Setelah Allina Mount pergi, Tristan mengeluarkan satu Batu Mustika Arceyst dari saku celana, lalu berjalan ke tengah-tengah perkebunan sisik naga.Di sana Tristan mulai melakukan ritual pemurnian. Dia mengekstrak mustika Arceyst hingga menjadi serbuk halus, lalu meniupnya ke segala penjuru lahan.Setelahnya, Tristan dapat merasakan aura kematian di sana telah sepenuhnya diatasi, jadi Tristan tidak perlu khawatir lagi tumbuhan sisik naga akan mati sewaktu-waktu.Tristan pulang ke rumah, lalu tidur dengan tenang. Keesokan harinya Tristan beraktivitas seperti biasa, membantu para pekerja di kebun.Melihat tumbuhan sisik naga tumbuh semakin subur, Tristan merasa lega dan berpikir akan menyusul Alea pulang setelah kompetisi bela diri di Bukit Tembaga.Sore harinya, Tristan mengajari Dena berlatih seni bela diri, sekalian ia sendiri berolahraga untuk membentuk masa ototnya.Rutinitas yang sama terus berulang selama berhari-hari. Di hari ketiga, terlihat ada banyak orang asing yang mendatang
"Kakak, mengapa kau tiba-tiba menanyakan ulang tahunku? Apakah kau bermaksud memberiku hadiah?" tanya Dena dengan polosnya.Tristan mengangguk. "Hmm ... kau ingin hadiah apa?"Dena tersenyum riang selayaknya kebanyakan gadis kecil lain. "Ulang tahunku dua hari lagi.""Dua hari lagi?"Mendengar kata dua hari lagi, sontak membuat raut wajah Tristan sedikit menegang. Tristan terdiam untuk beberapa saat dan hatinya bergetar."Namun, kau tidak perlu repot untuk memberiku hadiah, aku tidak mengharapkannya. Lagi pula aku sudah sangat senang kau bersedia menagajariku bela diri. Mengetahui pelatihku adalah seorang kultivator yang disegani oleh orang-orang dari Perguruan Tapak Dewa, rasanya sangat membanggakan!" lanjut Dena.Anak perempuan itu belum menyadari perubahan di wajah Tristan. Ketika melihat Tristan, barulah dia merasa ada yang aneh. "Apa Kakak sedang mencemaskan sesuatu?" tanyanya."Tidak ada!" Tristan menggeleng pelan, mencoba merahasiakan apa yang ia khawatirkan.Meskipun Dena adal
Pemuda itu menatap Tristan dengan sarkas, memperlihatkan ekspresi jijik karena merasa Tristan sedang berpura-pura bodoh.Saat ini jelas-jelas Tristan sudah memantik api kemarahan dan kedengkian di hati banyak orang, hanya karena ia terlihat begitu akrab dan dekat dengan Allina Mount.Setelah mempertontonkan pemandangan yang membuat orang iri, bisa-bisanya dia malah bertanya apakah ada masalah, bukankah itu namanya terlalu tidak tahu diri?"Dari sekte mana kamu berasal?" tanya pemuda tersebut tanpa basa-basi sambil menghunus tatapan tajam untuk mengintimidasi Tristan."Bukan dari sekte mana pun," jawab Tristan acuh tak acuh."Sialan!" Mendegar Tristan tidak memberi jawaban yang jelas, pemuda yang tak lain adalah Mateo Qion dari Sekte Tangan Darah itu mengumpat kasar.Terlebih lagi Tristan bersikap seakan tidak menghargai dirinya, yang tentu saja membuatnya semakin kesal.Dia lantas menunjuk Tristan dengan arogan. "Kau jangan coba-coba mempermainkanku, apa kau tidak tahu siapa aku?" Tri
