Share

Luka 72

Penulis: LinDaVin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-25 04:16:20

Setelah hampir satu jam perjalanan kami tiba juga di tempat tujuan. Nampak di parkiran berjajar banyak mobil mewah, dari berbagai merk. Bukan hal yang wah, sudah biasa setiap ada acara seperti ini pasti semua tampil maksimal.

Mas Ryan memarkir mobilnya sedikit jauh dari pintu masuk. Karena bagian dekat pintu masuk sudah penuh. Setelah mobil terparkir kami langsung turun, mengambil barang bawaan, dan berjalan menuju pintu masuk.

Di depan pintu masuk ada semacam penerima tamu, yang memberikan sebuah paper bag, entah apa isinya. Masing-masing mendapatkan satu buah paperbag. Dua orang perempuan muda mengarahkan kami, menunjukkan tempat acara di langsungkan.

Sebuah kereta mini terlihat disiapkan untuk membawa para tamu, ke tempat acara. Prilly langsung membaur dengan teman-teman yang dilihatnya. Akupun menyapa beberapa orang tua teman Prilly yang aku temui.

"Hai, Mama Prilly." Mama Rachel menghampiriku, suaminya kenal dengan Mas Dipta. Bahkan kami sempat berfoto bersama waktu di hotel. Di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 73

    "Mau nomor WA saya? Kan sama saja," ulangku lagi. Wanita itu menoleh ke arahku, wajahnya sedikit memerah. Dia sama sekali tak membalas perkataanku wanita aneh. Tangan kanannya mengambil sesuatu dari saku dadanya, sebuah kartu nama ternyata."Ini Mas, kartu nama Fanny." Wanita itu memberikan kartu namanya ke Mas Ryan.Aku langsung menyahut kartu nama itu dari tangan Fanny, saat Ia menyodorkan ke Mas Ryan. Mas Ryan hanya terdiam melihat kelakuanku."Terima kasih, Fanny." Kembali sebuah senyum paling manis aku berikan padanya. Tidak akan aku berikan sedikitpun kesempatan kepada perempuan lain untuk mengganggu suamiku.Perasaanku mengatakan dia bukan tanpa tujuan mendekati Mas Ryan. Dari tatapan matanya dapat aku lihat rasa kagum atau apalah saat menatap Mas Ryan. Sebagai sesama perempuan aku bisa dengan jelas melihatnya."Ayok Mas," ajak ku ke Mas Ryan, untuk kembali berjalan ke arah panggung kecil yang terpasang, tempat keluarga yang punya acara berada. "Bye Fanny." Kembali senyum ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 74

    Sebuah tangan merangkulku, aku menoleh. Mas Ryan memasang senyum manisnya, aku hanya nyengir. Memang dia tidak menanggapi. Tapi, entah kenapa aku ikut kesal padanya."Kamu tau Sayang, kamu terlihat begitu seksi kalau sedang cemburu," godanya padaku."Sampai di rumah, harus cerita siapa dia sebenarnya," ucapku kesal."Apa yang diceritakan? Aku nggak tau apa-apa Sayang. Ya, dia adik kelas memang, hanya itu." Mas Ryan memberi penjelasan.Aku masih memanyunkan bibir. Ketika tangan Mas Ryan turun ke pinggang, gerakan jarinya membuatku menggeliat geli."Mas.""Iyap.""Jarinya.""Senyum dulu," pinta Mas Ryan."Males," jawabku.Sengaja dia menggerakkan jarinya lagi."Maaas ….""Senyum dulu!" Paksanya lagi, aku memaksa menarik sudut bibirku sekilas. "Yang manis," tambahnya. Jarinya kembali beraksi."Iya …." Sebuah senyum kuberikan, yang justru membuatku tertawa. Apalah kami ini, seperti ABG saja. Kekesalanku hilang mendapati sikap manis dan absurd dari suamiku itu.Sepanjang acara setelahnya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 75

    "Sayang dulu!" Mas Ryan menekan pipi kanannya dengan jari telunjuk. Alisnya terangkat dengan senyum usil di bibirnya."Ih, ini kantor, Mas." Aku menolak karena merasa tak enak."Emang, biasanya apa?"Aku tersipu, biasanya apa? Entahlah. Biasanya kami melakukan lebih dari sekedar cium pipi. Wajahku menghangat mengingat apa yang sering kami lakukan di ruangan ini."Iya," ucapku kemudian, tersenyum malu-malu. Sebuah kecupan aku daratkan di pipi suamiku."Satunya," ucapnya lagi, sambil menyodorkan pipi kirinya. Aku merasa menjadi seperti Prilly. Dan demi apa aku juga menuruti semua perintahnya. Sama lah dengan Prilly.Mungkin itulah cara kami mengekspresikan cinta yang ada dalam hati. Tak akan ada yang menduga pasti, kalau pria yang dingin ini sebenarnya sangat manis dan romantis. Cerewet, pencemburu dan posesif. Kadang konyol dan manja juga seperti anak kecil."Udah, ah." Aku menarik wajahku.Dia menyodorkan bergantian, pipi kanan dan kirinya, kapan selesainya coba. Mas Ryan tertawa mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 76

