Share

47. Selangkah Lebih Dekat

Author: Hanana
last update Huling Na-update: 2024-10-21 13:37:19

Ini masih terlalu dini untuk disebut dengan pagi. Matahari masih belum muncul, dan warna langit masih sepenuhnya hitam. Meski begitu, Gavin tetap bangkit dari tidur, lalu keluar untuk menantang dinginnya udara.

Titik es muncul di ujung dedaunan sebab suhu yang menginjak -1°C. Gavin jadi ingat bagaimana hidung Azura yang memerah dan sering sakit saat udara terlalu dingin. Pun kebiasaannya yang cenderung lebih sering bersin.

"Semoga dia baik-baik aja," lirih Gavin.

Sambil menunggu matahari meninggi, Gavin memutuskan berjalan-jalan di sekitar penginapan. Sesekali, dia menyinggung nama Azura ketika warga sekitar menyapa dan beramah tamah padanya. Sungguh sial, Gavin masih harus berusaha lebih keras lagi, sebab tak ada seorang pun yang mengetahui Azura di sekitar sini.

Sambil menyalakan mesin mobil, Gavin mempelajari sesaat daerah yang dia pijak melalui map. Jemarinya bergerak membantu mata untuk mengamati berapa banyak villa di daerah ini. Tak lupa, Gavin juga mencari tahu tentang tempat
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   48. Saling Mencari

    Pintu dengan cat putih sudah tertutup separuh. Namun, sebisa mungkin Gavin menahan agar celahnya terbuka lebih lebar. Sambil sedikit memberikan dorongan, Gavin akhirnya berhasil membuat wanita di hadapannya kembali bicara."Pergilah. Apa maumu?" tanya wanita yang bernama Afi itu."Bu, saya tahu Azura di sini," jawab Gavin. "Jadi tolong biarkan saya menemui dia."Tatapan mata Afi terlihat dingin. Setelah mengetahui alasan kedatangan Gavin, ekspresinya berubah sinis. Afi harus bisa menjaga jarak dengan siapa pun yang datang mencari Azura.Sejak pertemuan Azura dengan Laura beberapa waktu yang lalu, Azura sempat menitipkan pesan agar tidak membiarkan siapa pun mengetahui keberadaannya tanpa seizin Azura. Saat itu, Azura menjadi lebih murung dan sering menangis. Terang saja kalau kini Afi tak segan memperlihatkan raut tak suka saat ada orang yang tiba-tiba ingin menemui Azura. Ada kecenderungan dalam diri Afi untuk menjaga Azura dari orang-orang yang mungkin akan membuat Azura sedih.Afi

    Huling Na-update : 2024-10-23
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   49. I Love You

    Gavin menghentikan tarikan napas. Kedua manik abu-abunya menatap layar dengan jemari yang sedikit gemetar. Setelah melewati pencarian yang melelahkan, dia akhirnya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Azura.Begitu nada sambung terdengar, hatinya sontak berdesir. Belum saja dia mendengar suara Azura, tapi jantung Gavin sudah berulah. Detaknya sungguh tidak beraturan.Semula, Gavin pikir Azura akan segera menjawab panggilannya. Namun, semesta ternyata masih ingin sedikit bermain-main. Suara nada tunggu yang tidak kunjung tersambung seolah sedang mencemooh dan sengaja mengulur waktu.Pada dering ke tiga, Azura masih belum mengangkat panggilan. Sungguh, Gavin seperti sedang menunggu jawaban dari takdir. Akankah dia menjawab? Akankah dia mengenali nomornya? Atau dia akan memilih untuk mengabaikannya?Kedua kaki Gavin sudah bergerak naik turun dengan cepat. Seluruh tubuh seolah turut menampakkan rasa gelisah. Namun, sekujur anggota badannya tiba-tiba berhenti ketika panggilan berhasi

    Huling Na-update : 2024-11-01
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   50. I'm Okay

    Azura duduk di dekat jendela, menatap ponselnya dengan cemas. Jemarinya terus bergerak, membuka aplikasi penunjuk lokasi. Gavin masih berada di jalurnya, tapi perasaan gelisah itu tak kunjung mereda. Secangkir teh yang semula hangat, kini hanya terabaikan di tangannya. Azura baru meminumnya satu teguk, tapi sisanya dibiarkan dingin di meja. Makanan yang dia beli pun masih utuh, tidak tersentuh. Perutnya terasa kosong, tapi dia benar-benar kehilangan selera. Pikirannya penuh dengan Gavin. Tentang bagaimana perjalanan lelaki itu melewati hujan dan kabut, apakah dia baik-baik saja, atau apakah dia melajukan mobilnya terlalu cepat. Sesekali, Azura mengetik pesan singkat demi mengusir rasa khawatir yang terus melekat. Ra, aku berhenti minum kopi. Sebentar ya. Azura mengecek lokasi tempat Gavin berada, dan menemukannya ada di sebuah mini market. Jangan buru-buru, aku lebih takut kehilangan kamu daripada kehilangan waktu. Don't be too sweet. Aku lanjut jalan sekarang.

