Setelah menghabiskan waktu selama beberapa hari di Phuket, Alvin dan Nayla memutuskan untuk pergi Bangkok. Jalan- jalan sekaligus ingin membelikan buah tangan pada keluarga mereka di Jakarta. Saat ini Alvin dan Nayla sedang berada di sebuah restoran di Bangkok, setelah mengunjungi beberapa tempat seperti Wat Arun (Wisata Kuil Fajar) dan Royal Grand Palace mereka memutuskan untuk mengisi perut mereka dengan makan siang.
Kini sepasang suami istri itu tampak sedang menikmati hidangan yang tersaji dari salah satu restoran mewah di Bangkok ini. Mereka berdua tampak bahagia dimana Alvin selalu menaruh perhatian yang memabukkan pada istrinya itu. Tak jarang mereka saling menyuapi disertai dengan obrolan- obrolan ringan diantara keduanya. "Sayang!" panggil Alvin pelan. Nayla pun langsung menolehkan kepalanya untuk menghadap sang suami. "Ya," balas Nayla dan melihat raut wajah Alvin tampak gelisah. "Aku ke kamar mandNayla sedari tadi memanggil Alvin untuk kesekaliam kalian. Namun suaminyanya itu masih tak menanggapinya sama sekali. Apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu."Vin,""Vin,""Alvin!" gertak Nayla pada akhirnya. Hingga membuat Alvin terlonjak kaget dari duduknya.Alvin pun segera menoleh pada istrinya yang kini tampak menatapnya dengan kesal "Ahh yaa! Ada apa ? Kau baik- baik saja?" ujar Alvin menatap raut muka istrinya dengan gugup.Nayla berdecak kesal "Aku baik- baik saja, tapi kau yang terlihat tak baik- baik saja," ujar wanita itu dengan menaikkan salah satu alisnya."Aku?" beo Alvin, berpura- pura tak mengerti dengan apa yang dikatakan istrinya. Meskipun pada kenyataannya istrinya benar 100% adanya jika ia sedang tidak baik- baik saja termasuk hatinya yang kini terasa terbelah dua."Ya, kau!" tunjuk Nayla dengan menggunakan dagunya. Nayla menggeser dudukn
"Apa ini yang kau bilang menemui rekan kerjamu Tuan Alvin Edward Kim?" ujar Nayla dengan nada dinginnya.Layaknya dijatuhi sebuah bom nuklir, Alvin benar- benar terkejut melihat istri sahnya itu kini tengah berdiri disampingnya dan menatap dirinya dengan guratan mata penuh kekecewaan."Sa.. Sayang," suara Alvin terasa tercekat kali ini.Hatinya mendadak hancur ketika mata bulat miliknya melihat sebulir air mata jatuh dari mata cantik milik istrinya itu.Nayla mencengkram lengan Alvin dengan begitu kuat. Sungguh hatinya serasa remuk kali ini. Dibohongi oleh sang suami yang pada kenyataannya sedang berkencan dengan mantan kekasihnya di perjalanan bulan madu mereka. Sungguh miris sekali nasibnya kini.Nayla menghempaskan lengan Alvin dengan kasar, memutar balik tubuhnya untuk pergi. Meninggalkan manusia- manusia tak punya perasaan yang telah menghancurkan hatinya.Melihat istrinya melangkah
Kenapa anda bisa pulang sendiri Nyonya? Dimana Tuan Alvin," ujar Bibi Yu yang melihat Nayla turun dari mobil dan diantar oleh Sekretaris Han."Dia masih ada keperluan disana Bi, jadi aku pulang lebih dulu," ujar Nayla dengan masih mencoba tersenyum tipis meskipun hatinya teriris.Bibi Yun hanya mengangguk- anggukkan kepalanya paham, lalu segera membantu Nayla untuk membawa kopernya masuk. Meskipun ia merasa ada yang janggal karena Nyonya Mudanya tampak pucat bahkan tumben sekali memakai kacamata hitam.Setelah sampai dikamar, Nayla melepas kacamata hitam miliknya, ia menatap kearah cermin. Kedua matanya tampak bengkak, karna memang sepanjang perjalanan masih seringkali ia meneteskan air mata.Meletakkan kacamatanya lalu mulai merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Mencoba memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat karna tubuhnya terasa lelah, namun beberapa menit kemudian hal yang dilakukannya sia- sia. Bukannya b