    "Pagi sayang," sapa Mas Ryan. Sebuah kecupan Ia singgahkan di keningku. "Bangun, sholat dulu." Terdengar lembut sekali suara suamiku itu.Tak seperti biasanya hari ini aku terlambat bangun. Mas Ryan malah sudah lebih dulu bangun dari pada diriku. "Lagi," pintaku melihat sebentar dengan mata menyipit, kemudian kembali memejamkan mata. Sebuah kecupan mendarat bertubi - tubi. Mulai dari kening, pipi, bibir, hidung dan dagu.Senyumku tercetak lebar, masih dengan mata terpejam. Tiba - tiba Mas Ryan mengangkat tubuhku. Aku tertawa seketika. Dia menurunkanku di depan pintu kamar mandi. Aku kemudian memeluknya, entahlah hari ini aku benar - benar ingin dimanja."Lagi pengen ya?" godanya, seketika aku mengangkat wajah dan menggeleng. Senyum jahil nampak di wajah tampan itu. Selalu saja seperti itu, pikirannya tak jauh-jauh dari hal itu.Aku hanya sedang ingin dimanja, tak lebih dari itu, meski tak menolak juga bila dia meminta. Eh …Mas Ryan mendorong pintu dan aku masuk lebih dahulu, menggos

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 77

    "Mas, dah semingguan aku belum dapet." Aku mendekati Mas Ryan yang kini sedang menghadap laptop selepas menemani Prilly belajar. Pria itu menyempatkan menemani Prilly belajar di tengah kesibukannya. Apalagi selepas aku tak bekerja lagi, dia selalu pulang lebih cepat.Mas Ryan menghentikan ketukan tangannya di tombol keyboard. Ada segaris senyum yang tercetak di sana. Dia mendongak menatapku, yang berdiri di depan meja kerjanya."Apa, itu artinya …." Mas Ryan tak melanjutkan kalimatnya."Belum tau juga, temani Kay ke apotik, ya?!"Aku mengangkat bahu, harusnya tiap tanggal sepuluh aku mendapatkan haid. Sekarang sudah tanggal tujuh belas. Berarti sudah terlewat satu minggu dari tanggal biasanya."Ayok!" Mas Ryan berdiri dari duduknya dan kemudian menyambar tanganku dan menariknya. "Sebentar," ucapku menahan langkah. "Dompet nya ketinggalan."Mas Ryan menepuk kening dengan sebelah tangannya. Dia terlihat sangat bersemangat. Genggaman tanganku dilepasnya, beranjak cepat mengambil dompet

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 78

    "Di sana nanti, jangan pernah melepas tanganku!" ucap Mas Ryan, tangannya menelusup di antara celah tanganku. Di lingkarkannya kedua tangan, dan dagu sedikit dia topangkan di bahuku.Aku tersenyum, melihatnya dari pantulan kaca, selalu begitu. Sebentar lagi dia akan bilang, jangan dandan menor, jelek, aku tidak suka. Setelah nya bibir nakal itu akan menghapus lipstik dengan ciumannya."Lihat, apa-apaan ini," ucap Mas Ryan seraya memutar tubuhku. Tangan kanannya menangkup daguku. "Menor, jelek, aku nggak suka," lanjutnya. Belum aku menjawab apapun, dia sudah menangkap bibir merahku, dan menghapus lipstik yang aku kenakan."Kebiasaan," ucapku manyun, sambil membersihkan lipstik yang menempel pada bibirnya dengan tanganku. "Kay, dasarnya sudah cantik dari lahir," selorohku."Makanya nggak usah dandan berlebihan.""Ini sudah yang paling soft, Sayang." Ulahnya membuatku gemas, jadi pengen … gigit."Abisin sekalian," ucapku membalas perlakuannya, mengembalikan ciuman yang baru saja dia beri