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   51. Peluk

    Apa yang baru saja terjadi lebih dari sekadar kacau. Namun, ini bukan waktunya untuk berhenti terlalu lama. Gavin memeriksa luka di lengannya, ada goresan kecil memanjang yang sudah mulai memerah. Sedikit perih saat terkena air hujan, tapi itu bukan masalah.Satu-satunya hal yang kini Gavin utamakan adalah bagaimana Azura yang terus menghubunginya. Gavin sudah meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja. Namun, hingga kini, layar ponsel masih saja menunjukkan panggilan Azura yang terus berulang.Gavin tahu, Azura pasti cemas, lebih dari sekadar khawatir, bahkan mungkin hampir panik. Gavin tidak bisa membiarkan itu terus terjadi. Jadi, alih-alih mengakui yang sebenarnya, dia memilih untuk tidak berkata apa-apa.Sumpah demi apapun, Gavin tidak berniat berbohong. Tidak pula Gavin menolak untuk berbagi cerita kepada wanita yang paling dia cinta. Gavin pasti akan mengaku. Namun, tidak sekarang. Dia tahu, malam ini, batin Azura sudah cukup tersiksa."Gavin! Kenapa teleponnya dimatikan?"Azura s

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   52. Masih Saling Mencintai

    "Vin, pelipismu berdarah," ucap Azura yang baru saja melepas pelukannya.Dahi Gavin sontak mengernyit. Dia sama sekali tidak menyadari ada luka di pelipisnya. Rasa sakit pun seolah tak pernah singgah. Sejak tadi, pikirannya hanya dipenuhi hal mendesak tentang Azura. Nyeri dan perih sama sekali tidak punya tempat untuk dirasakan."Apa yang terjadi?" Jemari tangan Azura menyentuh pelan luka yang tidak terlalu besar, tapi cukup kentara.Sisa darah yang telah mengering tampak samar di bawah lampu rumah. Cahaya tidak cukup terang, tapi memar membiru di dekat luka tetap berhasil menarik perhatian. Tatapan Azura yang semula sendu, seketika berubah menjadi penuh kekhawatiran.“Vin?” Suara Azura hampir bergetar. “Apa yang sebenarnya terjadi?”Gavin mencoba tersenyum, meski terasa kaku. "Aku baik-baik saja."Azura memiringkan kepala, jelas tidak percaya. Wajahnya kembali mendekat, menyisakan jarak yang hanya beberapa inci. Tangannya kembali terangkat ragu, kemudian mengusap perlahan di sekitar

    Huling Na-update : 2025-01-23
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   53. New Life

    Bukan dalam mimpi, bukan dalam ingatan yang samar, tapi malam ini Azura dan Gavin bisa benar-benar bersama dalam kenyataan. Keberadaan masing-masing tampak kasat mata dan lebih indah dari apa pun juga."Ra, aku masih nggak percaya akhirnya aku bisa ada di sini, bersama kamu."Azura menghela napas, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih belum terkendali. "Aku juga."Setelah sekian lama saling mencari, mereka akhirnya menemukan satu sama lain lagi. Tidak ada lagi kata-kata yang perlu diucapkan malam itu, hanya ada kebisuan yang nyaman dan kehangatan yang perlahan mengisi ruang. Dari sinilah kebahagiaan mereka perlahan mulai tumbuh kembali.Matahari terbit dan tenggelam, mengiringi hari-hari yang mereka jalani tanpa pernah benar-benar berpisah. Waktu berjalan tanpa terasa, berubah menjadi hari, lalu minggu. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bersama. Tak hanya salah satu, tapi keduanya sama-sama takut kehilangan untuk kedua kalinya.Rutinitas pagi Azura adalah duduk bersil

