"Aku benar-benar tidak menginginkan pria seperti Anda, Mr. Harlot."Tobias langsung menjatuhkan dekapan lembut telapak tangannya di wajah Sanaz yang hangat meski tatapannya sangat dingin, bahkan bibir kemerahan gadis muda itu masih lembab oleh jejak lumatannya tapi hati Sanaz tetap keras sama sekali tidak tersentuh. Benar-benar baru kali ini Tobias merasakan ditolak dan tidak bisa berbuat apa-apa."Terimakasih untuk semua waktumu selama ini.""Saya harus segera pergi jika ternyata tidak ada yang perlu saya kerjakan di sini?" Sanaz benar-benar bersikap tegas dan langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukan.Tobias sadar jika Sanaz masih sangat muda, dia memiliki hak untuk memilih pria manapun yang lebih baik dari lelaki brengsek macam dirinya. Tobias tidak berhak untuk mencegah langkah gadis itu apa lagi menyeret Sanaz dalam drama hidupnya yang rumit.Meski hubungan Tobias dan Sanaz harus berakhir di jalan buntu seperti ini, tapi hidup tetap terus berjalan. Tobias akan kembali menjal
"Benar-benar sudah lama sekali aku tidak melihatmu!" pria berjenggot tebal benar-benar masih mengira Nathan sebagai Gerald. "Aku kehilangan nomor telepon." Nathan cukup cekatan untuk mengarang kebohongan. "Bisa aku minta lagi? Jika ada waktu mungkin kita bisa minum di bar." Pria berjenggot itu segera mendiktekan nomor teleponnya agar Nathan simpan. "Terimakasih!" Nathan balas menepuk punggungnya yang tebal. "Aku harus buru-buru mengantar temanku." Mereka berpisah dengan saling melambai sebentar sebelum kembali memasukkan tangan ke dalam saku pakaian hangat. "Seperti kita sudah mendapat titik terang!" Jared setuju dengan pendapat Nathan dan merasa beruntung sahabatnya itu datang. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Jared minta pendapat Nathan. "Kita tunggu besok agar dia tidak curiga." Karena tidak ada di antara mereka yang bisa langsung membaca pikiran seperti Anelies, maka mereka harus sangat berhati-hati jika ingin bisa mengorek informasi. "Kita cari tahu dulu siapa na
BAN 26 CEMAS Nathan benar-benar telah masuk ke dalam jebakan, Gerombolan pria asing itu telah membuat rencana sangat rapi untuk mengepungnya. Adrik Lucov sengaja mengiringi Nathan ke sebuah bar sepi di pinggiran kota, kemudian semua orang komplotannya berpura-pura sebagai pengunjung bar sampai target mereka masuk ke dalam perangkap. Angkat tanganmu!" Adrik Lucov memberi perintah tegas. Nathan benar-benar di kelilingi oleh puluhan orang bersenjata yang siap menembak kepalanya untuk di buang ke hutan. Nathan pilih mengikuti perintah pria berjenggot tebal itu untuk mengangkat tangan dan membiarkan seorang pemuda memborgolnya ke belakang. "Ikuti perintah kami atau akan kujadikan dagingmu sebagai makanan serigala hutan!" Nathan berjalan patuh bukan karena takut, dia sengaja agar mereka membawanya pada pimpinan mereka. ***** "Aku akan mengijinkanmu pergi pada Gerald setelah kau mendapatkan transfusi DNA!" George memberi syarat. "Itu tidak akan terjadi!" Anelies meraba perutnya. "Ja
