Via. Tapi segera ia tepis rasa bodoh itu.'Tidak! Aku tidak boleh lemah hanya karena begini saja.'Tidak punya pilihan lain, Aryo menghubungi Salsha dan berbohong kalau dirinya sedang ada pekerjaan mendadak di kantor.°Hampir seharian Aryo menemani Via berbelanja. Aryo juga merasa aneh, karena baru kali ini Via sangat banyak menghabiskan uangnya.Selesai belanja mereka memutuskan untuk pulang.Saat Aryo membukakan pintu mobil untuk Via, seketika itu juga dirinya merasa panik, kala melihat seorang wanita yang berdiri tak jauh dari mereka sambil menatapnya sinis.Setelah selesai belanja, mereka memutuskan untuk pulang Aryo pun membukakan pintu mobil untuk Via, Dan saat itu juga mata Aryo tertuju pada wanita yang menatap sinis kearah mereka. Seketika Aryo pun merasa sangat panik."Mas!" panggil Via yang sudah di dalam mobil"I—iya sayang," jawab Aryo dengan gugup"Loh, kamu kenapa sih, Mas?""Gini sayang, tadi tuh aku dapat telpon dari dari kantor kalau aku harus datang, kan belanjaannya udah jadi kamu pulang naik taksi aja ya,""Emangnya harus banget ya," ucap Via yang tayu kalau Aryo sedang berbohong"Iya sayang,""Ya udah kalau begitu Mas pergi aja," ujar Via langsung turun dari mobil"Benaran nggak apa-apa nih, Sayang?""Iya mas, nggak apa-apa kok," jawab Via sembari tersenyum. Ia sengaja menyuruh Aryo pergi karena ingin melihat apa yang akan terjadi'Aku akan menunggu beritanya, pasti seru,' batin ViaSaat Via sudah pulang dengan taksi, Aryo pun menghela napas dan langsung mencari dimana Salsha, karena tadi ia melihat raut wajah Salsha sa
Aryo terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang menelusuk masuk melalui celah gorden yang sedikit tersingkap. Dengan perlahan Ia membuka matanya, beberapa detik kemudian ia dikejutkan dengan pemandangan disampingnya.Selimut yang tersorot kebawah menampakkan pundak putih milik istrinya. Aryo melihat kedalam selimut badannya telanj***g b**at sedangkan istrinya hanya menggunakan celan* da**m."Apa yang telah aku lakukan," ucap Aryo panik. Karena tidak mengingat apa yang telah terjadi tadi malamIa pun bangun dan duduk bersandar di dinding ranjang, ia mengusap wajah dengan kasar karena telah kebablasan, semua terjadi pasti gara-gara ia terlalu banyak minum tadi malam."Ah, bodoh." ucapnya prustasi sambil mengacak-acak rambutnya.Tiba-tiba, Via menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya menatap Aryo sembari tersenyum dengan indahnya. Namun didalam hati seakan tertawa senang karena sebentar lagi ia akan membuat Aryo tidak punya pilihan lain."Apa yang telah aku lakukan semalam V
Tidak mau Salsha tahu tentang siapa yang mengirim pesan, Aryo segera menyimpan ponselnya kemudian kembali pokus ke Salsha."Sayang kamu cantik banget hari ini, kamu memang bisa membuatku berselera." Aryo memuji kecantikan Salsha, ia merasa Salsha sangat bisa menyenangkan hatinya tidak seperti Via yang kalau dandan bikin matanya menjadi sakit."Iya dong, Aku tidak sama seperti istri kumal mu itu," jawab Salsha yang seperti tahu apa yang Aryo pikirkan"Iya itu yang membuat aku betahnya sama kamu," ucap Aryo dengan satu ciuman mendarat di kening Salsha"Nanti malam ke apartemen ya, Mas. Seperti biasa aku sudah sediain obat supaya kita lebih semangat," ujar Salsha sembari tersenyum nakal.Aryo berpikir sejenak mendengar apa yang barusan Salsha katakan, sebenarnya ia sangat rindu dengan permainan ranjang Salsha. Tapi bagaimanapun ia harus pulang karena ia ingin melihat apa saja yang dilakukan oleh Via mengunakan ATM miliknya."Mas! Kok diam? Dari tadi aku perhatikan wajahmu kok seperti ora
