Namun, tampaknya kebahagiaan Maya hanya sesaat.
Di satu pagi yang cerah, tanpa diduga surat jatuh tempo dari bank pun tiba.
Dan hal yang mengangetkan Maya dan Marcel adalah, tanpa di sangka para pemegang saham secara bersamaan menarik semua saham mereka dari New-A.
Umpan pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitulah kondisi pagi yang harus Maya hadapi.
"Apa yang mereka lakukan!! apa tidak berpikir di saat ini malah keluar dan cuci tangan dari semua tanggung jawab dan melimpah semua pada New-A!!" cecar Maya marah dan frustasi.
Marcel pun terlihat sama stressnya dengan sang kembaran.
"Kita tidak punya pilihan lain, aku akan melelang aset milik kakek"
"Marcel!! itu tidak akan menutupi, jadi percuma" cecar Maya kesal.
"Lalu bagaimana kita akan menghadapi surat tangihan bank??"
Maya mengacak rambut panjang nya itu dengan wajah stres. Ini benar-benar diluar perkiraan.
Ia tidak menyangka jika surat hutang bank tel
Dan tanpa terduga, jemari Erwin memberi kode pada telapak tangan Johan.Kening Johan mencoba membaca isyarat tangan itu."F?" seru Johan pelan.Namun lagi Erwin menulis huruf berikutnya hingga terbentuk sebuah nama."Fer-dian??" seru Johan bingung ketika nama putranya yang di tulis sang sahabat.Dan lagi Erwin mengedipkan matanya."Ferdian?? untuk apa??" tanya Johan pelan.Dan Erwin kembali menulis dengan bersusah payah di telapak tangan Johan.Namun kali ini terlihat wajah terkejut Johan begitu syok."Menikah???"Erwin pun kembali mengedipkan matanya."Ferdian menikah?? apa maksudmu??"Erwin pun kembali menulis satu nama di telapak tangan sahabatnya."Ma-ya??" seru Johan syok.Namun di akhir tulisan Erwin menulis hal yang tak terduga."To-long, jaga putri ku!!"Johan terhenyak, ia benar-benar tak menyangka permintaan Erwin sungguh membuatnya bimbang.Johan terlihat
Hari itu seolah cuaca yang sedikit mendung mewakili kehilangan sosok yang penting bagi keluarga Aritama yang tengah berkabung.Seluruh sanak saudara hadir, mengantar kepergian sosok Erwin Aritama. Banyak tangis yang mengiri sosok itu pergi. Bahkan karyawan New-A pun turun hadir untuk memberi salam terakhir pada Direktur terbaik mereka.Hampir 3 hari berlalu kepergian Erwin Aritama. Maya masih berdiri mencoba kuat untuk menjamu tamu yang masih saja datang.Marcel masih menjadi sandaran sang mama Marwah yang begitu terpukul.Hinggap akhirnya dalam 1 minggu berlalu, Maya masih bertahan untuk kuat menjamu tamu. Ia tau pasti banyak yang terkejut dengan kepergian sang Papa.Namun mungkin tak sedikit yang bersyukur dengan kepergian sang pendiri New-A. Maya masih bisa merasakan beberapa pemegang saham yang hadir hanya sebagai formalitas belaka.Dan tanpa banyak yang mengetahui sosok baru dalam keluarga Aritama, Ferdian Bastian. Pria ini membaw
Di sepanjang perjalanan yang hening, akhirnya roda mobil sport milik Ferdian tiba di kediaman Bastian.Maya menatap dengan tatapa kosong pada halaman rumah yang terlihat sedikit klasik.Ferdian memarkirkan mobilnya tepat di halaman depan rumah. Ia pun membuka savety belt.Klik..Lalu perlahan turun dari mobil meninggalkan Maya yang masih termenung melihat rumah yang baru pertama kali ia lihat.Namun tak berselang lama, Maya pun akhirnya ikut turun dari mobil.Kedua mata Maya melihat kesekeliling dengan terbatasnya lampu taman. Lalu sedikit mengingat, jika rumah Paman Johan bukan lah seperti ini.Maya melangkah pelan ke sisi samping Ferdian yang terlihat tengah mengeluarkan koper miliknya."Apa?? Paman Johan tinggal di sini?""Tidak" sahut Ferdian cepat sembari menutup pintu bagasi mobilnya."Benarkah??""Ya" sahut Ferdian santai setelah mengangkat koper sedang namun ternyata cukup berat."Jadii