Salju kembali turun bersama angin yang berhembus tipis tapi dinginnya tetap menusuk tulang bagi manusia normal. Nathan didorong keluar dari pintu bar, dibawa masuk ke dalam salah satu mobil dalam kondisi mata tertutup dan tangan diborgol. Perlakuan mereka juga sangat kasar, beberapa kali Nathan mendapat pukulan tapi dia pilih tetap diam. Sama sekali tidak ada yang tahu jika sebenarnya Nathan bisa menghabisi mereka semua dengan sangat mudah jika ia mau. "Diam dan jangan berulah!" ancam suara serak dari pria tinggi besar yang baru mendorong punggung Nathan. Meskipun sedang tidak bisa melihat apa-apa, indra pendengaran Nathan yang sangat sensitif tetap dapat menghitung berapa jumlah mobil yang mengekor di belakang mereka. Jika mencium aroma atmosfer udara dari angin yang berhembus dari celah kaca jendela, seperti barisan mobil tersebut menuju ke kawasan hutan. Nathan mencium aroma oksigen yang lebih pekat di tengah udara beku. Jalanan yang mereka lalui lama-lama juga mulai bergelombang
Anelies masih belum tahu sama sekali bakal seperti apa mutan liar yang bakal dia hadapi. Tapi demi keselamatan bayinya, Anelies rela menukar nyawa untuk dipanggang atau direbus sebagai pelengkap ritual pemujaan. Dalam pikiran Anelies, Gerald adalah mutan penganut sekte sesat yang memang membutuhkannya sebagai tumbal. Tidak ada bedanya dengan George Loghan yang ingin menjadi penguasa dan hidup kekal. "Dengarkan aku baik-baik!" George kembali memperingatkan Anelies. "Jangan pernah percaya dengan apapun yang dia ucapkan!" George merasa perlu mendoktrin isi kepala Anelies sebelum melakukan pertukaran. "Mungkin dia akan membujuk dan memberimu janji agar mengkhianatiku, cuma satu yang perlu kau ingat!" George mempertegas ucapannya dengan menjentikkan jari. "Tidak ada satu orangpun di muka bumi ini yang paling perduli padamu selain aku!" George juga mendekat untuk mengecup kening serta kedua sisi pipi Anelies. "Kau juga telah menggenggam jantungku!" George tidak berbohong mengenai perasa
Pagi yang cukup cerah meskipun lapisan salju tebal tetap tidak akan menurunkan suhu udara sedikitpun. Selimut salju putih itu justru hanya akan terlihat semakin benderang untuk menyilaukan mata. Suhu hari ini tercatat minus empat puluh tujuh derajat, Gerald membuka langit-langit tempat persembunyiannya yang berbingkai kaca dan Husain langsung melonjak ceria karena melihat awan. Bayi montok itu menjejakkan kaki serta tangan sambil tertawa dengan berbagai celotehan aneh. Bayi adalah mahluk asing yang paling sering menyusahkan, tapi kadang Gerald juga merasa memiliki teman meski bahasanya susah dicerna. "Dengar!" Gerald menjentikkan jari utuk mengajak Husain bicara. "Hari ini kita punya misi, jika kau pintar aku akan membuatkanmu tiga botol susu hangat sebagai bonus!" Gerald dan Nathan sudah menyusun rencana untuk mengecoh George Loghan. Nathan Akan bertugas membawa Husain sementara Gerald sendiri yang akan mengambil Anelies. "Geh ... Geh ... Geh ... Aleb' bruuuuu ...." "Jangan terus
BAB 30 KABUR Semua hal memang bisa tiba-tiba terjadi di luar rencana dan jadi tidak terkendali. Pasukan bersenjata yang dibawa oleh George Loghan dibantai habis dengan dibombardir dari udara oleh beberapa jet tempur. Jelas sekali jika target mereka adalah para mutan. Meski George Loghan dan Gerald masih bisa kabur tapi gadis berambut merah telah berhasil mereka dapatkan. Nathan berlari membawa bayi Anelies menembus hutan pinus beku. Desingan udara kering menyapu pipi bayi laki-laki yang menempel di dadanya. Nathan terus berlari seperti musang salju tanpa dapat tercium lagi jejaknya, dia harus lebih cepat untuk bisa kabur karena dia tahu Gerald pasti akan segera sadar ia telah berkhianat. Begitu berhasil menebus hutan terlihat dari kejauhan mobil berbodi hitam tebal yang dikendarai oleh Jared. Mobil tersebut langsung menukik dan merentangkan pintu dengan suara ban berdecit nyaring. "Masuk!" Nathan segera melompat masuk, Jared kembali melaju. "Bagaimana bayinya?"Nathan buru-buru