Satu bulan berlalu, Aryo kini jadi sering dirumah ketimbang diluar. Entah mengapa ia jadi lebih betah barsama Via sekarang. Namun bagaimanapun ia juga sangat mencintai Salsha, jadi sekarang ia sudah bisa mengatur waktunya.Via rasa ini sudah saatnya ia menjalankan rencana selanjutnya. Via segera mengambil testpack positif yang ia dapatkan dari Intan, entah darimana Intan mendapatkannya.Melihat Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi, Via pun segera melakukan aktingnya."Hoekkk," Via langsung menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi dan menutup pintunya"Via, kamu kenapa?" tanya diluar pintu. Via tak menyahut ia terus berakting muntah-muntah."Via, kamu sakit?" tanya Aryo lagi mulai merasa khawatir.Tak lama kemudian Via keluar dengan wajah lemesnya. Aryo langsung menghampirinya"Kamu kenapa? Wajah mu sepertinya lemas sekali, kita harus kedokter sekarang." ucap Aryo dengan cepat ia raih dan memakai kaos berwarna putih"Aku sebenarnya nggak sakit, Mas. Aku cuma mau bicara sesuat
Setelah selesai makan malam, Aryo dan Via bersantai di ruang keluarga tengah menikmati sinetron di televisi dan sangat kebetulan sinetron yang mereka tonton tentang perselingkuhan.Via sibuk dengan cemilan yang ia belikan tadi siang, Aryo hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat Via yang kini benar-benar rakus.Aryo merasa tenggorokan sedikit kering, ia juga tak enak hati kalau harus menyuruh Via mengambilkan air untuknya. "Mas mau kemana?" tanya Via saat melihat Aryo hendak beranjak"Aku haus, mau ke dapur ambilin minum. Kamu mau minum juga?""Iya, tapi aku maunya susu, Mas." ucap Via dengan manjanya"Mau rasa apa?" tanya Aryo tanpa protes"Coklat," jawab Via sembari tersenyum, Aryo pun mengangguk dan berjalan ke dapur"Enak juga pura-pura hamil, apa saja yang kita mau diturutin." gumam Via tertawa kecilBeberapa menit kemudian Aryo pun datang membawa segelas susu. Via menerimanya dengan senang hati, Namun seketika ia mengerutkan keningnya"Mas, kan aku minta rasa coklat. Ini kok ra
Pagi ini Via sengaja hanya masak nasi goreng untuk Aryo dan kini telah siap di atas meja makannya tinggal menunggu suaminya keluar kamar.Tak lama kemudian Aryo pun keluar kamar sambil mengancing lengan bajunya, ia pun terlihat sudah sangat rapi. Karena hari ini ia kemabali masuk kerja. Via secara diam-diam menatap suaminya.'Tampan sekali, tapi sayangnya hatimu tak seindah parasmu, Mas'"Selamat pagi, Mas," sapa Via."Pagi sayang!" Ucap Aryo yang segera duduk"Mas, maaf ya hanya nasi goreng. Soalnya aku merasa sangat malas bergerak," ucap Via saat mereka sedang sarapan"Nggak apa-apa kok, nasi gorengnya juga enak ."Via tersenyum mendengar, "Mas, sepertinya kita butuh pembantu untuk membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.""Oh, iya nanti akan aku carikan ya." jawab Aryo tanpa protes karena ia merasa Via benar, mereka memang butuh pembantu apalagi saat ini Via sedang hamil.Usai makan Via mengantarkan suaminya kedepannya, "Hati-hati ya mas, jangan lupa makan siangnya." Aryo menghada