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   54. Kota Asing

    Langit berwarna kelabu, seakan menyimpan sesuatu yang pilu. Udara di tempat itu menusuk, bukan hanya karena dingin, tapi juga karena kehampaan yang entah datang dari mana. Jalanan yang basah oleh hujan seolah tak pernah benar-benar kering, dan aroma tanah bercampur kabut menambah kesan muram. Bangunan-bangunan tua berjejer di sepanjang jalan, jendelanya gelap seperti mata yang mengamati tanpa ekspresi.Azura berdiri di tengahnya, napasnya menghangatkan udara dingin yang mengelilinginya. Dia tidak tahu di mana ini, tapi setiap sudut terasa menyesakkan dada. Angin berembus kencang, menyapu dedaunan yang jatuh dari pepohonan di tepi jalan. Suasana hening, nyaris tidak ada suara selain desau angin yang berbisik di antara bangunan tua.Lalu, tiba-tiba..."Azura..."Suara itu.Suara Gavin.Azura berbalik, matanya menyapu sekeliling, tapi yang dia lihat hanyalah bayangan-bayangan samar di balik kabut. Langkahnya ingin maju, tapi entah kenapa tubuhnya terasa kaku. Dia mencoba mencari arah sua

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   55. Burung Gagak

    Seharusnya ini adalah pagi yang indah. Seharusnya Azura merasa damai dengan hidupnya yang nyaris sempurna. Namun, Azura justru membuka mata dalam keadaan gelisah.Azura menggerakkan tubuhnya perlahan, berusaha menghilangkan semua perasaan aneh. Namun, saat dia menoleh ke jendela, badannya justru kian menegang. Di sana, di balik kaca yang berembun, Azura melihat seekor burung yang biasa disebut sebagai simbol kematian."Ya Tuhan," ucap Azura dengan napas tertahan.Gagak yang ukurannya cukup besar sedang bertengger di ujung jendela. Matanya yang hitam pekat menatap lurus ke arahnya. Sorotnya tajam, menusuk, seolah membawa pesan yang tidak bisa diabaikan.Azura tetap duduk, diam di tempat. Sedangkan burung itu tidak bergerak, tidak pula mengeluarkan suara. Dia hanya diam, menatap, seakan sedang mengawasi setiap pergerakan Azura."Azura?" Suara serak Gavin membuyarkan lamunannya. Laki-laki itu mengerjap beberapa kali sebelum menoleh ke arahnya. "Kamu kenapa?"Azura menoleh kembali ke jend

    Huling Na-update : 2025-02-08

Pinakabagong kabanata

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   58. Perpisahan

    Suara announcer menggema di langit-langit bandara. Derap langkah tergesa berpadu dengan percakapan yang menyesakkan. Gavin terus menggenggam tangan Azura erat, seolah enggan melepaskan."Sayang." Suara Gavin lebih pelan dari biasanya, hampir tertelan dalam hiruk-pikuk sekitar. Tatapannya penuh dengan sesuatu yang tidak terucapkan. Jika ditelisik lebih dalam, sorot mata itu menggambarkan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar perpisahan singkat.Azura menelan ludah, mencoba mengabaikan benak yang penat. "Kamu yakin nggak bisa menundanya?" tanya Azura, meski sudah tahu jawaban yang akan diterima.Gavin menggeleng, menyesap napas dalam. "Aku ingin tetap di sini, Azura. Kamu tahu itu," gumamnya. "Tapi ini sesuatu yang nggak bisa aku tunda. Pekerjaan ini sangat mendesak."Azura mengangguk kecil. Dia tahu Gavin tidak akan pergi jika tidak ada alasan yang benar-benar penting. Namun, tetap saja ada sesuatu yang mengganjal. Azura masih memiliki sederet pertanyaan yang menggantung tanpa jaw

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   57. Pulang

    "Mars," lirih Azura pelan.Gavin mengernyit, hampir terkejut. "Kamu bilang apa?""Mars," ucap Azura lagi.Hujan turun perlahan, menari di atas dedaunan dan menciptakan simfoni lembut yang mengisi udara. Aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh yang mengepul di antara jemari Azura. Dia bersandar pada Gavin, merasakan kehangatan tubuhnya yang kontras dengan udara dingin di sekeliling mereka."Dulu, saat aku masih kuliah, aku sering bermimpi seperti ini," ujar Azura. Suaranya terdengar seperti bisikan yang hampir tenggelam dalam suara hujan.Gavin menoleh, menatapnya dengan penuh minat. "Seperti ini?"Azura mengangguk pelan, matanya menerawang jauh ke masa lalu. "Menikmati hujan di Edinburgh, bersama Mars."Gavin terdiam. Ada sesuatu yang menghangat di dalam dadanya. Nama itu, Mars, adalah dirinya. Sebuah nama yang dulu Azura berikan kepada lelaki dalam mimpi-mimpinya, jauh sebelum mereka bertemu di dunia nyata."Jadi, kamu pernah membayangkan kita seperti ini?" Gavin bertanya, suara