Nayla saat ini tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya itu. Memang beberapa hari yang lalu mereka masih terlihat canggung. Namun Nayla berusaha untuk kembali mempercayai suaminya.Dirinya hanya mencoba mempertahankan apa yang ia miliki saat ini, termasuk hati Alvin. Bukannya ia bodoh, tapi ia hanya mencoba bertahan dan memperbaiki rumah tangganya akibat sebuah goncangan. Bukahkah itu jauh lebih terlihat keren daripada terus menerus menangis dan menyerah pada keadaan?Nayla mulai membuka pintu kamarnya"Cepatlah turun, aku sudah menyiapkan sara-.." ucapannya terhenti ketika iris matanya melihat sang suami sedang berkaca di depan cermin dengan menggunakan setelan jas yang sangat familiar di matanya."Oh, kenapa kau bisa memakainya ?" ucap Nayla saat ia melihat Alvin tengah memakai setelan jas yang ia beli saat di Thailand waktu itu.Alvin yang istrinya sedang melihat dirinya di depan pintu pun segera m
"Apa yang kau lakukan Yenata!!!!" pekik Alvin dengan marah saat ia telah berhasil me merampas pisau yang akan digunakan Yenata untuk menggores pergelangan tangannya.Mendengar teriakan Alvin, Yenata pun tak kuasa menopang berat tubuhnya dan kini terduduk di lantai dengan terisak."Biarkan aku mati Alvin!! Toh apa gunanya aku hidup jika kau mengabaikanku!" ujar wanita itu terdengar pilu bahkan ia mengabaikan rasa sakit yang ada di pergelangan tangannya.Melihat Yenata yang begitu rapuh dan menangis pilu seperti itu membuat hati Alvin kembali melunak. Ia juga merasakan sakit ketika wanita yang dulu sempat mengisi hari- harinya kini sedang terisak hebat didepannya."Kumohon tenanglah Yenata!" ujar Alvin sambil membawa Yenata kedalam dekapannya. Mengusap punggung wanita itu dengan pelan mencoba menenangkan."Aku mencintaimu Alvin! Aku benar- benar mencintaimu," cicit Yenata berkali- kali mengutarakan perasaannya. 
Sepasang suami istri kini sedang duduk berdampingan di sebuah rumah mewah sembari menikmati sarapan mereka.Pasangan itu tampak harmonis, karna sesekali sang pria memberikan perhatian- perhatian manis hingga membuat semburat merah dari pipi wanita cantik yang duduk disebelahnya itu."Vin, antarkan aku ke rumah ayah ya. Aku rindu," ujar Nayla disertai dengan puppy eyesnya yang begitu menggemaskan dan sengaja dikedip- kedip kan, membuat sang suami pun tak kuasa untuk sekedar menjawab tidak."Siap istriku tersayang, aku pasti akan mengantarmu kemanapun kau pergi," balas Alvin dengan senyum tipisnya.Nayla yang mendengarnya pun tentu saja tersenyum senang, tanpa sadar mengaitkan lengannya pada sang suami dan mengecup pipi milik prianya.CupNaylamengecup sekilas pipi Alvin dan kembali berucap "Baiklah aku akan bersiap- siap dulu dan membawakan ayah beberapa bekal," ujar wanita cantik it