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 79

    ••"Masih ngantuk?" tanya Mama pagi itu saat mendapatiku beberapa kali menguap saat menyiapkan sarapan."Dikit." Aku menjawab sambil menuang air panas ke dalam cangkir yang sudah berisi gula dan kopi."Hmm … lembur ya," goda Mama kemudian yang membuat wajahku menghangat dan menjadi salah tingkah."Ihh … mama," balasku yang disambut tawa oleh Mama."Ya nggak apa-apa kan, malu-malu kayak baru nikah aja." Bukannya berhenti mama malah semakin menggodaku."Kan biar Prilly cepet ada temannya." Aku beralasan, meski sebenarnya tak perlu juga. Kami sudah cukup paham akan hal ini."Iya … iya kudu rajin bikinnya biar cepet gol, ehhh," goda Mama lagi sambil tertawa, aku hanya menggulum senyumku.Semenjak menikah aku merasakan semakin dekat dengan keluarga, mungkin karena aku juga lebih banyak waktu. Kedekatan keluargaku dan Mas Ryan juga menambah kebahagiaan tersendiri. Begitu beruntungnya aku memiliki mereka semua yang selalu mendukungku."Mama antar kopi Papa ke teras dulu," pamit Mama kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka 80

    "Kenapa kayak kesal gitu?" Mas Ryan langsung dapat membaca perubahan raut wajahku saat aku kembali ke meja."Mas tau Kay ketemu siapa?" tanyaku sambil menarik kursi dan duduk di samping Mas Ryan. Mas Ryan menggeleng, "Nggak tau kan belum cerita, memangnya siapa Sayang?""Fanny." Aku menjawab dengan nada teramat kesal."Hmm …." Mas Ryan hanya bergumam."Dia sepertinya terobsesi sama Mas," ucapku sambil menatap wajah Mas Ryan."Sayang, kamu percaya aku kan?" tanya Mas Ryan yang langsung aku jawab dengan anggukan. "Abaikan! Tak perlu aku menjelaskan apapun kamu sudah tahu bagaimana perasaanku."Mas Ryan meraih tanganku yang berada di atas meja dan menggenggamnya. Matanya menatapku dengan tatapan yang ku artikan cinta. Teduh dan terasa adem membuatku merasa lebih tenang.Aku percaya padanya dan dia benar, bahkan kata-kata tak akan mampu menggambarkan. Semua Mas Ryan tunjukkan dengan bukti bukan kata-kata. Tak ada sedikitpun ragu atau curiga dalam hatiku. Hanya saja melihat kelakuan perem

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10

Bab terbaru

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Pov Ryan Ending

    Waktu terasa begitu lambat berjalan dan pandanganku mengarah ke pintu serta lampu yang berada di atas pintu ruang operasi. Kenapa terasa sangat lama sekali mereka berada di ruangan itu, rasa cemas membuat pikiranku semakin kacau.“Kita berdoa untuk mama dan adik ya,” bisikku pada Prilly, gadis kecilku itu mengangguk.Tanpa dikomando semua langsung berdiri saat pintu ruang operasi terbuka, terlihat beberapa orang keluar dari ruangan dan salah satunya dokter yang aku biasa panggil dokter Maria.“Puji Syukur Ibu dan anak selamat hanya masih memerlukan perawatan intensif jadi belum bisa ditemui.” Perkataan dokter Maria sedikit membuat perasaan lega dan tenang, Alhamdulillah istri dan anakku selamat meski aku belum bisa melihatnya.“Seorang jagoan, anaknya laki-laki dengan berat dua koma tujuh dan panjang lima puluh tiga centimeter.” Dokter Maria kembali menambahkan.“Alhamdulillah terima kasih Ya Allah, terima kasih dokter,” ucapku yang sekarang diatara perasaan senang dan juga cemas.“S

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Pov Ryan

    Meeting selesai menjelang jam tiga sore, selama itu pula aku mengabaikan panggilan serta pesan yang masuk di ponselku dan meng silentnya. Aku baruakan membuka pesan setelah aku benar-benar selesai dan sudah kembali berada di mobil. Sepertinya banyak sekali pesan dan panggilan masuk sedari tadi, baru saja aku akan melihat panggilan serta pesan yang masuk ponselku bergetar dan nama mama terlihat di layar ponsel.Buru-buru aku mengangkat panggilan dari mama yang sepertinya merupakan panggilan untuk kesekian kalinya, aku sempat melihat di panggilan tidak terjawab mama melakukan banyak panggilan. Perasaanku tiba-tiba terasa tidak enak.“Hallo assalamualaikum, Ma.” Aku membuka percakapan dengan sebuah salam seperti biasanya.“Waalaikumsalam, Ryan kamu dimana?” Suara mama terdengar bergetar dan tidak terdengar baik.“Ini aku baru selesai meeting, Ma. Mama kayak lagi nangis, ada apa?” tanyaku kemudian.“Kayana … Kayana.” Mama kemudian benar-benar menangis dan menyebutkan nama Kay, istriku.”

