Karena Takuya tidak mendesaknya, proses makan pun berakhir dengan cepat tidak lama kemudian.Setelah itu, Takuya mengatur agar Gerald tinggal di salah satu rumah teratas di manor. Setelah pengaturan selesai dibuat, Gerald kemudian mengucapkan selamat tinggal pada Fujiko lalu mengikuti kepala pelayan ke rumahnya.Sesampainya di rumah, Gerald tidak bisa menahan diri untuk tidak bersiul. Meskipun ini hanya sebuah rumah biasa, namun rumah ini didekorasi dengan sangat mewah. Bagaimanapun, dengan pandangan sekilas ke sekeliling maka tampak ada dua aula dan tiga kamar di seluruh rumah, bersama dengan semua fasilitas hidup standar.Setelah menutup pintu kamar di belakangnya, Gerald kemudian meletakkan tasnya menelepon Aiden. Setelah panggilan tersambung, Gerald yang pertama bertanya, “Bagaimana kabarnya di hotel?”Menyadari bahwa Gerald adalah orang yang menelepon, Aiden dengan cepat berjalan ke jendela, lalu melihat ke bawah dan bergumam, “Ya, cukup banyak orang yang berpatroli tepat di luar
“Ini sudah menjadi rutinitasku,” jawab Gerald sambil tersenyum.“Baik. Kalau begitu, mau minum teh di ruang teh bersamaku? Teh itu dikirim beberapa waktu lalu dari Gunung Wellyork di Weston. Oh, ya, ada beberapa hal yang perlu aku beritahukan padamu,” kata Takuya sambil menunjuk ke ruang teh yang letaknya tidak terlalu jauh.Tentu saja, Gerald tidak menolak, dan tak lama kemudian, keduanya duduk di ruang teh.Saat menyiapkan teh, Takuya memberitahu Gerald bahwa sebelumnya anak buahnya telah melaporkan kembali kepadanya. Setelah itu, Takuya menambahkan, “Setelah menyuruh anak buahku untuk pergi ke tempat kamu menyelamatkan putriku tadi malam, mereka menemukan bahwa Hanyu sudah secara aktif berusaha mencari tahu lebih banyak tentang kamu. Aku mengusulkan agar kamu memperpanjang masa tinggalmu bersama kami sampai bahaya benar-benar hilang."Baru setelah Gerald menyesap teh—yang baru saja disajikan Takuya—ia menjawab, “Begitu. Aku menghargainya. Tetap saja, mengapa Hanyu ingin Nona Fujiko
Saat Gerald dan Takuya melanjutkan minum teh mereka, para Hanyu sedang berpikir keras di markas mereka. Meskipun telah menyelidiki sepanjang malam, tidak satu pun dari mereka yang dapat menemukan petunjuk yang relevan.Terlepas dari itu, dua pria terlihat berdiri di aula markas Hanyu, kepala mereka menunduk. Salah satunya bernama Hanyu Saburo dan dia yang menyerang Fujiko malam itu. Adapun pria lainnya, dia adalah murid utama dari Keluarga Hanyu—yang telah diutus untuk melakukan penyelidikan malam sebelumnya—bernama Hanyu Ryugu.Duduk di kursi utama di depan mereka adalah Hanyu Suijin, kepala Keluarga Hanyu. Meskipun dia belum mendengar yang harus mereka laporkan, dia sudah bisa menebak temuan mereka karena dia belum menerima berita apa pun dari mereka sampai saat ini. Tetap saja, mau tidak mau dia pun bertanya, "Jadi, seperti apa situasinya?"“Ya, aku langsung menuju ke sana setelah Saburo memberitahuku tentang semua ini. Sayangnya, meskipun kami mencari di seluruh hotel dan juga area
Mengetahui bahwa ia tidak akan pernah bisa mengetahui apakah mereka benar-benar keturunan suku Seadom—sehingga gagal mempelajari rahasia Pulau Kerinduan—jika ia tidak mengambil inisiatif untuk bertanya, setelah makan sebentar, Gerald dengan santai berkata, “Ketahuilah, tampaknya liontin milikmu itu cukup istimewa, Nona Fujiko.”"Oh? Maksudmu ini?” tanya Fujiko sambil menunjuk kalungnya."Benar. Simbol yang terpatri di atasnya agak unik dibandingkan dengan liontin lain yang pernah aku lihat sebelumnya. Itu membuatku bertanya-tanya apakah ini liontin leluhur keluargamu?” jawab Gerald sambil tersenyum, memastikan nada suaranya tetap santai dan alami.Tersenyum tipis sebagai tanggapan, Fujiko kemudian berkata, “Matamu cukup tajam. Sebenarnya, liontin ini adalah—”“Itu adalah liontin leluhur keluarga kami, ya. Namun, tidak ada yang benar-benar aneh tentang itu,” potong Takuya sebelum putrinya sempat menyelesaikan kalimatnya.“Ah, begitu,” jawab Gerald, terus tersenyum. Jelas bahwa Takuya b