"Kau itu meeting apa pergi berkencan, perlu waktu selama itu Presdir Alvin!!" ucap Nayla dengan begitu kesal pada suaminya.DEGSerasa tertangkap basah perbuatan brengseknya, mendadak hati Alvin mulai diliputi kegelisahan. Meskipun Nayla hanya sekedar asal bicara namun itu sudah bagaikan ranjau untuknya.Alvin melangkah berjalan mendekat pada istrinya yang kini sedang memberengut kesal sambil melipat tangan di depan dada.Alvin mengikis jarak diantara mereka. Dan merangkul istrinya itu membawanya dalam dekapannya."Maafkan aku sayang, memang ada beberapa hal yang benar- benar perlu kita bahas," ujar pria itu setenang mungkin meskipun jantungnya berdetak tak karuan rasanya.Nayla memutar bola matanya malas, mendorong tubuh suaminya itu menjauh."Aku meneleponmu berkali- kali Vin!" kesal Nayla dan mulai berjalan meninggalkan suaminya yang kini menatapnya denga
Nayla melangkahkan kakinya memasuki gedung pencakar langit yang sempat menjadi rumah kedua untuknya.Bukannya sekarang tidak lagi, namun jika perusahaan ini adalah milik suaminya bukankah ia juga pemilik perusahaan ini. Ah, haruskah ia sombong saat ini?Mengingat bagaimana dulu karyawan wanita selalu menatap sinis kearahnya karena selalu menempel pada sang bos idaman mereka semua.Dan lihatlah kini sejak dirinya turun dadi dalam mobil lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung beberapa pegawai yang tahu statusnya saat ini berbondong-bondong menundukkan kepala mereka termasuk wanita- wanita berbisa yang dulu sempat mengatainya.Saat ingin melangkahkan kakinya menuju lift perusahaan, seseorang dari arah samping kirinya memangil nama Nayla."Nay ! Kau kesini ?" Ucap Mino cukup kencang dan membuat Nayla sedikit terkejut. Namun keterkejutan itu tak berlangsung lama dan berganti dengan sebuah senyuman manis t
Judul : The Rainy Season of Fifty Year Sinopsis singkat : Lintang dan Nathan akhirnya memutuskan menikah setelah 6 tahun mereka menjadi pasangan kekasih. Selama 5 tahun pernikahan, rumah tangga mereka tampak harmonis, dimana Nathan selalu memanjakan Lintang dengan kasih sayangnya. Namun semua berubah ketika memasuki tahun ke 5 musim penghujan pernikahan mereka, dimana Ibu Nathan selalu bertanya pada Lintang. "Ini itu tahun ke 5 kalian menikah, kapan kalian memberikan cucu pada kami, " ujar Ibu Nathan setiap kali berkunjung ke rumah Nathan dan Lintang. "Kakak Nathan sudah hampir memiliki 2 orang anak, kalian kapan?" "Anak si A kemarin periksa ke dokter kandungan." "Menantu si B kemarin melahirkan bayi perempuan." C, D, E dan seterusnya! Hal itu mulai mengelitik hati Lintang. Hingga suatu hari Ibu Nathan memaksa Lintang untuk pergi ke dokter kandungan. Betapa terkejutnya semua
Hallo semuanya, ini Bunny š° Cuma mau berbagi cerita baru saja buat kalian yang suka dengan cerita bunny^^ Judulnya : "200 Days With My Savage Fiancee" Sinopsis singkat : [Mature Content]Jadilah pembaca yang bijak ^^ Wajah semanis buah dan dipadukan dengan nama yang mirip seperti buah hanya berlaku pada Cherry Naomi Johnson. Putri tunggal keluarga Johnson pemilik JHS Tech. Corporation, perusahaan besar bidang teknologi di kota New York. Parasnya yang cantik dan manis itu sayangnya tidak berlaku bagi seorang Jenaro Rafandra. Bagi pria rupawan bak malaikat itu, Cherry hanyalah pengganggu! Gadis tak tahu diri yang selalu mengusik kehidupan sehari- harinya. "Untuk apa kau selalu melakukan hal bodoh dan tak berguna ini, Cherry Naomi?" "Tentu saja untuk membebaskanmu dari hal menyedihkan dan berlumuran dosa seperti ini Jey, sangat disayangkan jika pria tampan sepertimu han
