Siang itu, dimana Arsen tengah berdiri di depan jendela kaca ruang kantor penerbitan miliknya. Tangan Arsen memegang sebuah bingkai, terdapat potret dirinya dengan stela ketika masih berada di sebuah universitas. Jalan cinta rumit dan pahit, jatuh hati pada adik sendiri, ada darah sang papa yang mengalir di tubuh Stela, miris. Dia pikir sang papa egois mencoba memisahkan dirinya, siapa sangka dibalik kediaman Zayn menyimpan banyak misteri. Bahkan lelaki tersebut rela ketika dirinya disalahkan, ah sungguh keterlaluan sikapnya sebagai seorang anak. Ada hal yang begitu sulit dia terima, perasaan melupakan. Hati Arsen terlanjur terpaut pada sang adik. Lelaki tersebut tersenyum kecut, meletakkan bingkai foto tersebut pada sebuah rak di samping jendela kaca. Dia merasa anak yang begitu tidak berguna, bahkan kesalahan masa lalu yang dilakukannya, ketika dimana Arsen masih begitu muda tidak tahu apa-apa lalu menyalahkan sang papa ketika sang mama dipenjara. Ar
Hay D"Lovely KarRa maaf telat up date ya, author sedang ada kesibukan di dunia nyata. Jangan lupa tinggalkan jejak komentar, juga mampir ke novel Godaan Memikat (adult romance 21+) Terima kasih.
Sayup angin masuk lewat pintu kantor yang terbuka, suasana hening seketika, hiruk-pikuk itu seolah tidak ada sebelumnya. Seorang pemuda berdiri berhadapan dengan lelaki tua bernama Andreas. Tontonan menarik yang, entahlah tidak dapat digambarkan. Beberapa karyawan sangat mencemaskan si pemuda pasalnya mereka berpikir si pemuda hanya karyawan biasa yang tidak sengaja lewat lalu menabrak Andreas, salah satu pengusaha yang cukup tersohor dengan barang-barang mewah juga gayanya yang nyentrik. Sekali lihat saja semua orang tahu siapa dia. Yah, itu yang membuat lelaki tua tersebut semakin memandang rendah orang di bawahnya yang tidak setara dengan pergaulan kelas atas. “Astaga kasihan sekali pemuda tersebut,” keluh salah seorang wanita. “Apakah dia karyawan baru di kantor? Aku belum pernah melihatnya,” kata seorang lelaki. “Astaga ya ampun si tampan yang malang,” kel
Andreas berjalan dengan perasaan cemas di lobi perusahaan Zeroun Grup sampai di depan resepsionis lelaki tersebut semakin panik. Kedatangannya kali ini adalah untuk meminta penjelasan dari CEO perusahaan Zeroun terkait pembatalan kontrak yang dilakukan secara sepihak. Andreas menggigit bibir bawahnya, dia mengelap kening yang terasa berkeringat padahal ac menyala cukup dingin. “Saya ingin berjumpa dengan Pak Axelle Zeroun,” kata Andreas kepada wanita cantik yang mengenakan seragam warna ungu kemerahan, khusus untuk para resepsionis juga beberapa karyawan wanita, seperti sekretaris dan resepsionis. “Maaf Pak, Tuan Axelle sedang tidak ada di tempat, untuk sementara Pak Jo Zeroun selaku adik dari Tuan Zeroun yang mengurus,” terang sang wanita berparas ayu, dengan rambut di sanggul ke belakang itu. Keadaan Zeroun saat ini memang tengah disembunyikan dari khalayak umum, Axelle dan juga Joy bergantian mengurus kantor dan m
Zayn baru saja dari kantor Zeroun grup sebelum dirinya kembali ke kantor sendiri. Pikirannya masih terfokus pada percakapan terakhir dengan Joy juga Roland. Lelaki tersebut gusar, dia bangkit dari duduk lalu berjalan pelan ke arah dinding kaca. Menatap ke arah luar sana, memandangi gedung-gedung yang tidak kalah tinggi dari bangunannya di seberang sana. Ucapan Joy terus saja terngiang dalam benak. Beberapa waktu lalu di kantor Joy, Zeroun Grub. Tiga orang lelaki tengah bersitegang mengingat insiden penculikan Stela, Joy beranggapan bahwa Andreas patut dicurigai, mengingat banyak riwayat kerja sama yang bersangkutan dengan almarhum Marvel Tua. Dari apa yang diselidiki anak buahnya, kemungkinan keterkaitan itu selalu ada. Zayn mendengarkan dengan tatapan yang, entahlah. Karena begitu juga dengan penyelidikan yang anak buahnya lakukan ada beberapa tersangka menjurus mendekati pelaku. Mulai dari keluarga Marvel, juga termasuk sang is