Yang Mulya Serkan harus segera kembali ke istana agar tidak ada yang curiga jika dirinya telah terlibat. Jared akan menyembunyikan Anelies sampai mereka dapat membereskan George Loghan. Jared dan Nathan juga akan dibantu Dom yang kali ini sudah terbang menyusul untuk bergabung. Mereka harus dapat menangkap George Loghan lebih dulu sebelum dia yang menemukan mereka. Nampaknya apa yang sangat Anelies takutkan selama ini benar-benar akan terjadi tanpa bisa dia hentikan lagi. "Aku tidak mau melihat mereka bertempur melawan George. Aku tidak ingin keluargaku terluka, George Loghan benar-benar bukan lawan sepadan!" "Percayalah, dia dapat kita kalahkan jika saling bekerja sama!" Selain ingin menjadi penguasa, pasti George juga akan menghabisi anak-anak spesial yang dia anggap pembangkang, karena itu dia tetap harus di lenyapkan lebih dulu bagaimanapun caranya. "Dia tidak bisa kita biarkan hidup!" Anelies juga masih ingat bagaimana tadi Yang Mulya Serkan terus mengejar George sebagai s
BAB 252 MALAM TAHUN BARU BERSAMADari tepi hutan Helena melihat keluarga Jared dan Mara yang sedang berkumpul di meja makan malam. Semua anak-anak sedang berkumpul, Helena melihat mereka semua dengan dada ikut menghangat. Mara juga telah memaafkan Helena dengan kemurahan hatinya yang luar biasa.Mara dan Helena sama-sama seorang ibu, pasti mereka juga ingin yang terbaik bagi putri mereka. Helena telah memberitahu Mara jika suatu saat Zontus pasti akan kembali untuk menjemput Mia. Tidak ada yang dapat menghentikan Zontus, karena ratu negeri Utara memang hanya terlahir kembali untuk rajanya. Mara cuma minta pada Helena agar diberi waktu bersama Mia sebelum nanti Zontus mengambilnya.*******Ketika melihat Zontus datang, Mara langsung menjatuhkan semua gelas kristal yang sedang dia bawa. Mara sudah tahu Zontus akan datang menjemput Mia tapi dia tidak menduga akan secepat ini. Mara tidak tahu jika tujuan Zontus adalah Pangeran Husain. Sepanjang makan malam itu Mara terus diliputi rasa tak
BAB 251 BERKUMPULJulie memandikan anjing hitam yang dia bawa pulang dari pemakaman dengan mengunakan air dari selang di halaman."Ayo berputar lagi!" Julie memberi perintah. "Biar kubersihkan kaki kirimu!"Theo terus berputar patuh mengikuti perintah Julie yang sedang menggosok bulunya dengan busa sabun mandinya yang harum."Ingat nanti malam adalah malam tahun baru, kau harus bersih!"Julie juga terus mengajak Theo bicara. "Bibiku baru meninggal dua bulan lalu, sekarang aku juga sendirian."Theo bersuara lirih sambil menggosokkan hidung ke lengan Julie."Terima kasih." Ternyata Julie paham dengan maksud anjing hitam itu untuk bersimpati.Sebenarnya Julie juga tidak memiliki teman bercerita. Selama ini Julie hanya sibuk bekerja dan mengurus bibinya yang sakit-sakitan."Aku keringkan bulumu dulu baru kau bisa makan."Julie buru-buru masuk ke dalam rumah untuk mengambil handuk dan pengering rambut."Ayo kemari!" Julie memanggil dari teras.Theo segera berlari mendekat utuk dikering