Menjadi seorang suami yang selalu bisa diandalkan oleh istri ketika hamil pun tak semudah apa yang orang katakan diluaran sana. Seperti yang Alvin alami saat ini, usia kandungan istrinya yang semakin membesar tak hanya membuatnya untuk sekedar siaga menjadi suami yang bisa diandalkan, tapi juga harus siaga mengatasi segala bentuk mood swing dari sangat istri.Dimana dirinya harus dibuat frustasi berkali- kali dengan tingkah dan sikap Nayla. Dimulai dari masalah bikini beberapa minggu setelah istrinya diperbolehkan untuk pulang.Betapa senang dan tak sabarnya hati Alvin untuk segera menemui sangat istri dengan membawa paper bag berlogo brand terkenal dunia ditangan kirinya. Dengan senyum merekah lebar Alvin memasuki kediamannya dan segera mencari keberadaan sang istri.Alvin menemukan keberadaan sang istri tengah berkutat di dapur menggunakan celemek yang membungkus tubuh bersama bibi Yun disana.Alvin sudah tidak sabar untuk melihat Nayla mengguna
"Nayla !!" Pekik seseorang dari arah pintu kamar inap Nayla. Seorang wanita berambut pendek tengah berlari kearah Nayla saat ini. Disusuk dengan seorang gadis dengan usia yang lebih muda dibelakangnya."Huu.... kenapa kau bisa seperti ini huh?" ujar wanita itu yang tak lain adalah Mina, kekasih dari Yoga. Mina memeluk Nayla dengan erat, dan matanya berkaca- kaca. Baru saja ia merasakan berteman baik dengan Nayla, kenapa wanita situ bisa mendapat musibah seperti ini."Maaf aku baru bisa mengunjungimu," ujar Mina, ia memang baru bisa mengunjungi Nayla, karna setelah Nayla pergi dari apartementnya Mina pergi ke Jepang. Baru setelah 4 hari Nayla dirawat, Mina baru bisa menjenguknya bersama dengan Hani kekasih Mino yang memang sedang disibukkan dengan kuliahnya di Bandung.Nayla membalas pelukan Mina dan tersenyum tipis. "Tidak apa- apa Minari, aku baik- baik saja. Hanya luka kecil disini," ujar Nayla."Kak Nay jangan bohong, kalau baik- baik saj
"Yak!! Kau siapa?" ujarnya sedikit meninggi, melihat betapa kurang ajarnya wanita itu membuka kasar kamar inap istrinya. "Berani sekali mendobrak pintu kamar inap istriku, Nona!!" Ujar Alvin dengan geram.Wanita yang tak mereka kenal itu mulai bergerak maju dan menatap lurus ke arah Alvin."Bebaskan Yenata, Alvin!" ujarnya tanpa basa- basi.Alvin menggeram mendengar perkataan wanita tanpa sopan santun itu. "Kau siapa hah?" ucap Alvin dengan nyalang dan terlihat marah."Berani- beraninya kau memintaku untuk membebaskan wanita yang nyaris membunuh istri dan juga calon anakku!.. Kau pikir kau siapa hah ?" bentak Alvin sekali.Membuat wanita yang awalnya begitu angkuh itu kini berubah takut menatap Alvin."Ak.. Aku sahabat Yenata!" ujarnya dengan gugup.Wanita itu berjalan mendekat dan berlutut di depan Alvin dan juga Nayla. Menundukkan kepalanya. "Maafkan aku, seharusnya aku mencegahnya lebih keras lagi
"Kau masih mau lagi ?" tanya Alvin dengan menyodorkan apel yang telah ia kupas dan potong untuk istrinya itu.Pria itu benar- benar menaruh banyak perhatian pada sang istri. Selain untuk menebus kesalahan terbesar dalam hidupnya, ia juga tidak mau kehilangan istrinya. Entah itu pergi atau bahkan seperi kejadian yang nyaris merenggut nyawa istrinya.Nayla menggeleng pelan "Aku kenyang," ujar wanita itu yang kini jauh terlihat lebih baik. Meskipun ia masih memerlukan perawatan namun kondisinya sudah lebih baik daripada kemarin.Alvin meletakkan pisau dan sisa apel keatas piring. Pria itu menatap sang istri dengan begitu hangat. Pria itu bahkan membolos kerja untuk sekedar menjaga sang istri 24/7.Pandangan Alvin kemudian turun, hatinya kembali berdesir nyeri ketika melihat tangan sang istri tengah terbungkus perban.Alvin meraih kedua tangan istrinya dan mengecupnya berkali- kali secara bergantian."Ini pasti saki
Semua orang tampak cemas saat ini, mereka tengah berkumpul disana dengan harap- harap cemas. Ibu Alvin tak henti- hentinya memanjatkan doa untuk keselamatan menantu dan calon cucunya.Selain itu Ayah Alvin tampak ikut menenangkan sang istri. Yoga dan Mino pun juga tampak menunggu disana, mereka tampak khawatir, terlebih lagi Alvin yang sedari tadi yang tampak gusar bahkan ia hanya mondar mandir tak tenang di depan ruang IGD.Pria itu tampak kacau, bahkan kemeja putihnya terdapat banyak noda darah yang berasal dari istrinya. Ia sudah mendapatkan baju ganti, namun dengan keras kepalanya pria itu menolak. Alvin memilih untuk menunggu keadaan sang istri.Hati Alvin benar- benar ketakutan saat ini. Otaknya tak bisa berpikir dengan jernih, bahkan tanganya masih terasa bergetar karna terlalu cemas.Semua orang yang melihatnya juga merasakan iba dengan keadaan putus asa Alvin. Yoga yang melihat Alvin tak bisa tenang pun mencoba
Nayla sedang menyesap teh hangat miliknya di ruang tamu saat ini. Salah satu tangannya cukup sibuk dengan menscroll tentang info kesehatan terutama untuk seorang ibu hamil.Saat ia tengah membaca sebuah artikel di situs google sebuah panggilan yang tak lain dari suaminya pun memecahkan konsentrasinya dalam membaca."Hallo" sapa Nayla"Sayang, kau sedang apa ?" tanya Alvin di seberang sana."Hanya membaca beberapa artikel tentang kehamilan," balas Nayla."Kau dimana, ini hampir malam. Kenapa belum pulang?" tanya Nayla dengan rasa khawatirnya. Bukan khawatir jika Alvin kenapa- napa, tapi ia khawatir jika pria itu salah rumah kembali. Sungguh Nayla akan memotong sosis Alvin jika pria itu benar- benar mengingkari janjinya lagi kali ini."Hey, kau terdengar sangat merindukanku ya?" tanya Alvin dengan suara terkekeh kecil."Tidak! Aku takut kau salah jalan pulang lagi," balas Nayla dengan ketus.Te
{M}Nayla kini tengah berkutat didapur, rambut yang dikuncir menyanggul asal, kedua tangan ramping miliknya dengan begitu lincah memotong beberapa jenis sayuran dan memasukkannya ke dalam sebuah panci yang telah berisi air kaldu. Tugasnya telah kembali, menjadi seorang istri yang kini tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk dirinya dan juga sang suami.Saat Nayla sedang sibuk dengan dunianya, sebuah tangan melingkar pada pinggang rampingnya dan bahu kirinya menjadi sandaran dagu seseorang."Hay!" sapa seseorang itu dari balik punggung Nayla. "Kau sibuk sekali ya," tambahnya."Menurutmu," balas Nayla dengan seadanya karna memang ia tengah sibuk memotong beberapa bahan makanan.Seseorang yang tak lain adalah Alvin itu kini semakin menenggelamkan wajahnya di cerukan leher sayang istri. Mengecup leher jenjang yang seringkali membuatnya kehilangan akal itu sesekali."Aku sudah berakhir dengannya Nay," ujar Alvin ma