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Bab 92

    “Prilly yang bilang demikian, untuk apa aku membuat buat atau mengarang cerita.” Mas Dipta masih bersikeras dan terus menyanggah. “Beneran Prilly yang bilang,” lanjutnya lagi.“Sudahlah, Mas. Sekarang tolong bawa Prilly ke mobil, atau aku sendiri yang akan bangunkan Prilly.” Aku sudah semakin malas berbasa basi. Dan juga malas mendengar ocehan yang tidak jelas dari Mas Dipta.“Pulanglah, biarkan Prilly di sini.” Ekspresi wajah Mas Dipta mulai berubah tidak enak. Umur memang tidak menjamin kedewasaan seseorang, aku bisa merasakan Mas Dipta mulai kesal karena aku sedari tadi bersikap dingin kepadanya.“Prilly ikut aku pulang,” paksaku lagi. “Nggak bisa.” Mas Dipta bersikeras menahan Prilly.“Aku nggak ingin ribut, apalagi di depan Prilly. Ayolah Mas, bersikaplah sedikit bijak dan dewasa jangan seperti ini. Hal kayak gini nggak baik buat perkembangan psikis Prilly, harusnya Mas Dipta paham itu.” Sebisa mungkin aku menahan diri karena kalau aku sampai emosi pastinya tidak akan baik un

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Bab 91

    “Iya, Oma. Terima kasih banyak atas kepercayaannya,” ucapku kemudian dengan senyum dan sedikit menurunkan kepala.“Ya sudah, mau belanja lagi, borong buat cucu saya.” Aku mengangguk dan masih tersenyum lebih tepatnya menahan tawa senang.“Nis … temanin kalau mau ambil ganti,” ucapku pada Ninis. “Pak, kalau masih ribut, bawa keluar toko saja, sudah menganggu kenyamanan belanja yang lain,” perintahku pada Pak Puji.Aku tidak memperdulikan ocehan perempuan itu dan beranjak meninggalkan toko untuk kembali keruanganku. Sesampainya di ruangan aku meminta maaf pada Bu Rahayu yang telah menunggu sedari tadi dan kemudian menyelesaikan pertemuan hari ini.*Tetap saja perutku terasa kaku akibat kejadian tadi, meski aku bilang masa bodoh sedari tadi otakku terus berputar akan masalah tadi. Bukan sebuah kebetulan pastinya akan kejadian tadi, seperti sebuah hal yang memang disengaja dan direncanakan. Kalau mendengar ucapan perempuan itu, sepertinya tujuannya untuk menjatuhkan usahaku.Aku merasa

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Bab 90

    “Siapa?” tanyaku kemudian.“Maaf kurang tau,” jawab Titin sambil menggeleng.“Bu Rahayu, maaf permisi sebentar.” Aku membalikkan badan dan bicara pada rekananku itu karena akan ke depan untuk melihat ada keributan apa.“Oh iya, Jeng … silahkan.” Bu Rahayu mengangguk mempersilahkan.Aku segera beranjak menuju ke ruang toko tempat keributan terjadi. Terlihat seorang perempuan dengan balutan dress merah dan rambut pirang tengah berbicara dengan nada tinggi. Di tangannya terlihat beberapa pakaian bayi yang diacung- acungkan ke salah satu karyawanku.“Apa apaan ini, baju kayak gini di jual. Belum juga dipakai jahitan pada lepas. Produk sampah kok dijual." Perempuan itu melempar baju baju tersebut ke arah Ninis, karyawanku dan mendorongnya.“Maaf, Bu. Tolong jangan kasar … kalau ada yang ingin disampaikan bisa dibicarakan baik- baik, saya pemilik toko ini.” Aku berdiri di depan perempuan berambut pirang tersebut.“Bu? A … apa panggil aku tadi? Bu, kamu kira aku setua itu.” Nada suara peremp