Keributan yang dilakukan Andreas menggegerkan media, yang Joy lakukan tidak tanggung-tanggung. Seolah pemuda tersebut siap untuk menantang maut, juga segala konsekuensi dari amukan Andreas. Baik Zeroun juga Olivia yang melihat berita atas pembatalan kontrak secara sepihak tersebut menghela napas berat. “Astaga, apa yang bocah bodoh itu lakukan?” keluh Olivia, “dasar anak nakal,” lanjutnya berdecak kesal. Wanita tua tersebut bangkit dari duduk lalu menuju ke arah jendela ruang perawatan. Menatap lurus ke arah bawah, dimana banyak petugas medis juga pengunjung berjalan hilir mudik. “Kau terlalu mencemaskannya Olf, Aku percaya kepada Joy, dia pasti punya alasan tersendiri untuk melakukan hal tersebut. Kau tidak perlu khawatir,” kata Zeroun menerangkan. “Lagi pula pengamatannya lebih jeli dibandingkan kita, bukan,” lanjut Zeroun terkekeh. “Kau benar, apa tidak bisa putra kita
Brak! Prang! Trang! Andreas menggebrak meja lalu, membaliknya hingga semua benda di atas meja berjatuhan. Sang istri dan juga putrinya memandang ke arah sang papa, saat ini mereka berada di ruang makan. Andreas yang hendak makan malam kembali meradang melihat saham perusahaan anjlok semakin berkurang. Hampir sebagian besar rekan bisnisnya menarik kembali investasi saham yang mereka tanam. Andreas mengacak-acak rambutnya sendiri. Sang istri juga Rosa, putrinya menatap kebingungan. “Ada apa, Papa?” tanya Rosalind. “Joy Zeroun itu sangat arogan, padahal sudah begitu lama aku bekerja sama dengan Zeroun tanpa kendala. Karena masalah kecil dia memutus kerja sama, sekarang sebagian besar investor menarik saham mereka,” decak Andreas berkacak pinggang. “Kau pasti berbuat sesuatu sehingga mereka begitu,” keluh Nyonya Andreas menyilangkan tangan. &nb
Malam telah larut, kediaman Zeroun nampak sepi, para pekerja pastilah sudah tidur atau mungkin mereka sibuk di ruang belakang. Stela dengan bahagia berjalan tanpa alas kaki menuju ke ruang kerja sang suami. Gadis tersebut menghela napas panjang nan berat, dia merapikan rambutnya, menyibakkan ke belakang. Malu sebenarnya, bagaimana tidak, wanita tersebut tengah mengenakan lingerie warna hitam. Lingerie lama yang pernah dia kenakan usai resepsi pernikahan. Mengingat masa lalu yang sebenarnya penuh dengan yah, cerita yang panjang tidak bisa dijabarkan dengan kata. Bahkan Stela sendiri entah dapat keberanian dari mana untuk melakukan hal memalukan tersebut. Pakaian yang begitu sexy, dia kenakan, gila. Memang gila akan tetapi sudah kepalang tanggung. Saat ini Stela berada tepat di depan pintu ruang kerja Axelle. “Baiklah Stela, persiapkan dirimu baik-baik,” kata wanita itu sedikit menarik ke bawah mantel lingerie itu hingga meloro
Stela menatap lekat wajah gagah Axelle yang tepat berada di atasnya. Wajah yang sangat mempesona, bukankah sebuah anugerah dia dapat bersua dengan sang suami. Masa yang telah lalu ketika dirinya masih berusia sembilan belas tahun, dimana harapan, masa depan masih terlihat gemilang, Stela bukan gadis yang pandai secara akademik, akan tetapi dia memiliki kelebihan lain sejak menginjak usia tujuh belas tahun, dia menekuni hobinya menjadi seorang author komik. Ada beberapa karya berseri yang sudah dia terbitkan. Semua berjalan lancar berkat bantuan Arsen, kepala editor yang dulu menanganinya, juga seorang kawan baik setelah Mirza. Dari penghasilan tersebut Stela mampu berdiri sendiri dengan uang hasil keringatnya. Gadis malang yang harus menjadi asisten rumah tangga di kediaman papa kandungnya, jika mengingat itu Stela pun sedih. Akan tetapi, dia sadar benar apa yang dilakukan Zayn tidak lebih dari melindungi sang putri kecilnya. Kematian sang bunda karena kecel
Remang lampu cahaya kamar menyala, ditambah sorot cahaya rembulan yang masuk lewat ventilasi udara juga jendela kaca. Hembusan angin malam menyapa mesra, memberikan sensasi tersendiri bagi kedua insan yang masih bergumul di atas ranjang. Hawa panas menjalar ke seluruh tubuh siring sentuhan-sentuhan tangan yang menjamah semakin intens. Gorden jendela warna putih berkelebat tersapu angin, dimana dua jendela kamar tidak ditutup dan dibiarkan terbuka. Beberapa saat yang lalu ketika Axelle berada di kamar mandi, Stela masuk dengan pakaian yang membuat jiwa lelakinya semakin memuncak. Ibarat korban yang masuk ke dalam kandang pemangsa dengan suka rela. Axelle meraih tubuh Stela, mencium setiap inci lekuk tubuh berbalut lingerie warna hitam. Desahan yang lolos dari bibir Stela membuat Axelle semakin menggila. Tubuh mungil Stela menggeliat, menerima perlakuan Axelle, gelayar aneh menjalar seluruh tubuh yang mulai memanas. Rasanya sungguh
Novel Baru Judul : Jaran Goyang Ratu Rengganis "Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu. Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama. Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil Kakang Prabu Abra itu.” Rengganis mengepalkan tangan, membayangkan wajah kedua orang yang membuat hidupnya terasa bak neraka. Namun, melihat kabut hitam yang menyelimuti wanita di hada
Axelle menoleh ke arah sumber suara, ada Mirza dan juga Marvel. Keduanya berjalan mendekat, Axelle sedikit terkejut, baru saja dia memikirkan anak malang itu kini telah berada di hadapannya beserta sang ayah. Axelle menyalami keduanya, saling bercanda dan juga bertukar kabar. Axelle lalu mengajak mereka menyusuri balkon dan kemudian turun melewati anak tangga menuju taman di samping kediaman megah tersebut. harum bunga mawar menguar tercium ketika mereka berjalan menapaki tanah basah yang baru saja disiram oleh para maid. Bunga-bunga indah tumbuh subur berkat perawatan yang baik pula. Mereka berjalan melewati pohon mangga kenangan. Axelle menoleh ke arah Mirza lalu tersenyum, Mirza yang tidak tahu apa-apa membalas senyuman Axelle seadanya. Mereka kemudian duduk di saung menikmati matahari sore. Warna jingga itu terlihat menenangkan, yah, tenang. Setelah kekacauan yang terjadi selama ini. Ketiga orang yang tengah mengalami hal tidak mengenakkan. Mereka paham
Sampai di rumah Axelle segera memeluk sang istri, dia mengangkat lalu memutar tubuh Stela bersama dengan dirinya. Kebahagiaan tiada tara yang tercurah. Layaknya selongsong kosong kini menumpuk bernas kebahagiaan yang semakin bertambah. Ada benih di dalam rahim sang istri yang harus dijaga kini. Sungguh sesuatu yang sangat tidak terkira. Kembali pada masa lalu pertemuan keduanya yang tidak pernah terduga. Auristela gadis mungil teman anaknya, yah, gadis yang selalu bersama Mirza. Lebih tepatnya, Mirza yang selalu menyeret gadis tersebut ke mana pun dia pergi. Axelle yang awalnya mengira Freya adalah cinta sejatinya, siapa yang menyangka wanita tersebut mengkhianati dan mempermainkan perasaan dirinya juga Marvel Junior, ayah biologis dari Mirza. Hidup layaknya bianglala yang berputar, begitu pula dengan takdir yang semestinya memang harus terjadi. Kehidupan ibarat topeng yang menyembunyikan jati diri. Dunia bawah penuh kekejaman, mem
Rafael tersenyum dengan kebahagiaan yang dirasakan Stela, hasil pemeriksaan menyatakan Stela sehat. Rafael mengernyitkan kening melihat senyum Stela itu berubah sedikit menyeramkan, dia seolah melihat aura Zayn dari dalam diri wanita muda yang duduk manis di hadapannya. Dingin AC tidak membuatnya dingin, Rafa kesulitan bernapas juga mendadak, aura ruangan menyeramkan, keringat dingin mengucur di pelipis. “Ini pasti akan menjadi kejutan bagi Mas Axelle dan juga Papa,” kelakar Stela. “Mereka, mereka pasti akan bahagia,” ujar Rafael terbata. ‘Astaga, kenapa aku jadi segugup ini dengan seorang wanita muda, sangat menyeramkan, apakah semua keturunan darah biru memang memiliki aura mematikan,’ keluh Rafa dalam benaknya sendiri. “Lebih tepatnya mungkin mereka akan terkejut,” ujar Stela. “Apa!” pekik Rafael. “Dokter