Apa pun masalahnya, saat mereka melanjutkan perjalanan, Gerald mengetahui—dari Futaba—bahwa Futaba berusaha membentuk aliansi dengan Kanagawa, keluarga Jepang kuno yang memiliki sekitar dua puluh persen saham dari beberapa perusahaan Jepang, membuat mereka salah satu asosiasi terbesar di negara ini.Kencan buta itu sendiri diselenggarakan oleh Kanagawa Kai dan tampaknya dia adalah putra bungsu dari keluarga itu. Dari yang dikatakan Futaba kepadanya, Gerald juga mengetahui bahwa Kai senang melecehkan wanita dengan memanfaatkan kekuatan keluarganya. Mulai dari staf perusahaan hingga mahasiswa di universitasnya, tidak satu pun dari mereka yang bisa lepas dari cengkeraman iblisnya.Meskipun tahu seperti apa dia, Futaba tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain selain melanjutkannya. Tetap saja, mau tidak mau berharap bahwa ini hanya pernikahan nominal. Lagi pula, Fujiko tidak pernah ingin menyentuh tubuh kotor Kai.Setelah mendengar semua itu, Gerald tidak bisa menahan perasaan sedih untuk F
Begitu mereka berada di ruang tamu, Gerald mulai menghisap rokok—yang baru saja diberikan kepala pelayan kepadanya—lalu menyeruput teh yang baru saja disajikan.Fujiko, di sisi lain, tampak agak terkesima. Lagi pula, meskipun ia telah mendengar desas-desus tentang Kai dari ayahnya dan beberapa orang lain yang ia kenal, sejujurnya ini adalah pertama kalinya Fujiko bertemu dengan Kai.Tidak lama kemudian, sebuah suara yang cukup flamboyan tiba-tiba terdengar berkata, “Ya, ampun! Tampaknya kamu adalah Nona Muda keluarga Futaba! Apa yang membawamu ke istana Kanagawa hari ini?”Berbalik menghadap sumber suara, keduanya disambut oleh pemandangan seorang pria kurus berwajah tirus dan berjanggut. Dari betapa lemahnya dia—sampai pada titik di mana orang biasa mungkin bisa menjatuhkannya dengan satu pukulan—terbukti bahwa tubuhnya rusak parah oleh alkohol dan seks.Sayangnya, itu tidak lain adalah tuan muda dari keluarga Kanagawa, Kanagawa Kai.Sedikit mengernyit mendengar kata-kata Kai, Fujiko
Fujiko sedikit mengernyit, kemudian menjawab, “Sedikit terlalu cepat, bukan begitu?”“Baik, kalau begitu kita tidak akan melakukannya hari ini. Bagaimanapun, yang terbaik adalah jika kamu tinggal di sini dalam beberapa hari ke depan sehingga kita bisa mengenal satu sama lain lebih baik! Juga, makin cepat kita mengadakan upacara pernikahan, makin baik! Untuk lebih jelasnya, Kanagawa hanya akan mulai membantu Futaba setelah kita berdua menikah. Aku yakin kamu paham, bukan begitu, Nona Fujiko?” kata Kai, bahkan tidak lagi berusaha menyembunyikan nafsu di matanya.Mengambil langkah mundur untuk menghindari genggaman Kai sebelum memelototinya dengan jijik, Fujiko kemudian menjawab, “Tolong tahan diri, Tuan Kanagawa. Ingat, kita belum menikah.”“Memang, benar. Maaf, karena terlalu terburu-buru. Bagaimanapun, mengapa kamu tidak beristirahat di salah satu kamar tamu dulu? Setelah itu, kita akan makan malam bersama dan aku akan menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkanmu pada keluargaku.
“Kenapa aku di sini, tentu saja untuk makan malam! Bagaimanapun, tampaknya kamu sudah bersiap untuk berpesta, tetapi di mana anggurnya? Apakah keluargamu tidak punya anggur yang enak?” jawab Gerald sambil duduk di meja makan dan mulai makan sebelum Kai sempat mengucapkan sepatah katapun.Melihat itu, salah satu anak buah Kai beringsut mendekati Kai lalu berbisik, “Tuan Muda, haruskah aku?”“Lanjutkan saja apa pun yang kau ingin lakukan!” gerutu Kai sambil menahan amarahnya. Kedatangan Fujiko akan menjadi kesempatan yang menggembirakan baginya dan Kai tidak ingin menjadi marah hanya karena bajingan itu. Terlebih lagi, Kai belum ingin Fujiko melihat sisi brutalnya.Meskipun Gerald dengan jelas mendengar percakapan mereka, ia hanya berpura-pura tidak mendengar sepatah kata pun dan melanjutkan makan.Tidak lama kemudian, Fujiko tiba dengan antek Kai yang tadi. Meskipun Fujiko takut harus bersama dengan Kai lagi, Fujiko langsung tersenyum ketika melihat Gerald duduk di meja. Fujiko dengan