"Aku yang akan berperan sebagai pembantu dirumahmu, Mas.""Sha, semua itu tidak semudah apa yang kamu pikirin, emangnya kamu bisa bekerja sebagai pembantu? Semuanya hanya akan membuat Via curiga sama kita, Sha.""Ya ... Aku bisa kok, tapi kalau seandainya hubungan kita ketauan malah bagus dong, kita nggak perlu rahasia-rahasia lagi sama istrimu itu.""Salsha, tolong ngerti sedikit aja, aku akan menikahi kamu, aku juga sangat mencintaimu. Tapi kalau sekarang waktunya belum tepat, Sha.""Iya aku mengerti mas, tapi izinkan aku tinggal bersamamu.""Aku nggak yakin, kamu bisa mengerjakan semuanya, Sha.""Kamu percaya sama aku mas, demi kamu dan hubungan kita aku pasti bisa," ucap Salsha lalu memberi kecupan dipipi Aryo."Ya sudah terserah kamu aja. Tapi ingat jangan sampai membuat Via curiga.""Oke mas. Makasih." Salsha memeluk Aryo'Sebentar lagi aku akan menyingkirkanmu, Via," batin Salsha. Sembari tersenyum sinis"Ya sudah kamu tunggu sebentar, aku mau selesaikan pekerjaan ini dulu, set
Pagi ini Via sengaja bangun telat karena tidak perlu menyiapkan sarapan untuk Aryo karena mereka sudah ada pembantu baru dirumahnya. Tapi Via selalu bersikap waspada dengan kehadiran Salsha dirumanya.Via yang masih terpejam seketika menjadi kaget ketika sentuhan yang terasa sangat dingin diperutnya. Ia membulatkan matanya saat mendapatkan Aryo yang sedang bertelanjang dada dan hanya mengunakan handuk sebatas pinggang tengah tersenyum kepadanya dengan tangan masih menempel di perutnya."Mas Aryo," ucap Via pelan"Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin membangunkan baby," jawabnya. lalu mencium perut Via yang masih rata. Via merasa sangat geli dengan perlakuan suaminya.Via tersenyum, "Nggak apa-apa. Mas." Via memegang tangan Aryo yang masih mengusap perutnya.Via pun bangun, dan berjalan menuju lemari untuk menyiapkan baju Aryo yang baru saja selesai mandi."Mas, ini bajunya.""Makasih, Sayang," jawab Aryo. Sambil berjalan ke arah Via lalu memeluknya dari belakang. Tentunya Via menjadi
Misteri handuk basah diatas kasur.Karena tidur lebih awal, Via terbangun tepat jam sebelas malam, di mana saat itu Andre baru saja terpejam beberapa menit yang lalu. Ia baru menyelesaikan banyak pekerjaan yang menumpuk akibat beberapa lama tidak masuk kerja karena insiden kemarin."Sayang." Via mencubit hidung suaminya, merasa kesal karena tidak mendapatkan respon dari Andre."Sayang." Kali ini Via menggoyangkan tubuh Andre dengan kuat."Hmm," jawab Andre dengan mata masih terpejam karena ia sangat mengantuk."Hei, bangun buka matanya." Via masih terus berusaha membujuk Andre untuk membuka mata."Iya, kenapa Sayang?" tanya Andre juga berusaha menahan kantuknya."Aku pengen banget makan rujak buah dan mangga muda.""Sayang, ini sudah sangat larut malam, mungkin sudah tidak ada yang jual rujaknya. Besok saja ya, mas janji akan beliin banyak.""Nggak mau besok, maunya sekarang." Rengek Via disertai wajah yang mulai cemberut.Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa hari berganti minggu,
Via kembali kerumah sakit membawa perasaan yang tak menentu, langkahnya sangat terasa berat ketika mengetahui semua kebenarannya.'Wanita itu kini benar-benar telah berhasil merusak semua kebahagiaanku,' batin Via kembali menuju ruangan Aryo. Didepan ruangan Aryo, terlihat dokter sudah keluar dengan cepat Via menghampirinya."Dok, bagaimana keadaan teman saya?" tanya Via khawatir.Dokter menghela napas, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi takdir berkata lain. Darah yang dikeluarkan sudah sangat banyak."Seketika Via merasa shock mendengar penjelasan dokter. Ia tidak menyangka sesuatu yang sangat ia takutkan kini benar-benar terjadi.*Semua yang ada di pemakaman itu beranjak pulang, kini hanya tinggal Via dan beberapa teman kerja Aryo.Via menyeka sisa-sisa air mata di wajahnya, kini Aryo benar-benar telah pergi untuk selamanya.Walau bagaimanapun Aryo adalah orang yang pernah mengisi hari-harinya, tentunya Via merasa sedih, apalagi Aryo meninggal akibat tusukan yang dilak