BAB 250 MENJADI ANJINGMenjelang malam akhir tahun, hujan terus turun seolah tanpa jeda, begitu pagi agak cerah Julie buru-buru pergi keluar dengan pikup tuanya. Hari masih pagi, Julie berniat pergi mengunjungi makam kedua orang tuanya sebelum malam pergantian tahun.Ketika sampai di pemakaman, Julie terkejut melihat seekor anjing jenis serigala berbulu hitam legam sedang meringkuk di samping makam ayahnya. Sepertinya anjing kurus itu sudah berada di sana sejak hujan semalam, bulunya terlihat kotor kumal oleh percikan tanah lumpur basah."Hai apa kau lapar?"Julie bertanya pada anjing kurus yang terlihat lemah dengan perut cekung."Kau tidur dan kehujanan di sini?"Kebetulan Julie sedang membawa roti isi sisa sarapannya yang belum habis untuk dia ulurkan. Theo yang sudah sangat lapar langsung mengigit roti isi daging asap yang terasa sangat lezat luar biasa setelah beberapa hari tanpa makan. Theo makan dengan lahap dari tangan Julie yang juga sama sekali tidak merasa jijik atau takut
BAB 249"Apa Theo tidak ikut?" Mara baru ingat untuk menanyakan Theo karena Mia cuma datang sendirian."Theo sedang sibuk Mom." Mia terpaksa berbohong."Padahal kemarin dia berjanji akan ikut." Mara nampak kecewa.Seharusnya Mia memang pulang bersama Theo. Tapi sepertinya Theo sedang ingin balas tidak datang. Akhirnya Mia pulang sendiri."Anak muda itu sudah sangat baik, dia selalu menjagamu." Mara terus mengagumi Theo.Sampai di sini, ternyata Mia juga baru sadar jika tidak mudah untuk menjaga persahabatan dan asmara. Kadang harus ada yang mengalah atau lebih dipilih, meskipun sama-sama tidak ada yang buruk."Theo adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki."Mia mempertegas kata 'sahabat' untuk Theo, meski untuk sekarang Mia juga belum bisa menyebut nama Zontus. Zontus masih pergi, Mia belum bisa memberitahu siapapun bila Zontus masih hidup. Zontus sedang menyelesaikan semua urusannya dan tidak ingin kembali diganggu. Yang pasti Zontus juga sedang berjuang keras untuk mereka sem
BAB 248 SEORANG IBUMia berjanji akan memberikan kesempatan pada Helena untuk menjadi ibu yang baik, asal dia mau menemui Mara dan mengakui semua kesalahannya dengan jujur.Di sore hari yang dingin awal musim beku, Helena kembali datang ke tanah peternakan untuk bertemu Mara Clark. Kali ini Helena dan Mara sedang berdiri berhadapan di depan daun pintu yang baru terbuka."Aku ingin bicara denganmu."Helena merasa telah melakukan banyak kejahatan pada Mara Clark. Sekarang Helena harus mengakui dengan jujur dan meminta maaf meskipun mungkin Mara tetap tidak akan memaafkan."Hanya di antara kita berdua dan aku berjanji tidak akan menghapus ingatanmu."Sebenarnya Helena pernah beberapa kali menculik Mara Clark dan menghapus ingatannya mengunakan sihir."Apa kau Helena?" Mara bertanya dengan tubuh masih berdiri kaku karena terkejut."Ya." Helena mengangguk dengan senyum.Dalam pandangan Mara, Helena benar-benar sangat cantik dengan rambut merah seperti milik Anelies dan terlihat masih sanga
BAB 247 DIMAAFKANMia adalah putri yang telah lama sangat Helena nantikan kehadirannya di tengah rasa kesepian. Helena rela melakukan banyak dosa keji demi bisa memiliki seorang anak. Tapi Helena tetap bernasib malang, bayi perempuannya menolak untuk dia lahirkan. Mungkin Mia memang tidak mau lahir dari ibu penyihir dengan darah immortal terkutuk."Kau akan pergi kemana?" Tiba-tiba Mia bertanya. "Kau tidak punya keluarga lagi selain kami, Ibu."Napas Helena langsung seperti tersendat dan jantungnya berdebar kencang karena mendengar dirinya baru disebut 'ibu' oleh Mia. Tubuh Helena gemetar, air mata haru meluncur deras tak tertahan. Setelah sekian lama Helena hanya bisa melihat Mia dari kejauhan, memperhatikan gadis itu dari balik semak dan rimbun pepohonan, kali ini Mia benar-benar sedang berdiri menatapnya tanpa rasa marah atau jijik."Apa aku boleh memelukmu?"Bahkan Helena harus bertanya hanya untuk memeluk putri yang telah dia kandung selama dua puluh lima tahun. Mia masih berdi