Pagi pun menjelang.Maya tiba-tiba terbangun dengan perasan terkaget. Ia melihat kesekeliling ruangan dengan perasaan asing.Namun sesaat ia terpaku pada sosok yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Dan Maya pun tersadar."Ah, ini.. ini di kediaman Bastian" ucapnya dengan penuh lega.Ia pun tersadar ketika mendapati sebuah selimut menutupi dirinya. Hela nafas Maya pun berhembus pelan. Ternyata ia benar-benar tidur dengan lelap meski di atas Sofa.Perlahan Maya beranjak dari Sofa itu. Ia berjalan dengan penuh hati-hati agar pria yang tampak tertidur lelap itu tidak terbangun.Ia memutuskan untuk segera mandi. Pagi ini ia akan memulai hidup baru dan mencoba untuk datang kekantor New-A setelah meninggalnya sang Papa.Maya rupanya benar-benar harus bertanya ulang tentang denah ruang kamar yang benar-benar membuatnya salah masuk ruangan."Di mana kamar mandinya?" tanya Maya berbisik.Maya pun kembali berputar,
Di satu ruangan eksklusif, Ferdian menyambut seorang pria paruh baya yang terlihat mencoba mempertahankan gaya anak mudanya.Seorang keturunan Cina yang ingin bekerjasama dengan DG.Pembicaraan santai namun serius itu terjadi dengan sangat lancang. Ferdian yang memiliki kemampuan 3 bahasa, menjadikannya sangat mudah berkomunikasi dengan rekan bisnisnya.Pembahasan dua perusahaan besar itu pun berlanjut hingga siang hari. Ferdian menjamu Ling Han pada satu restoran mewah.Ferdian berusaha memberikan yang menurutnya akan berkesan bagi Ling Han.Namun tanpa terduga, seorang wanita hadir dengan mengagetkan Ferdian, Lusya Karmot.Lusya mendekat pada meja hidangan Ferdian dan Ling Han.Tampak senyum cerah terkembang pada kedua pria rupawan itu."Lama tidak bertemu Ling?" sapa Lusya dengan bahasa fasih cinanya.Terlihat Ling beranjak untuk menyambut wanita rupawan itu."Akhirnya kita bertemu lagi, Lusya.. kau masih tampa
Malam harinya, Ferdian pulang di jam 10 malam. Ia masuk kedalam rumah seperti biasa.Namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendengar suara obrolan wanita di ruang tengah.Terlihat Maya tengah berbicara dengan Mami Sari. Ferdian meninggalkan ruangan itu dengan perlahan, agar tidak merusak moment para wanita.Namun, tampaknya hal itu sia-sia."Ferdian??" panggil Mami Sari yang ternyata memiliki mata elang. Ia jelas melihat sosok cucu yang baru saja berbalik badan.Ferdian mau tidak mau harus mengurungkan niatnya untuk langsung masuk kekamar. Perlahan ia pun menuju tempat sofa Maya dan Mami Sari."Kamu baru pulang? sudah makan??" tanya Mami Sari."Ya, sudah" sahut Ferdian santai.Dan seraut wajah kecewa pun terlihat di wajah Mami Sari."Kamu lihat Maya, para lelaki tidak akan pernah mengerti, bahwa para wanita selalu menunggu suaminya pulang dan makan bersama.. maka dari itu lain waktu kamu jang
Ke esokan paginya.Maya yang akhirnya berjaga tanpa bisa tertidur lagi, memilih untuk mandi lebih awal.Ferdian yang masih tertidur pun akhirnya terjaga dengan mendengar suara air shower dari ruang wadrobe."Dia mandi sepagi ini??" gumam Ferdian heran, lali meriah handphonenya itu dengan melihat beberapa pesan dan email masuk.Selang beberapa saat Maya pun keluar dari kamar mandi dengan telah berpakaian rapi.Ferdian pun menoleh pada Maya yang baru saja keluar dari ruang wadrobe."Ah, mas sudah bangun??" seru Maya sekedar berbasa basi dengan sang suami."Hm, kau mandi sepagi ini??""Ya, akan lebih segar mandi lebih awal" ujar Maya sembari berlalu pergi dari hadapan sang suami.Ferdian melihat sekilas Maya yang pergi berlalu dari hadapannya. Terlihat Maya merapikan selimut di atas Sofa baca itu.Ferdian pun beranjak pergi menuju wadrobe untuk bersegera mandi.***Beberapa saat kemudian, terlihat
Waktu pun berlalu dua hari. Dan pertikaian antara Maya dan Ferdian pun terus berlangsung dingin. Keduanya benar-benar menghindar satu sama lain.Maya terus berusaha tanpa pantang menyerah, ia menghabiskan banyak waktu untuk bisa kembali masuk ke dalam perusahaan Dragon.Sungguh ia akan mencoba cara apa pun untuk bisa bertemu kembali dengan Master.Namun sayangnya, Ferdian sudah memerintahkan jika Juan untuk sementara waktu untuk tak masuk ke kantor agar terhindar dari Maya.Dan dari info yang di terima, Maya terus menunggu sosok Master Kw itu hingga sore. Ia benar-benar menunjukkan kegigihannya. Ia membuang segala gengsi untuk bisa bertemu kembali dengan sang Master dengan bertanya pada satu persatu karyawan Dragon tempat tinggal sang Master.Ferdian benar-benar di buat terperangah, ia tak menyangka jika Maya benar-benar nekat. Namun sayang, Ferdian tak sedikit pun bersimpati pada perjuangan Maya.***Di sisi lain, sang Mami ter
Maya mengeliat manja pada tempat yang terasa nyaman ia peluk."Nyamannya.. dan ada detak jantung" gumam batin Maya dalam dunia mimpi.Hening, ia kian mendengar jelas detak jantung yang membuatnya harus segera sadar.Kedua mata Maya terbuka dengan terkaget melihat dirinya memeluk tubuh sang suami yang terlihat tidur dengan lelapnya."Aaaaaaaa" jerit Maya yang histeris. Lalu ia cepat-cepat menjauh dari tubuh Ferdian yang terlihat terusik dengan jeritan histeris Maya."Ada apa??" seru Ferdian dengan berusaha benar-benar sadar.Maya terlihat kelabakan meraba tubuhnya sendiri. Lalu menatap wajah Ferdian yang baru saja bangun dengan terpaksa."Ma-s?? ki-ta?? ki-ta??" ucap Maya terbatah-batah mencoba mencerna situasi macam apa pagi ini."Apa?? kita kenapa??" tanya Ferdian kesal karena terbangun dengan kegaduhan."Mas harus jelasin, kenapa Maya sampai ada di ranjang ini?" tuntut Maya dengan wajah gusar."Kan kau sendiri y
"Mulai detik ini, aku umumkan jika New-A akan berganti menjadi New-Dragon.. dengan Direktur pelaksanaan Zarulita Maya" ucap Ferdian lantang saat itu.Dan ucapan itu kian terngiang di benak Maya. Kini Maya berada di ruang Direktur utama. Ia termenung menatap kursi Direktur yang kosong.Tak lama terdengar suara pintu di ketuk, lamunan Maya buyar.Tok..tok..Ceklek...pintu ruang Direktur terbuka.Akhirnya sang pahlawan itu datang. Maya pun berbalik untuk menyambut suaminya itu. Namun ketika ia berbalik, tatapan terpaku ketika melihat sang kembaran lah yang masuk."Marcel?"Senyum dari wajah sang kembaran terlihat jelas."Selamat kembaran ku, kau akhirnya bisa mengakhiri perang ini" ucap dengan berjalan lalu seketika memeluk tubuh Maya.Maya hanya bisa menerima tanpa menolak. Ia menikmati pelukan saudara kandungnya itu.Pelukan itu tererai, Marcel menatap wajah kembarnya."Kalau begitu, aku akan kembali k
Keesokan paginya.Tidur lelap Ferdian pun terusik ketika mendengar suara guyuran air shower dari ruang wadrobe.Perlahan ia pun bangun dari tidurnya lalu terduduk dengan menoleh pada ruang wadrobe."Apa dia mandi sepagi ini lagi??" seru Ferdian sembari merenggangkan tubuhnya dan menatap sofa tempat tidur Maya yang kini kosong.Lalu sekilas ia melihat di sisi tempat tidurnya terlah tersusun bantal-bantal dengan rapi.Ferdian pun berdecak sehingga terlihat senyum simpul dari wajahnya. Ternyata ia benar-benar tertidur dengan lelap sampai tak menyadari jika wanita itu bangun lebih awal dan merapikan bantal seperti perintahnya tadi malam.Sekilas ia mengingat ucapan Maya."Mungkin mas gak akan faham arti kehadiran orang tua, karena kehilangan mereka itu benar-benar sangat menyakitkan" tutur Maya malam itu.Namun tak lama, lamunan Ferdian bayar ketika mendengar langkah Maya yang baru saja keluar dari ruang wadrobe dengan handuk melil
Waktu berjalan cepat hingga jam menunjukkan 12 malam.Maya dan Ferdian berdiri di depan rumah mereka dengan melambaikan tangan pada Papa Johan yang pergi meninggalkan kediaman Bastian."Apa tadi terjadi pertengkaran??" singgung Maya bertanya dengan ekspresi datar dan masih menatap mobil sedan mewah itu pergi meninggalkan halaman rumah.Ferdian hanya diam tak menjawab, lalu tanpa di duga ia pergi meninggalkan Maya sendiri di sana.Maya menoleh dengan wajah bingung."Ckckck.. heran, kok bisa ada orang kayak begini, di tanya gak di jawab.. di diemin malah maen tinggal aja.. manusia gak sih nie orang??" gumam Maya sendiri sembari ikut melangkah di belakang suaminya."Tunggu mas!!" seru Maya dengan sedikit mempercepat langkah kakinya. Namun hal itu malah menimbulkan rasa sakit di bekas jahitan."Akh!!"pekik Maya yang reflek menahan perutnya yang sakit dengan tangan.Hal itu membuat Ferdian mencuri perhatian dirinya yang akhirn
Waktu pun berlalu.Kini Maya pun kembali ke kediaman Bastian. Maya berjalan dengan sedikit pelan, walau dokter menyatakan bekas operasi aman. Namun Maya tidak boleh gegabah dalam berjalan agar bekas lem jahit operasi tidak rusak. Dan hal itu di patuhi oleh Maya.Dirumah Bastian pun, Mami Sari menyambut Maya dengan suka cita. Ia memberi perhatian ekstra pada cucu menantunya itu."Lain waktu, kamu harus makan tepat waktu.. kesehatan itu mahal harganya Maya" ceramah Mami Sari panjang lebar.Maya yang hanya bisa tersenyum kecil mendengar ceramah sang nenek."Untuk sementara waktu kamu makan bubur saja, jangan makan yang pedas-pedas dulu.. dan harus banyak makan buah juga sayur" timpal sang nenek menyambung ceramahnya yang kian panjang."Iya mami" sahut Maya patuh sembari berjalan pelan menuju ruang makan.Ferdian pun mengikuti langkah keduanya dari belakang.Dan tanpa terduga, sosok pria paruh baya pun terlihat duduk dengan w