"Hallo."".....""Apa! Kecelakaan?"Seketika semua tubuhnya terasa melemah.****Via menatap sekitar di dalam ruangan serba putih. Dengan aroma obat-obatan atau anti bacterial sejenisnya.Menghapus sisa-sisa air matanya, mata yang sudah bengkak karena sudah menangis beberapa hari.Setelah beberapa waktu yang lalu melewati 8 jam yang menegangkan menunggu operasi berlalu, dan ini sudah 1 minggu ia disini, rasanya sangat sulit baginya untuk bernapas, Andre belum juga sadarkan diri, matanya masih terpejam damai dengan selang infus di hidung dan tangannya.Via disini sendirian, karena Mika juga mengabarkan kalau mertuanya juga jatuh sakit ketika mereka tiba di Jerman."Sayang, kapan kamu bangun? Aku mohon bangunlah." ucapnya lirih, dengan bulir-bulir air mata mulai membasahi pipinya.Ia pun menjatuhkan bokongnya ke lantai, mencoba menumpahkan semua rasa sedihnya dengan kembali menangis.Mendengar langkah kaki yang akan masuk ke dalam ruangan, Via mendongakkan kepalanya."Via, apa yang kamu
Pukul 05.30 Via sudah sedari tadi berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk suaminya.Saat ia sedang pokus mencicipi masakannya, kedua tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya."Sayang, kamu sudah bangun?" ucapnya yang sedikit kaget dengan kehadiran suaminya."Iya Sayang, kamu terlalu pagi bangunnya, padahal tadi dingin banget, butuh kehangatan," ucap Andre terus mencium tengkuk istrinya."Nah, sekarang kamu cepetan mandi, abis itu akan ku suguhkan yang hangat-hangat.""Benarkah?""Iya, ini kan baru dimatiin kompornya, tentunya masih hangat dong.""Ah, kalau itu panas namanya,""Apa bedanya?""Yang hangat itu kamu." Andre mempererat pelukannya, dengan tangannya yang mulai nakal.Via perlahan sedikit menjauh, takut suaminya meminta lebih, "Sekarang sarapannya sudah siap, cepatan mandi, abis itu kita sarapan bareng." Tak bisa berbuat lebih, Andre akhirnya menurut. 30 menit kemudian Andre datang lagi, kali ini ia sudah terlihat rapi dengan seragam kerjanya.Via mulai mengambil nasi
Malam ini, Andre mengajak Via untuk makan malam diluar. Via pun menurut saja, walaupun dalam hatinya penuh tanda tanya, tidak biasanya Andre mengajaknya makan malam di tempat yang agak jauh dari rumah mereka."Sayang, emangnya kita mau kemana?" tanya Via saat mereka diperjalanan."Ya, mau dinner lah," jawab Andre enteng."Dinner? Tidak biasanya, lagipula sudah sudah beberapa restoran mewah yang sudah kita lewati, emangnya kita akan makan dimana?""Kamu diam saja, sebentar lagi kita akan sampai."Dengan hati yang tak menentu, Via pun akhirnya diam sejenak. Namun, merasa perjalanan sudah sangat jauh Via kembali bertanya. "Sayang, ini sudah terlalu jauh, sebenarnya kita mau kemana?" "Paling 10menit lagi kita akan sampai.""Sayang, setengah jam yang lalu kamu juga bicara seperti itu, nyatanya kita belum juga sampai, kalau terus-terusan begini perut kita akan keroncongan."Andre hanya bisa tersenyum mendengar celotehan istrinya.Benar saja, 10 menit kemudian mereka pun tiba ditempat tuju