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   56. Wedding Proposal

    Dua hari telah berlalu sejak kepergian Gavin. Langit di atas rumah kecil Azura tetap sama, burung gagak yang sempat datang juga tak lagi muncul di jendela. Tidak ada firasat buruk, tidak ada pula kabar mengejutkan.Dunia tetap berputar seperti biasa.Azura memandang ponselnya, jemarinya mengusap layar tanpa benar-benar mengetikkan pesan. Gavin sudah beberapa kali mengirim kabar, suara tenangnya di telepon pun selalu berhasil meredakan ketakutannya. Namun, tetap saja, ada sesuatu di dalam dirinya yang belum sepenuhnya percaya.Seakan mampu membaca kerisauan hati Azura, nama Gavin langsung tertera di layar.Azura tersenyum kecil sebelum mengangkatnya. “Hai.”“Kenapa suaramu seperti itu?” Gavin langsung bisa menebak. Suara Azura memang terdengar sedikit serak, tapi tetap penuh perhatian.“Seperti apa?”“Seperti seseorang yang nggak yakin kalau aku baik-baik saja.”Azura menghela napas. “Mungkin karena aku memang belum yakin.”Di seberang sana, Gavin tertawa kecil. “Maukah kamu percaya ka

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   55. Burung Gagak

    Seharusnya ini adalah pagi yang indah. Seharusnya Azura merasa damai dengan hidupnya yang nyaris sempurna. Namun, Azura justru membuka mata dalam keadaan gelisah.Azura menggerakkan tubuhnya perlahan, berusaha menghilangkan semua perasaan aneh. Namun, saat dia menoleh ke jendela, badannya justru kian menegang. Di sana, di balik kaca yang berembun, Azura melihat seekor burung yang biasa disebut sebagai simbol kematian."Ya Tuhan," ucap Azura dengan napas tertahan.Gagak yang ukurannya cukup besar sedang bertengger di ujung jendela. Matanya yang hitam pekat menatap lurus ke arahnya. Sorotnya tajam, menusuk, seolah membawa pesan yang tidak bisa diabaikan.Azura tetap duduk, diam di tempat. Sedangkan burung itu tidak bergerak, tidak pula mengeluarkan suara. Dia hanya diam, menatap, seakan sedang mengawasi setiap pergerakan Azura."Azura?" Suara serak Gavin membuyarkan lamunannya. Laki-laki itu mengerjap beberapa kali sebelum menoleh ke arahnya. "Kamu kenapa?"Azura menoleh kembali ke jend

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   54. Kota Asing

    Langit berwarna kelabu, seakan menyimpan sesuatu yang pilu. Udara di tempat itu menusuk, bukan hanya karena dingin, tapi juga karena kehampaan yang entah datang dari mana. Jalanan yang basah oleh hujan seolah tak pernah benar-benar kering, dan aroma tanah bercampur kabut menambah kesan muram. Bangunan-bangunan tua berjejer di sepanjang jalan, jendelanya gelap seperti mata yang mengamati tanpa ekspresi.Azura berdiri di tengahnya, napasnya menghangatkan udara dingin yang mengelilinginya. Dia tidak tahu di mana ini, tapi setiap sudut terasa menyesakkan dada. Angin berembus kencang, menyapu dedaunan yang jatuh dari pepohonan di tepi jalan. Suasana hening, nyaris tidak ada suara selain desau angin yang berbisik di antara bangunan tua.Lalu, tiba-tiba..."Azura..."Suara itu.Suara Gavin.Azura berbalik, matanya menyapu sekeliling, tapi yang dia lihat hanyalah bayangan-bayangan samar di balik kabut. Langkahnya ingin maju, tapi entah kenapa tubuhnya terasa kaku. Dia mencoba mencari arah sua

