Kaisar tidak pernah suka keributan. Satu lantai di apartemennya, hanya dia gunakan untuk pribadi saja, tanpa ada kamar lain atau pun penghuni lain yang bisa menginjakkan kaki di sana. Sebelumnya, masih ada Mira yang menempati kamar sebelah, tapi sepertinya sendiri lebih baik.
Sejak tadi dia hanya memutar-mutar benda berkilau yang diapitnya. Meskipun tanpa pantulan cahaya, banda itu akan tetap memancarkan cahaya dengan indah. Iya, itu adalah cincin berlian yang akan dia berikan kepada Mira dulu. Sekarang, dia menertawakan dirinya sendiri karena sempat akan melakukan hal itu. Dia malah beruntung karena Melisa mencurinya dari Mira dulu. Jika tidak, maka akan lebih sulit lagi untuk melepas ikatan di antara mereka. Tuhan memang sudah merencanakan yang terbaik.
Kaisar kembali mengantongi itu. Hari ini, masih ada pekerjaan lagi yang harus dia lakukan. Regan meminta untuk terus mencari tahu cafe yang digunakan oleh Raisa dan Mira bertemu. Dia memang sudah menyuruh orang untuk
Pelayan itu mengangguk, dia berjalan dan kembali membuka ruangan yang sudah dibuka oleh Kaisar tadi, sementara penjaga tersenyum miring merendahkannya. “Lihat, Pak, ini hanya ruangan jika ada orang yang menyewa tempat ini secara privat untuk pesta kecil. Tidak ada apa-apa di sini, apa yang ingin anda ketahui?”“Ke mana perginya dua wanita yang masuk ke sini tadi?”“Saya tidak seberapa memperhatikan, tapi mungkin mereka masuk ke sini.” Pria itu mengajak Kaisar menuju ujung lorong. Ruapanya, itu bukan jalan buntu, melainkan ada pintu yang hampir tidak bisa dibedakan. Dia membukanya, lalu menunjukkan itu ke arah Kaisar. “Selamat datang di cafe outdor kita.”“Cafe outdor?”“Benar. Kami memiliki dua tempat yang dihubungkan dengan lorong ini.”Kaisar menengokanya, dan ternyata benar, itu hanya cafe dengan pemandangan yang dirancang menyerupai alam. Dia merasa dipermainkan! Tempat itu
Seharian Anya angat sibuk di luar, dia baru kembali saat pukul enam sore ke salonnya. Salon masih sangat ramai, seolah pelanggan tidak pernah habis untuk keluar masuk dari sana. Hari ini juga Anya tidak sempat membantu mereka, karena pekerjaan dia sendiri pun menumpuk.Saat dia masih serius mengerjakan semua pekerjaannya, pintu ruangannya terbuka mendadak. Anya pikir itu Mira atau karyawannya yang lain, jadi dia tidak menghiraukannya sama sekali. Sampai seseorang itu mendekat dan mencondongkan wajah ke arahnya. “Apa kamu akan terus bekerja seharian?”“Regan?”“Bahkan kamu tidak sadar, suamimu datang.”Anya nyegir kuda, dia berdiri dengan sangat antusias dan melingkarkan tangan ke leher suaminya. “Kamu selalu tau saat aku merindukanmu.”“Benarkah? Aku pantas mendapat hadiah kalau begitu.” Kedua tangan kekar Regan melingkar di leher Anya, dia menarik itu dan melumat bibir istrinya. Padahal,
Kaisar menghentikan langkah, dia terdiam dan mengontrol dirinya sendiri. Setelah menarik napas panjang, dia kembali berbalik dan menunggu perintah Regan.“Jika kamu pergi menemui Mira, dia tidak akan mungkin membuka mulut. Harusnya setelah kejadian kemarin kamu mengerti, jika dia unggul dalam drama. Kemungkinan terburuk, dia akan membuat Jihan semakin jauh dan memperketat pengawasa. Peluang kita untuk menemukan dia, akan semakin sulit.”“Jadi ... maksudmu, kita akan membiarkan Jihan begitu saja?” sahut Anya.“Kita biarkan Mira mengira jika kita tidak tahu apa-apa dan diam saja. Mencari Jihan dari mulut Mira itu percuma! Cari di CCTV cafe itu, apa yang mereka lakukan di sana, dan telusuri CCTV jalan. Apa dia membawa kendaraan sendiri?”“Tidak, terakhir saya melihatnya dengan pelayan cafe yang membantunya naik ke taxi. Saat saya tanyakan kepada pelayan cafe itu, Jihan sakit kepala setelah makan bersama dengan seoran
“Kenapa bagian itu dihapus?”“Itu saat taxi datang dan membawanya.” Kaisar menjadi tidak terkendali, dia bangkit dan mondar-mandir seperti jam pendulum dengan mengurut pelipisnya. Jika bagian itu dihapus, maka dia tidak akan lagi bisa melacak ke mana taxi membawanya.Mereka benar-benar sudah merencanakannya dengan rapi. Semua terjadi sangat natural, Jihan datang terlebih dulu dan dia juga yang memesan makanan. Mira datang di saat semuanya sudah siap, dan dia pergi terlebih dulu tanpa mengotak-atik makanan sedikit pun.Setelah menyantap makanannya, dia merasa pusing dan salah satu pelayan membantunya mencari taxi. Setelah itu, Jihan dinyatakan hilang. Bukankah semuanya sangat mulus?Jika Jihan tidak sadar, maka ada seseorang yang mencapurkan sesuatu di dalam makanan itu. Jika bukan karena Mira, lantas? Pasti ada orang lain yang bekerja untuknya. Jika makanan itu tiba terlebih dulu, bisa dipastikan salah satu dari karyawan cafe itu b