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Bab 89

    “Selamat tidur anak papa.”Sebuah kecupan Mas Ryan layangkan di kening Prilly, pria itu baru saja mengangkat tubuh mungil Prilly yang tengah tertidur masuk ke dalam kamar. Seperti yang sudah pria itu janjikan tadi kepada Prilly, mala mini kami membuat tenda di taman dan juga membakar jagung serta daging. Mungkin karena kecapaian dan mengantuk Prilly tertidur lebih dahulu.“Aku lepas dulu tendanya,” ucap Mas Ryan beringsut dari atas tempat tidur.“Besok aja, Mas. Dah malem juga kan, istirahat aja.” Aku mendekati Prilly dan mengecup kening putri kecilku itu kemudian kembali berdiri.“Ya udah … lumayan capek, ngantuk juga.” Mas Ryan terlihat menggeliat kemudian berjalan ke arahku yang lebih dekat dengan pintu. “Tidur,” ucapnya sambil merangkul pundakku.“Huum, ngantuk juga,” timpalku sembari menguap, kantuk mulai mendekapku.“Sayang, kalau bayi gini ikut bobo nggak ya kalau kita tidur?” tanya Mas Ryan saat kami berjalan ke kamar sambil mengusap perut buncitku.Sebuah pertanyaan yang aku

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Bab 88

    “Ada apa ?” tanya mama yang ternyata sedari tadi memperhatikanku.“Mas Dipta,” jawabku tanpa bisa menyembunyikan ekspresi kesalku.“Kenapa lagi anak itu?” Kembali mama bertanya sambil mengangkat dagunya.“Dia ingin mengambil Prilly.”“Apa? Nggak waras itu anak.” Suara mama terdengar sedikit emosi. “Kalau itu masalahnya mama nggak bisa tinggal diam, enak saja mau main ambil. Atas dasar apa juga dia mau ambil Prilly, selama ini Prilly baik-baik dan aman-aman saja bersama kita. Bukan berarti karena dia ayah kandungnya bisa seenaknya main ambil.”Sudah bisa aku tebak kalau respon mama akan seperti ini. Papa menepuk pelan lengan mama, sepertinya agar mama lebih tenang dan tidak terbawa emosi.“Biar papa nanti bicara sama Mas Herman, tidak perlu ada keributan atau sampai rebutan hakatas Prilly. Kita bisa bersama-sama dalam menjaga dan mengasuh Prilly,” ucap Papa yang sedari tadi hanya diam. “Nanti papa yang urus dan bicara pada mereka.”“Suka heran mama sama Dipta, kenapa sepertinya tid

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Bab 87

    “Semoga tidak menurun ke Prilly,” harapku kemudian. Semoga hanya wajah rupawannya yang menurun di Prilly, tapi, tidak untuk sifat dan kelakuannya,“Mama Papa Dipta mana?” tanya Prilly yang baru turun dari tangga sambil melihat kea rah ruang tamu depan.“Pergi sama Papa aja, tadi Papa Dipta ada urusan.” Mas Ryan yang sedari tadi diam langsung angkat bicara.“Yah … kan sudah sering sama papa, kalau sama Papa Dipta kan jarang-jarang.” Raut wajah kecewa nampak sekali di wajah Prilly.Aku memahami yang dia rasakan, bagaimanapun ikatan darah memang lebih kental. Masih sebuah hal yang wajar dan tidak berlebihan karena bagaimanapun Mas Dipta adalah papa kandung Prilly. Apalagi saat bersama Mas Dipta apa yang Prilly mau selalu dipenuhi oleh papa kandungnya itu. Sangat berbeda saat bersamaku yang selalu memiliki aturan untuk setiap hal yang dilakukannya.Sebenarnya tidak ada yang kurang dari kehidupan Prilly semua hal juga telah aku dan Mas Ryan penuhi. Hanya saja untuk hal-hal tertentu kami m

  • Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan   Luka Bab 86

    Mendengar aku dan Mas Dipta yang mulai saling berargumen Mama dan Papa juga Mama Jani beranjak meninggalkan kami bertiga. Aku, Prilly dan juga Mas Dipta masih berdiri di teras, bila menjemput Prilly, Mas Dipta memang jarang mau masuk ke dalam rumah. Keras kepala dan keegoisan pria itu tidak berkurang-kurang juga.“Iya aku tahu, tapi, ini juga demi kebaikan Prilly juga nantinya. Karena semua hal yang dia ingginkan nggak semunya bisa dia dapatkan.” Aku kembali menyuarakan apa yang ada dalam pikiranku.“Kalau kamu nggak bisa atau nggak mau, biar aku saja yang mengurus Prilly, memberikan apa yang anakku mau.”“Bukan begitu Mas, ah … haarus seperti apa aku menjelaskan.” Aku mulai merasa kesal. “Kita nggak boleh memanjakan anak, menuruti semua kemauannya. Sedari kecil kita harus mendidiknya dengan baik agar tidak menjadi pribadi yang manja dan semaunya sendiri.”Entah apa yang ada dalam kepala pria di depanku itu, selama ini aku sudah mendidik Prilly dengan cara yang aku anggap benar dan b

DMCA.com Protection Status