Pagi hari ketika bangun tidur, Stela merasa enggan sekali bangkit. Tubuh terasa benar-benar nyeri dan remuk, dia mengamati sekeliling. Sang suami tidak ada di sampingnya, terdengar suara bunyi air di kamar mandi. Wanita muda itu tersenyum lalu meraup wajahnya dengan kedua tangan. Axelle keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah dan hanya mengenakan handuk seukuran pinggang. Lelaki tersebut tersenyum sumringah melihat Stela melambaikan tangan. “Selamat pagi, istriku,” sapa Axelle berjalan mendekati ranjang. Lelaki tersebut duduk di samping lalu mengecup kening sang istri dengan sayang. Wajah sang istri nampak lesu dan kelelahan. “Tidurlah lagi jika masih mengantuk!” perintah Axelle mengumbar senyum. Stela menggeleng, dia berusaha beringsut bangkit namun, perutnya terasa nyeri. “Aw!” pekiknya, membuat dirinya meringis, Axelle yang melihat gelagat aneh langsung membantu sang istri duduk. &nb
Assalamu'alaikum Halo, saya author KarRa. Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa up date untuk beberapa hari ke depan. Baik Love Sugar Daddy mau pun Godaan Memikat. Saat ini author sedang sakit, mohon do'anya agar cepat pulih untuk bisa melanjutkan up date seperti biasanya 🙏 Untuk giveaway menuju akhir Love Sugar Daddy masih berjalan dengan semestinya ya, dan pemenang yang mendapat souvenir akan diumumkan ketika novel tersebut Tamat. Tetap ikuti selalu ya guys, untuk informasi lebih lanjut bisa lihat di akun sosial media author. Add: KarRa atau Follow: @karra_lovely. Sekian dan terima kasih, sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Joy mengganti pakaian di kamar mandi. Dia mengingat beberapa serpihan masa lalu, ketika sang ibu menyuruh untuk mencari kebenaran tentang kematian Nyonya Zeroun. Semua bukti tertutup rapat, lebih gila lagi, saat semua ditemukan segalanya mengarah kepada Zayn. Joy yang notabene putra kedua berbeda ibu tersebut, menjelajahi tempat-tempat kumuh, lontang-lantung mirip gelandangan. Hingga takdir mempertemukan dengan Roland, sang sahabat karib, perbedaan kasta tidak membuat mereka saling mendominasi. kerja sama yang baik mampu menumbuhkan terasa kekeluargaan bagi dirinya dan juga Roland. Begitu keras Olivia mendidik putranya agar mampu menjadi pelindung dan calon pemimpin dari dunia bawah yang Olivia geluti. Maut menjadi lawan seimbang bagi Joy yang pernah beberapa kali hampir mati. Bagi orang yang diinginkan, Joy menampakkan sosok lembut, konyol dan baik hati. Namun, bagi lawan, Joy seperti sosok iblis yang siap mencincang habis mangsanya. Lelaki t
Gadis itu meringis kesakitan, hal wajar itu pengalaman pertama baginya. Saat hendak melangkah, jalannya seperti tidak lagi sama, kakinya terbuka cukup lebar, mengangkang. Joy menoleh ke belakang, menatap gadis yang menundukkan kepala dengan kedua tangan bersedekap di perut. Langkah gadis itu seakan rapuh, yah dia yang menggagahi hingga membuatnya kesulitan berjalan. Lelaki tersebut masih memperhatikan langkah wanita muda tadi, merasa sangat lamban. Joy melebarkan mata bergegas meraih tubuh gadis yang hampir tersungkur ke bawah tersebut. “Hati-hati,” ujar Joy. “Terima kasih,” jawab Violet. Joy tersenyum, lelaki tersebut kemudian memapah Violet memasuki sebuah butik. Beberapa pengunjung menatap dengan Joy dengan perasaan terpukau, kagum, dia lelaki tampan mempesona, meski kemeja yang dikenakan terlihat lusuh, berpeluh, dia belum sempat mandi. Beberapa orang wanita saling berbisik, Joy t
Membantai para bawahan Arsen juga membakar ruang yang terhubung ke penjara bawah tanah, menghilangkan jejak. Menutup mulut para maid yang berada di sana dengan mengantongi identitas mereka, mengawasi keluarga masing-masing mereka tanpa terkecuali. Agar semua mulut bungkam, kejam yah satu kata itu yang dapat dikatakan kejam. Bahkan untuk seorang gadis berlesung pipit dengan rambut bergelombang. Iris mata terlihat hitam pekat, kulitnya kuning langsat khas orang pribumi dari kota tersebut. Menatap ke arah Joy dan Roland dengan senyum manis. Joy memandang ke arah Roland mencari jawaban, Roland mengedikkan bahu pertanda tidak tahu menahu. Manis, satu kata yang terlontar dalam pikiran Joy melihatnya. “Ah, maaf, Tuan, bisa saya meminta ijin pulang?” tanya gadis tersebut menundukkan kepala. “Hei, aku sudah katakan dari awal, selama seminggu ke depan kalian masih dalam pantauan kami!” ujar Rolan