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   53. New Life

    Bukan dalam mimpi, bukan dalam ingatan yang samar, tapi malam ini Azura dan Gavin bisa benar-benar bersama dalam kenyataan. Keberadaan masing-masing tampak kasat mata dan lebih indah dari apa pun juga."Ra, aku masih nggak percaya akhirnya aku bisa ada di sini, bersama kamu."Azura menghela napas, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih belum terkendali. "Aku juga."Setelah sekian lama saling mencari, mereka akhirnya menemukan satu sama lain lagi. Tidak ada lagi kata-kata yang perlu diucapkan malam itu, hanya ada kebisuan yang nyaman dan kehangatan yang perlahan mengisi ruang. Dari sinilah kebahagiaan mereka perlahan mulai tumbuh kembali.Matahari terbit dan tenggelam, mengiringi hari-hari yang mereka jalani tanpa pernah benar-benar berpisah. Waktu berjalan tanpa terasa, berubah menjadi hari, lalu minggu. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bersama. Tak hanya salah satu, tapi keduanya sama-sama takut kehilangan untuk kedua kalinya.Rutinitas pagi Azura adalah duduk bersil

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   52. Masih Saling Mencintai

    "Vin, pelipismu berdarah," ucap Azura yang baru saja melepas pelukannya.Dahi Gavin sontak mengernyit. Dia sama sekali tidak menyadari ada luka di pelipisnya. Rasa sakit pun seolah tak pernah singgah. Sejak tadi, pikirannya hanya dipenuhi hal mendesak tentang Azura. Nyeri dan perih sama sekali tidak punya tempat untuk dirasakan."Apa yang terjadi?" Jemari tangan Azura menyentuh pelan luka yang tidak terlalu besar, tapi cukup kentara.Sisa darah yang telah mengering tampak samar di bawah lampu rumah. Cahaya tidak cukup terang, tapi memar membiru di dekat luka tetap berhasil menarik perhatian. Tatapan Azura yang semula sendu, seketika berubah menjadi penuh kekhawatiran.“Vin?” Suara Azura hampir bergetar. “Apa yang sebenarnya terjadi?”Gavin mencoba tersenyum, meski terasa kaku. "Aku baik-baik saja."Azura memiringkan kepala, jelas tidak percaya. Wajahnya kembali mendekat, menyisakan jarak yang hanya beberapa inci. Tangannya kembali terangkat ragu, kemudian mengusap perlahan di sekitar

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   51. Peluk

    Apa yang baru saja terjadi lebih dari sekadar kacau. Namun, ini bukan waktunya untuk berhenti terlalu lama. Gavin memeriksa luka di lengannya, ada goresan kecil memanjang yang sudah mulai memerah. Sedikit perih saat terkena air hujan, tapi itu bukan masalah.Satu-satunya hal yang kini Gavin utamakan adalah bagaimana Azura yang terus menghubunginya. Gavin sudah meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja. Namun, hingga kini, layar ponsel masih saja menunjukkan panggilan Azura yang terus berulang.Gavin tahu, Azura pasti cemas, lebih dari sekadar khawatir, bahkan mungkin hampir panik. Gavin tidak bisa membiarkan itu terus terjadi. Jadi, alih-alih mengakui yang sebenarnya, dia memilih untuk tidak berkata apa-apa.Sumpah demi apapun, Gavin tidak berniat berbohong. Tidak pula Gavin menolak untuk berbagi cerita kepada wanita yang paling dia cinta. Gavin pasti akan mengaku. Namun, tidak sekarang. Dia tahu, malam ini, batin Azura sudah cukup tersiksa."Gavin! Kenapa teleponnya dimatikan?"Azura s

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   50. I'm Okay

    Azura duduk di dekat jendela, menatap ponselnya dengan cemas. Jemarinya terus bergerak, membuka aplikasi penunjuk lokasi. Gavin masih berada di jalurnya, tapi perasaan gelisah itu tak kunjung mereda. Secangkir teh yang semula hangat, kini hanya terabaikan di tangannya. Azura baru meminumnya satu teguk, tapi sisanya dibiarkan dingin di meja. Makanan yang dia beli pun masih utuh, tidak tersentuh. Perutnya terasa kosong, tapi dia benar-benar kehilangan selera. Pikirannya penuh dengan Gavin. Tentang bagaimana perjalanan lelaki itu melewati hujan dan kabut, apakah dia baik-baik saja, atau apakah dia melajukan mobilnya terlalu cepat. Sesekali, Azura mengetik pesan singkat demi mengusir rasa khawatir yang terus melekat. Ra, aku berhenti minum kopi. Sebentar ya. Azura mengecek lokasi tempat Gavin berada, dan menemukannya ada di sebuah mini market. Jangan buru-buru, aku lebih takut kehilangan kamu daripada kehilangan waktu. Don't be too sweet. Aku lanjut jalan sekarang.

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status