Karena telponnya tidak diangkat, Regan barinisiatif untuk menyusul Kaisar. Tanpa dia bertanya pun, dia sudah bisa menebak jika saat ini Kaisar pasti sedang ke rumah kos Mira. Saat dia baru saja keluar dari ruangannya, rupanya Anya masih belum tidur. Dia berdiri di depan pintu ruang kerja Regan dengan membawa buntalan selimut yang dia lilitkan di tubuhnya. Hampir saja Regan terkejut saat melihat Anya yang lebih mirip seperti kunti yang terbalut selimut.“Kamu kenapa tiba-tiba berdiri di sini, Anya?” Regan menghela napas panjang setelah dia menyadari jika itu istrinya. Bagaimana dia tidak terkejut, saat dia menutup pintu ruang kerja, mendadak Anya sudah berada tepat di belakangnya.“Aku mau ke kalian. Kamu mau ke mana?”“Aku mau nyusul Kaisar. Dia ke rumah Mira tadi, dan saat aku menelponnya dia tidak menjawab.”Wajah Anya berubah bersemangat. “Aku ikut!”“Tidak.”“Ikut,”
Regan tersenyum bangga. Yang dia tahu kaisar memang tidak segegabah itu, dia tidak akan mungkin melakukan hal tanpa perhitungan. Saat dia menghempaskan semua barang di meja Mira, dengan cepat tangannya meraih ponsel Mira dan segera menyembunyikan itu di saat Mira mengernyit ketakutan.Niatnya hanya untuk itu saja, karena dia sudah enggan berdebat dengan wanita yang hanya akan bersilat lidah. Tidak dia sangka, Mira juga sedang menyiapkan kejutan untuknya dengan pikiran gila hingga mengambil tindakan nekat. Meskipun begitu, dia cukup puas karena berhasil mendapatkan ponsel yang sudah lama dia incar.Regan memiringkan tubuh menghadap petugas. “Saya akan menjamin kebebasannya.”“Kami mengerti, Pak Regan. Kami juga percaya dengan orang-orang terdekat anda. Saya harap, ini tidak akan terulang kembali.”Regan mengangguk, dia membawa ponsel Mira dan memutar-mutarnya. Setelah kasiar meminta maaf atas kekacauan yang dia perbuat, mereka
Di sana, Jihan masih berusaha lepas dari ikatan yang melilit tangan dan kakinya. Namun, semakin dia memaksakan diri, semakin tersiksa juga tangan dan kakinya. Dia terbujur di atas ranjang dengan keadaan kedua tangan yang terikat menjadi satu sedangkan kakinya pun menyatu dengan ikatan kuat.Dia seperti berada di rumah tua, seolah tidak berpenghuni dengan jamur yang merayap di beberapa bagian. Sejak dia tiba dan tersadar tadi, beberapa orang pria segera mengerumuninya. Mereka terlihat mengerikan dengan tato di beberapa bagian tubuh.Dia pikir akan kehilangan keperawanan setelah mereka mengerumuninya seperti itu, ternyata mereka hanya menyentuhnya di beberapa bagian saja dan mengatakan jika dia akan sangat mahal jika masih perawan. Itu sebabnya mereka mundur dan tidak berlaku lebih padanya.Jihan merasa putus asa dan tangannya pun terluka karena lilitan tali itu. Di saat itu, dia mendengar derap langkah berat dari lanti yang hanya terbuat dari papan kayu. Suara la
“Kurang ajar!” teriak salah satu dari mereka.Tidak ada serangan sembunyi-sembunyi lagi, karena Kaisar pun sudah berniat untuk memukul rata. Tidak ada ampun! Dia melesat terlebih dulu dengan membawa dua pisau lagi di kedua tangan sementara Wira berada tepat di belakangnya.Kaisar hanya memberikan luka kecil untuk menyibakkan mereka, karena tujuannya sekarang hanya ke arah Jihan. Wanita itu menekuk tubuhnya dengan luka di lengan yang menganga lebar. “Kau tidak apa-apa?”“Aku baik-baik saja, terima kasih anda sudah datang.”Melihat tetesan darah itu, emosi Kaisar semakin tersulut dan membakar tubuhnya. Dia kembali bangkit dan menghabisi mereka semua dengan brutal. Jihan sampai takut melihatnya, dia tidak pernah melihat Kaisar menjadi semarah itu hingga dia melihat titik gelap yang tersembunyi di wajahnya.Dia seperti pemburu berdarah dingin, menancapkan pisau, mencabutnya, dan memberikan luka mematikan. Darah di ma
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal