Ujug-ujug Bradly masuk mengganggu ketenangan tidur Elina di ruang kerja."Kau tidak punya tata krama atau memang suka mengganggu aku?" cecar Elina.Bradly langsung memeluk Elina yang masih duduk di kursinya, dia tersenyum bahagia sekaligus lega sampai sulit diutarakan lewat kata-kata."Hei, Bradly.""Akhirnya... ""Akhirnya apa?" Elina tak paham."Haris ditemukan."Elina mendorong dada Bradly, bertanya sekali lagi apa benar Haris sudah ditemukan."Kau yakin? Haris? Haris, kakakku?"Bradly mengangguk haru. "Ya, kami mendapat informasi dari pegawai yang bekerja di pulau terpencil tempat Haris berada."Saking tak percayanya Elina ternganga. Dia meninju perut Bradly yang terlapisi biru dongker. "Apa kubilang? Haris pasti masih hidup! Sudah bilang Ayah dan Elisha?" "Selain tim, aku baru memberitahumu.""Aku saja yang beritahu mereka." Elina tidak akan lewatkan kesempatan memberi kabar baik baginya namun buruk untuk pendengaran Elisha, juga mimik wajah kaget setengah stroke dari saudari k
Aira memberikan Haris kantong belanja habis dari pasar. "Aku dengar sesuatu yang aneh dalam perjalanan pulang." "Dengar apa?" Haris duduk sila tapi matanya tertutup berpikir semua hal tentang hidupnya sekarang dan nanti."Ada yang mencari Deva di pulau ini. Masalah apa yang dia buat?" Mata Haris terbuka sempurna. "Benarkah?" "Ya. Satu laki-laki dan satu perempuan, mereka terlihat dari kota."Haris bisa tahu pria yang dilihat Aira adalah Bradly. Siapa perempuan yang bersama Bradly? Salah satu dari si kembar? "Mereka bilang apa?" "Mereka cuma bertanya di mana rumah Deva, aku tunjukkan rumahnya."Aira menyentuh rambut Haris. "Rambutmu sudah panjang, Griffin. Mau aku potong seperti semula?"Haris tidak memedulikan rambutnya mau panjang atau pendek. "Baiknya bagaimana?" Dia tetap terlihat tampan dari segi mana pun."Aku rapikan sedikitt, ya?" Haris mengangguk seraya tersenyum. "Ya, aku percaya padamu."Mereka ke belakang memulai pangkas rambut Haris. Tidak mungkin dilakukan di ter
Haris mencari celah untuk pergi. Dia sengaja menunggu Aira masuk kamar mandi baru izin keluar.Tidak bisa ditangkis mandinya seorang wanita lumayan lama."Aira! Aku mau pergi sebentar ke rumah Deva!"Iya!" Deva sudah menunggu di depan rumahnya dengan cemas.Haris tidak mengerti apakah bawahannya bodoh tidak tahu antara perintah dengan permintaan.Haris menarik baju Deva. "Aku menyuruhmu mengatakan pada mereka bertemu di dermaga nanti malam. Kenapa kau masih di sini?" "Aku sudah meminta mereka menemuimu di dermaga, Tuan.""Lantas?" "Mereka tidak mau.""Alasannya?"**"Hm ... Begini, anu- ""Begini bagaimana?" sambar Bradly.Deva bukanlah penulis sinetron yang mampu membuat alur cerita Haris meski cerita hidupnya bisa dilirik produser."Siapa yang menyokong hidup Haris selama ini kalau bukan kau?" tanya Elina penasaran.Elina lebih tenang bisa makan hamburger dan ramen dari delivery order lewat helikopter pribadi.Sementara Deva menyusun kata-kata, dia harap Bradly dan Elina percaya
Deva sangat terkejut Aira datang. Kelihatannya dia mendengar separuh pembicaraan.Haris tak bergeming ditanya Aira. Dia adalah orang yang berbeda di depan mereka, tidak bisa menjelaskan situasi kini."Siapa Griffin?" Elina tidak tahu sama halnya dengan Bradly.Sebelum sulit terkendali Deva mengajak, sedikit memaksa Aira keluar selagi berpikir penjelasan yang tepat."Dia, wanita itu?" Elina menganga."Yang mana?" "Deva pernah membawanya ke sini untuk memasak," bisik Elina.Jika Haris disebut Griffin oleh Aira, maka.."Haris, wanita tadi yang menyokong hidupmu selama di sini?" *"Katakan, siapa mereka sebenarnya? Kenapa Griffin mau pergi?" Aira tidak sabar.Deva berhenti di depan rumah. "Mereka mencari anggota keluarga yang hilang. Ingat ada orang yang mencariku di pasar? Mereka mencari Haris, si Griffin. Foto mereka sangat mirip.""Jadi, Griffin adalah Haris yang hilang, begitu?"
"I- Ikut?" Haris rasa bukan ide bagus membawa Aira ke kota.Deva mendekati Haris dan membisiki sesuatu. "Kau harus tanggung jawab. Aira dengar semuanya!""Deva?" Deva menjauhi Haris begitu dipanggil Aira untuk berdiri di sisinya sebagai sahabat."Astaga. Kau takut kakakku kabur tanpa membayar utangnya?" sarkas Elina."Jaga bicaramu. Kita berutang budi dengan Aira." Bradly menegur.Deva ikut menyerobot ucapan Elina, "Mengapa dia bicara kasar padamu seperti itu- " Aira menahannya. "Aku tidak mempermasalahkan berapa uang yang dikeluarkan selama Grif- maksudku Haris." Dia belum terbiasa dengan nama baru pria itu. "Aku ingin ikut karena.. ""Karena apa?" sahut Elina.Aira pun tak tahu jawaban apa yang tepat agar diberi kesempatan ikut bersama Griffin atau Haris.Aira hanya mau ikut kemana pun Haris pergi. "Dia berjanji akan membawaku ke rumah setelah ingatannya kembali. Benar kan, Griffin?" Aira tidak biasa memanggil dia Haris. Terdengar aneh di telinga dan asing terucap dari mulutnya.
"Aku tidak percaya akan datang ke kota."Di saat yang lain makan di dalam, Haris dan Aira duduk berdampingan di teras."Aku juga.""Apalagi bersamamu."Haris menoleh sekian detik. "Apa yang kau rasakan sekarang?""Aku tidak tahu. Terjadi sangat cepat hingga tidak bisa dijelaskan."Sesungguhnya bukan waktu berlalu dengan cepat. Aira bersenang-senang bersama Griffin selama tinggal bersama."Perihal namamu Haris ... Aku biasa memanggilmu Griffin. Apakah baik-baik saja?" "Tentu. Aku menyukai nama pemberianmu."Aira tersenyum senang Haris sama sekali tak keberatan."Adik perempuanmu sangat cantik, Griffin.""Elina tidak sebanding denganmu.""Dia terlihat baik padamu.""Kami bukan saudara kandung.""Benarkah? Aku mengira kalian saudara kandung.""Itu tidak benar.""Ternyata ingatanmu hampir seluruhnya kembali. Mengapa merahasiakannya dariku? Aku
Selama menyeberangi laut menggunakan kapal pesiar ribadi mereka banyak bersenang-senang. Perkiraan sampai di Dermaga Logan yakni 7 jam.Bradly keluar dari kamar private-nya mencari Elina setelah mandi dan ganti pakaian."Ini kapal Tuan David?" Rambut Bradly bertiup ke kiri sesuai arah angin.Elina sedang duduk di dekat pinggir badan kapal makan kudapan ringan. "Ya, punya ayahku.""Bagaimana kau izin?" "Yah, aku bilang saja mau liburan. Tidak sulit."Bradly menguap ngantuk tapi ingin duduk bersama wanita itu.Elina heran namun tak mau bertanya. Apa pedulinya?"Haris masih tidur," pungkasnya berpikir mencari topik."Aku tahu.""Aira dan Deva makan malam di sudut sana.""Mereka tidak saling menyukai, kan?" "Kurasa tidak."Elina membiarkan rambutnya terhempas angin meski jadi acak-acakan."Haris beruntung bertemu orang-orang baik," tutur Bradly. "Selama ini aku khawatir banyak orang membenci Haris sampai nanti aku seorang yang mendukungnya. Syukurlah takdir baik memihak dia.""Apa aku s
Sesampainya di dermaga Kota Logan mereka mampir ke restoran mengisi perut yang keroncongan.Elina mau saksikan reaksi dua orang pelosok pulau melihat menu makanan asing. Tentu menu ala Italia ini belum pernah menyentuh lidah mereka. Uang saja tidak banyak, batin Elina."Aku keberatan memesan makanan di sini." Aira langsung bicara pada Haris di sebelahnya."Kau tidak suka?" "Aku tidak tahu. Tapi harga tiap makanan sangat mahal."Deva mendesah panjang. "Dia kan orang kaya, makanya ajak kita ke sini supaya mau ganti biaya perawatannya selama di pulau." Aira melirik tajam sahabatnya, memperjelas kalimat yang dilontarkan cukup kasar."Aku yang mengajak kalian kemari. Lapangkan dadamu agar terima balasanku karena sudah merawat Haris dengan sangat baik," ungkap Bradly."Dia yang membawa kita ke sini," pungkas Haris meyakinkannya dengan cara tersenyum."Masih ada waktu untuk pindah ke restoran lain. Bagaimana?" tawar Elina.Bradly dan Haris menatap kesal bocah itu tidak bisa membaca suasan
Bak melihat meteor berjatuhan. Pekerja di rumah David Liam menganga tatkala mobil menerobos pemeriksaan dan berhenti menimbulkan decit rem mobil. Terlebih lagi setelah tahu siapa yang keluar dari mobil pors*he. Dialah putra tunggal majikan mereka yang cukup lama hilang. Tukang kebun yang sedang menyiram tanaman gagal fokus menyirami teman sendiri. Sapu yang digunakan menyapu daun kering jatuh saking terkejutnya mereka. "Tuan Muda telah kembali!" Mereka terharu sama-sama berbahagia. Haris bukanlah pria yang peduli atas reaksi orang lain. Dia krisis kepedulian. Dibukanya pintu rumah lebar-lebar hingga cahaya matahari masuk dengan bebas. Nampan berisi semangkuk bubur dan air putih di tangan Yuna jatuh usai menoleh tempat adanya bayangan pria yang semakin jelas kemudian membelalakkan mata. "Ha-Haris?" "Tuan Muda!" Pembantu di hadapan Nyonya Yuna membungkuk sembilan puluh derajat menyaksikan kedatangan tuannya. Pria itu sebetulnya tak ingin munafik menyapa penuh kerinduan apalagi
Bradly mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk matanya. Melihat tubuhnya berada di lantai, dia segera bangun dan merapikan bantal serta selimut milik Haris. Ditambah ingatan semalam menghantui pikirannya. Bradly menampar wajahnya sendiri sampai sakitnya tak terasa. "Kau gila, Bradly." Bradly mengucapkan omong kosong, tetapi beruntung tidak mencaci Haris. "Kau sudah sadar?" Haris keluar dari kamar mandi dengan rambut basah memakai kimono menghampiri Bradly. "Ya. Sepenuhnya." Bradly lantas minta maaf. "Maaf semalam aku mengatakan yang tidak-tidak padamu." Haris tidak masalah. "Jangan pikirkan hal itu. Aku baik-baik saja. Setelah melewati banyak hal aku menerima semua perkataan dan perbuatan orang, yang buruk sekali pun." Bradly tetap merasa bersalah. "Aku minta maaf, Haris." "Tidak, tidak. Namun, kau mudah mabuk sekarang. Semalam cuma minum segelas meracaumu sudah ke mana-mana." Gelas bekas mereka minum semalam bahkan masih di atas meja, belum dibersihkan. "Aku
#PresdirTopMirrorHidupKembali40,5k Likes10k comments @karyawanmagangTM : Tuhan memberkati @harisliam_tm. Dia hidup! @gagahy68 : Kalau tidak salah adik tirinya menggembor-gemborkan doa bersama atas kematiannya. Apa ini? Dia senang kakaknya mati padahal masih hidup? Wanita jalang. Enyah kau! @khrkn_lee : @gagahy68 Benar. Aku karyawan Top Mirror menjadi saksi ketidaksopanannya. Dia membuat keributan lalu menjambak presdir baru kami @elinaa.liam kemudian pihak @elinaa.liam meminta maaf. @elisha.liam234 harusnya kau berlutut pada adikmu! @jeremythim : Skandal keluarga apa lagi ini... belum tamat kah? Tidak satu pun dari mereka mendukung perdamaian dunia. @hpbee : @elisha.liam234 yang mengumumkan foto Tuan Haris. Kalian tidak tahu, kan? Jangan seenaknya menghina bos kami! @khrkn_lee : hahaha dasar konyol @hpbee. Perangai buruk bosmu diketahui satu negeri. @tianmori : Siapa wanita di sampingnya? Hoho, apa kekasih baru @harisliam_tm? Semoga dijawab. @fansharis : Mungkin, iya. Mereka
Elisha langsung gemetar diancam langsung oleh Haris, tetapi menutupinya. "Selagi aku bersedia, silakan." **Haris menaruh kasar ponsel di meja lantas menyambar kunci mobil. "Kau mau ke mana?" sahut Aira mencegahnya pergi. "Aku akan membunuhnya kali ini." Bukan omong kosong belaka. Dia bisa membunuh Elisha sekarang supaya memuaskan keinginannya sejak dulu. Mata Haris sangat berapi-api dikuasai amarah. "Temani aku makan dulu!" Entah kenapa Aira bilang begitu selagi berniat mencegah Haris pergi. Aira menahan malu menambahkan, "A-aku jujur be-belum punya uang. Kau punya banyak." Haris menghembuskan napas mengartikan tidak bisa menjawab lagi. "Kau sendiri yang bilang mau mengganti total biaya yang aku keluarkan selama merawatmu." Aira terus usaha membujuk pria itu. "Ayo, aku temani." Aira mengusap pipinya yang sedikit basah dan bisa langsung ceria berhasil meredam kemarahan Haris. Aira memesan burger, pizza, dan soda. Sementara Haris tidak, dia masih kenyang. "Dia tidak akan p
"Sudah temukan Haris?" "Belum. Maaf, Nona." Digenggam pena dengan erat mendengar jawaban asisten tak berguna. Kenzy mengimbuhkan hasil pencarian sehari penuh, "Hanya kartu kreditnya yang terlacak di pusat perbelanjaan kemarin. Sepertinya Tuan Haris disembunyikan oleh seseorang." Tangan perempuan itu bergerak cepat meraih gelas dan melempar ke lantai mengakibatkan pecahan kaca memantul menggores tulang pipinya. Kenzy tidak bergerak sedikit pun. Luka segaris tidak berarti baginya. "Cari lagi!" bentak Elisha. "Baik." Kenzy keluar dari ruangan presdirnya. Sementara Elisha mengobrak-abrik meja yang dipenuhi berkas penting. "Arrrgh!" Dia teriak frustasi. Dalam kecemasan ini Elisha masih butuh jawaban kembarannya. "Elina." Intonasi suaranya melunak. "Apa ini? Berani sekali kau menghubungiku," jawab Elina di seberang sana. "Aku sibuk. Jangan ganggu- " "Aku lihat Haris. Dia sungguh hidup? Dia kembali?" "Kau melihatnya?" Senyum Elina menghiasi wajahnya. "Bagaimana perasaanmu? Kau
Aira sedikit kurang nyaman dipandang banyak orang gara-gara outfit yang dikenakan Haris lebih mirip penculik. Haris memakai pakaian dan aksesoris serba hitam. Topi, jaket kulit, masker, celana, bahkan sepatu. "Kau yakin mereka tidak curiga?" bisik Aira. "Keturunan konglomerat harus maksimal dalam penyamaran," jawab Haris merasa baik dan nyaman. "Bukan itu." Aira juga tidak tahu dari kapan tangan mereka gandengan. "Kau lebih mirip penjahat yang menculik seorang gadis." "Aku memang menculikmu." Pria itu sama sekali tidak tersinggung malah bangga disebut penculik. "Benar Deva bilang kepalanya belum sembuh," lirih Aira memalingkan muka sekejap. "Apa yang harus kita beli?" "Pertama! Kita ubah penampilanmu dulu. Setuju?" Haris berdecak pelan. "Hei, aku selalu menawan pakai apa pun. Tidak mau. Kalau ada yang mengenaliku di sini bagaimana? Mau tanggung jawab?" "Katamu kau orang kaya." Aira berani mencibir. Haris berkacak pinggang mengira pergaulan Aira sudah tercemar oleh Elina da
Tas branded milik wanita pemarah itu dilempar ke kursi begitu saja usai menghadiri rapat direksi. "Sudah kubilang berkali-kali. Top Mirror tidak akan menerima Elisha bahkan bau tubuhnya sekali pun!" "Sekarang Elisha orang berpengaruh di Logan. Saham Freelist naik dua kali lipat. Kali ini terima saja kunjungannya karena jajaran direksi meminta. Lain waktu Haris pasti turun tangan." "Apa cuma Haris yang mereka takuti?" Luapan amarah Elina mencapai batasnya. "Tidak akan pernah aku izinkan Elina menginjakkan kaki selama aku di sini!" "Lalu, kau mau turun jabatan?" "Lebih baik begitu." "Harga dirimu sangat tinggi, Nona." Bradly akui Elina sangat konsisten dengan keputusannya. "Cepat desak Haris kembali ke kursi itu lagi!" Elina menunjuk kursi bertuliskan nama beserta jabatan Haris yang lama kosong. "Aku muak bekerja keras." Pria itu mengangguk, paham betapa bosan dan ada begitu banyak pertentangan antara pekerjaan dengan hati nurani Elina. Semua orang tahu Elina terpaksa mengganti
Bradly meletakkan dus gawai baru di meja kerja Elina sebagai bentuk kepeduliannya. Waktu itu Elina melempar ponsel sampai terpecah belah. Semua data yang dibuat sebelumnya telah dipindahkan guna memudahkannya. Bradly sedikit mencemaskan Elina sewaktu berada di rumah. Sikapnya dengan Elisha sama buruk. Mungkinkah Haris muncul lebih cepat dari prakiraan? Secara emosional Elina tak ingin kalah dari saudarinya. Berapa kali mereka mencegahnya buka suara, di sana Bradly yakin dia sudah mengumbar pertemuan dengan Haris. "Apa yang harus aku perbuat sekarang?" Selagi memikirkan langkah ke depannya, Bradly dikagetkan dengan suara Elina. "Apa ini? Kau masuk kamar wanita sendirian." Kunci kamarnya ada dua. Satu padanya, satu lagi dipegang Haris. Elina melangkah tanpa alas kaki. Heels yang dipakai saat berangkat berakhir ditenteng. "Wajahmu mengartikan terjadi sesuatu yang kurang baik." Bradly masih berpikir positif barangkali penglihatannya salah. Elina melempar sepatunya dekat tembok
Dalam penantian yang ditunggu akhirnya datang juga. "Nona Elina datang." Penyambutan dari asisten rumah tangga merupakan pertanda Elina memasuki ruang makan keluarga. Tentu ada David sang ayah, Yuna sang ibu, dan Elisha si menyebalkan turut hadir memeriahkan suasana. "Masih ingat rumah rupanya," sindir Elisha. Elina memberi senyum singkat terhadap saudarinya yang berbisik keras juga tak lupa menyapa orang tuanya yang cukup lama ditinggalkan. "Setelah membeli unit apartemen kurasa lebih baik tinggal sendiri sambil bekerja dengan nyaman." "Kalian belum sarapan, bukan? Ayo makan. Masih pagi tunda dulu keributan kalian." David sangat jujur dia ingin makan sampai kenyang, bukan kenyang dulu setelah mereka berdebat. "Baik, Ayah." Elina pandai membaca situasi yang mengharuskannya berperilaku baik. David mengetahui kartu yang dia simpan. Sebelum bocor ke Elisha melalui siapa pun, sebisa mungkin Elina mencegah sang ayah. Kepulangan Haris belum boleh diketahui mereka. Bukan sampai in