BAB 246Di luar gerimis kembali turun, atmosfer pagi terus meredup setelah matahari juga kembali tertutup awan. Udara lembab seolah enggan bergerak, menghambat segala aktifitas dengan dingin menusuk tulang."Zontus...." Mia menggeliat dalam pelukan lengan besar yang ingin terus mendekapnya."Oh ..." Mia berpaling ke kanan dengan sisa napas tersengal. "Ah...!" bibirnya langsung kembali tertangkap.Suara decak basah dan desakan napas maskulin memburu bercampur dalam keributan intim yang meningkat panas di atas ranjang. Zontus terus melumat kasar tapi tetap belum juga terpuaskan. Setiap kali Mia berusaha luput berpaling, Zontus akan segera menangkapnya lagi dengan lebih keras, mencekal rahang lembutnya agar diam untuk di desak dan dihisap.Mia menyukai rasa bibir Zontus yang maskulin kasar, tapi juga sangat lembut membuai. Entah bagaimana, padahal mereka cuma sekedar berciuman tapi rasanya nyawa Mia siap untuk ikut dia berikan. Tubuh Mia merinding gemetar, Zontus sangat besar dan kuat, s
BAB 245 DIBEBASKANZontus melompat ke dalam kawah magma yang sedang bergolak. Zontus sudah tahu jika tubuhnya tidak akan hancur, karena darah Zontus bisa lebih panas dari magma dari prut bumi. Zontus telah menelan darah paling murni dari raja negeri Utara yang bisa membakar lebih panas dari api neraka. Jenis sihir apapun tidak akan dapat lagi menyentuh tubuh Zontus.Begitu masuk ke dalam sumur magma, Zontus langsung berenang, menyelam sampai dalam hingga dia menemukan jasad elang api. Tubuh elang raksasa itu masih utuh di dasar dapur magma. Zontus segera mencabut pedang perak dari punggungnya dan seketika luapan magma ikut bergolak dan bergemuruh."Aku adalah rajamu!" Zontus siap menebaskan pedang perak besarnya. "Hanya aku yang bisa membangkitkan mu atau meleburkan tubuhmu hingga lenyap!"Suara gemuruh dan letupan magma mulai meluap sampai ke puncak gunung."Aku akan membangkitkan mu dan membebaskan mu dari segala belenggu, tapi kau hanya boleh patuh padaku!"Zontus mengayunkan pedan
BAB 244 KESAL DENGAN PARA PENGACAU MEREPOTKAN."Zontus!" Bibir Mia berucap kebas karena masih terlalu syok.Zontus berdiri di bawah shower deras dengan tubuh maskulin telanjang penuh percikan lumpur. Mia melihat lengan besar Zontus menyaruk kasar rambut di kepalnya untuk membersihkan sisa lumpur. Air yang mengalir dari punggung Zontus ikut berwarna keruh pekat. Lelehan lumpur kotor terus meluncur turun melalui tiap inci pilinan otot maskulin yang sedang meregang keras. Mahluk yang sangat mengerikan dan berbahaya.Tiba-tiba Zontus berhenti, berpaling menatap Mia dengan mata masih berkobar seperti api. Benar-benar jingga seperti api, Mia gemetar hingga tidak berani bergerak. Tubuh Mia membeku tanpa mantra, Mia masih terlalu syok dan ketakutan. Rasa takut yang sulit dijelaskan dengan nalar, tapi auranya jelas sangat kuat, terlalu kuat.Nampaknya Zontus juga menyadari tubuh Mia yang sedang menggigil. Perlu beberapa saat sampai perlahan warna jingga di mata Zontus mulai meredup, kembali ke