Kehadiran sang mama telah membuat sisi manja Maya pun muncul.Maya kembali bersama sang Mama yang membantunya berjalan hingga ke kamar pasien super VIP itu."Syukurlah jika kamu sekarang jauh lebih baik, mama panik sekali ketika mendengar kabar dari suamimu" jelas sang Mama dengan duduk di sisi kiri sang putri.Maya terlihat merasa bersalah ketika mendengar ucapan sang mama."Maaf ya mah, Maya udah buat mama jadi khawatir"Mama Marwah menghela nafas pelan sembari mengenggam jemari sang putri."Mama cuma bisa bersyukur jika saat ini kamu memiliki pendamping hidup, yang sangat menjaga kamu.." ujar sang mama nanar."Dia, pasti suami yang sangat baik" timpal sang mama dengan menoleh pada pintu yang terdapat kaca bening. Sehingga sosok sang menantu yang berada di luar kamar itu terlihat.Maya pun ikut melihat dengan terteguh pada pria yang terlihat serius berbicara dengan handphonenya itu.Lalu mama kembali menatap
Hening..Kamar pasien Maya seketika hening, ketika dokter dan perawat itu meninggalkan ruangan kamarnya.Terlihat Maya dan Ferdian melirik dengan wajah canggung.Maya hanya menghela nafas pelan.Ferdian berjalan menuju meja di samping tempat tidur Maya dengan meletakkan plastik bungkusan yang ia bawa tadi.Maya meremas selimut yang ada di tubuhnya."Ehem.." suara grehem Maya yang seolah mencairkan suasana."Sepertinya dokter terlalu berlebihan, kalau cuma belajar jalan mah, kayaknya Maya bisa sendiri" celetuka Maya yakin dengan menyingkirkan selimut dari tubuhnya.Ferdian hanya melihat gerakan Maya yang berusaha untuk bangun dari tidurnya.Dan terlihat jelas jika Maya berusaha bangun dengan ekspresi wajah menahan sakit."Ssst.." desis bibir Maya mengeluarkan suara rintihan samar.Ferdian sudah menduga jika wanita ini hanya bermulut besar dan berlawanan pada kenyataan yang jelas-jelas terlihat jika ia tak sang
"MAYA!!" seru Ferdian untuk mencoba menyadarkan istrinya.Namun tak satupun panggil itu menyadarkan sang istri yang terlihat telah hilang kesadarannya.Hingga tanpa pikir panjang Ferdian dengan cepat mengendong tubuh Maya yang terlihat benar-benar tak berdaya.Dan kepanikan Ferdian berhasil membuat seisi rumah Bastian itu panik.Mami Sari sampai tercengangg melihat tubuh Maya berada dalam gendong Ferdian."Apa yang terjadi?? Maya kenapa?" tanya Mami Sari yang panik.Ferdian berjalan cepat menuju garasi mobil tanpa menjawab pertanyaan sang Mami yang mengikuti langkahnya dari belakang."Panggilkan Pak Dendi!! CEPAT!!" hardik Ferdian tanpa melihat pada siapa yang ia suruh.Wajahnya benar-benar di baluti rasa cemas.Tak lama seorang pria tua datang dengan setengah berlari."Cepat bukakan pintu!!" seru Ferdian pada sang Supir.Pak Dendi pun dengan segera membuka kunci mobil otomatis itu. Lalu membuka pintu mobil
Waktu pun berlalu dua hari. Dan pertikaian antara Maya dan Ferdian pun terus berlangsung dingin. Keduanya benar-benar menghindar satu sama lain.Maya terus berusaha tanpa pantang menyerah, ia menghabiskan banyak waktu untuk bisa kembali masuk ke dalam perusahaan Dragon.Sungguh ia akan mencoba cara apa pun untuk bisa bertemu kembali dengan Master.Namun sayangnya, Ferdian sudah memerintahkan jika Juan untuk sementara waktu untuk tak masuk ke kantor agar terhindar dari Maya.Dan dari info yang di terima, Maya terus menunggu sosok Master Kw itu hingga sore. Ia benar-benar menunjukkan kegigihannya. Ia membuang segala gengsi untuk bisa bertemu kembali dengan sang Master dengan bertanya pada satu persatu karyawan Dragon tempat tinggal sang Master.Ferdian benar-benar di buat terperangah, ia tak menyangka jika Maya benar-benar nekat. Namun sayang, Ferdian tak sedikit pun bersimpati pada perjuangan Maya.***Di sisi lain, sang Mami ter