Aryo juga sangat tidak menyangka kalau ia akan bertemu Via disini, ia sangat ingin berjumpa dan meminta maaf pada Via. Tetapi, sekarang keadaannya sudah berbeda. Via sudah menikah lagi, bahkan suaminya sekarang adalah sahabatnya sendiri.Selain itu ditempat kerja bukanlah waktu yang tepat untuk meminta maaf.Selama ini Aryo sudah berusaha mencari Via kemana-mana, tetap saja ia tidak menemukannya. Via benar-benar menghilangkan bagai ditelan bumi.Aryo pun frustasi, alhasil pekerjaannya terbengkalai sehingga ia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja.Uang hasil penjualan rumah yang sudah dibagi dua oleh Via juga sudah habis, ia gunakan untuk berpoya-poya, minum-minum, membayar wanita dan berjudi. Aryo benar-benar hancur dan seperti orang gila karena ditinggal oleh Via.Baru satu bulan ini, ia berusaha untuk bangkit kembali untuk meneruskan hidupnya.Saat pertemuan selesai, semua orang yang ada diruangan itu keluar, begitu pula dengan Andre dan Via. Diam-diam Aryo memerhatikan mereka
Pukul 10.00 pagi Salsha sudah tiba di rumah Elisa. Dengan gayanya yang menurutnya sudah sangat pas.Perlahan diketuknya pintu rumah Elisa. Seorang pembantu keluar dan membukakan pintu."Maaf siapa ya?" tanya pembantu itu tak mengenal Salsha"Saya temannya Via," jawab Salsha tersenyum."Oh, non Via tidak ada disini, mereka sudah tinggal di rumahnya sendiri.""Oh begitu ya, tante Elisa nya ada?""Kalau nyonya ada didalam.""Boleh saya bertemu dengan tante Elisa?"Pembantu itu menatap Salsha dan memperhatikannya lamat-lamat"Siapa Bi?" tanya Elisa yang datang dari belakang, karena mendengar suara asing."Anu nyonya, ini ada yang mau ketemu nyonya."Elisa pun mempercepat langkahnya, "Sepertinya saya perna ketemu kamu?" ucapnya saat melihat Salsha."Iya tante, kemarin kita ketemu, saya temannya Via." Salsha memasang wajah sok manisnya"Oh, ya sudah silahkan masuk dulu," ajak Elisa."Bi, buatkan minuman untuk nak," Elisa menatap ke arah Salsha"Salsha tante," ucapnya mengerti maksud Elisa
"Salsha!" Ucap Via ketika melihat wajahnya."Via, dimana mas Aryo? Dia harus menikahiku." "Maaf saya tidak tahu." Via beranjak berdiri dan dengan cepat masuk kedalam toilet karena sudah sangat kebelet.Saat ia keluar ternyata Salsha masih berdiri disana menunggunya."Via, kamu harus dengarkan aku dulu.""Kalau kamu hanya mau ngomongin tentang mas Aryo ataupun menanyakan dimana dia sudah ku jawab aku tidak tahu dan aku tidak punya banyak waktu." Via melanjutkan langkahnya, seketika tangannya dicegat oleh Salsha."Mau kamu apa sih Sha? Seharusnya kamu lebih tahu tentang mas Aryo. Bukankah kamu perna berhasil merebutnya dariku. Sekarang kami sudah bercerai!" "Kamu tinggal kasih tahu dimana mas Aryo berada, gitu aja kok susah banget."Via tersenyum miring dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku harus bicara bagaimana lagi biar kamu percaya kalau aku tidak tahu karena sejak bercerai aku sudah tidak sudi bertemu dengannya." Via langsung melangkahkan kakinya kembali ke depan.Salsha pun t
Tak terasa sudah hampir satu bulan penuh mereka tinggal di Maldives dan hari ini mereka sudah kembali ke tanah air.Saat turun dari pesawat senyuman mengembang dibibir keduanya, dari jauh dilihatnya Elisa sudah menunggunya. Via mempercepat jalannya lalu berlari kecil memeluk mertuanya."Mama aku sangat rindu." Via mempererat pelukannya"Mama juga sangat merindukanmu, Sayang.""Jadi aku tak dirindukan nih?" Andre yang sedari tadi dianggurin kini ikut bicara"So pasti mama juga sangat merindukanmu anak nakal." Pelukan serta cubitan kecil mendarat di tubuh Andre. Via pun ikut tertawa kecil melihatnya."Ayo sekarang kita pulang, Mika juga sangat merindukan kalian." Elisa lalu mengandeng tangan Via.Koper mereka dibawa oleh supir pribadi Elisa.Sesampainya di rumah, Andre dan Via disambut oleh Mika dan 2 perempuan bersamanya yang belum Via kenali. Dengan cepat Mika menghambur memeluk Via "Akhirnya kakak ipar ku yang cantik ini pulang juga. Aku sangat merindukanmu.""Sama mbak juga sanga