Tristan tampak tidak bereaksi sama sekali. Namun, ayunan tangan Mateo Qion tidak pernah mencapai sasaran, dan ia malah terlempar beberapa meter ke belakang.Hal memalukan tersebut sontak membuatnya menjadi tontonan banyak pasang mata.Mateo Qion sangat marah, dia ingin memaki tapi langsung menutup mulut kembali ketika melihat pria berjubah putih dengan postur tinggi besar yang memukulnya, tak lain adalah ayahnya sendiri."Mateo, apakah kau tidak bisa berhenti membuat onar dan mempermalukan dirimu sendiri?" geram Magnus Qion sambil menatap dingin pada putranya.Mateo Qion menghela napas kasar, jelas-jelas dia telah diremehkan oleh Tristan, jadi dia tidak mengerti apa yang membuat sang ayah menghalangi dirinya untuk memberi pelajaran kepada Tristan."Ayah, bukan aku yang memulai, tapi orang itu yang terlebih dulu memancing kemarahanku!" ujar Mateo Qion tidak terima."Tidak peduli peduli apa pun alasanmu, cepatlah kembali ke tempat dudukmu!" bentak Magnus.Mendengar perkataan tegas sang
Butuh waktu yang cukup lama sampai cahaya menyilaukan itu meredup, yang kemudian membuat semua mata terfokus pada satu arah.Di tengah-tengah arena, kini muncul, sebuah menara yang sebelumnya tak kasat mata.Di puncak menara itu terdapat kotak kaca, dan di dalam terdapat sebuah kipas yang sangat menakjubkan. Memancarkan merah dan hijau, berbentuk seperti merak yang tengah mengembangkan ekornya."Ayah, bukankah itu ada Kipas Tifanka yang sering diceritakan orang-orang dalam legenda?"Mateo Qion menoleh ke samping, bertanya pada ayahnya dengan suara pelan."Benar, aku tidak menyangka ternyata Perguruan Tapak Dewa menyimpan harta karun yang menjadi incaran pebela diri dari seluruh penjuru dunia."Magnus Qion mengangguk seraya menghela napas dalam-dalam, tatapannya menyorot lurus ke depan dengan kelopak mata bergetar.Sementara itu para seniman bela diri yang ada di sana juga berbisik-bisik satu sama lain, dengan mata menatap ke atas menara dengan penuh minat.Sebelum hari ini, mereka ber
Dena menatap Tristan dengan mata menyipit, sekilas perkataan Tristan terdengar seperti bualan bagi indra pendengarannya.Lagipula, kultivator mana yang tidak membutuhkan senjata legendaris sekaliber Kipas Tifanka? Apalagi senjata itu dapat membuat basis kultivasi seseorang meningkat hingga beberapa level."Adik kecil, jalan dari seorang kultivator itu berbeda-beda. Sedangkan aku, adalah kultivator yang tidak membutuhkan senjata pusaka apa pun untuk meningkatkan diri. Aku dengan kedua kakiku berpijak di bumi, dan kedua tanganku sudahku mampu menggapai langit!""Kakak, bisakah kau berhenti membual kepada anak kecil ini?" Dena melengos dengan wajah cemberut.Dena tahu level kultivasi Tritan cukup tinggi, dan bahkan menjadi tamu kehormatan di Perguruan Tapak Dewa.Namun, bolehkah seseorang berkata dengan begitu sombongnya?Melihat ekspresi kesal di wajah Dena, Tristan pun tertawa ringan dan kembali berkata, "Adik kecil, sebenarnya aku bukan ingin menyombongkan diri, tapi tadi itu, apa kau
Kini fokus semua mata tertuju pada Garret Vald, mereka menantikan apa yang akan terjadi ketika Garreth menyentuh pelindung Kipas Tifanka."Aaaah."Garreth berteriak keras, dia mencoba mengerahkan seluruh kekuatannya. Namun, kekuatan spiritual yang melindungi kipas legendaris tersebut sama tidak mampu ia terobos."Hmmm?"Merasa tidak puas, Garreth mencoba mengalirkan lebih banyak energi internal ke lengannya. Bagi Garreth, mendapatkan Kipas Tifanka adalah harapan terbesar agar dirinya menjadi lebih kuat, juga untuk meningkatkan pamor sektenya yang selama ini dipandang sebelah mata.Sialnya, tidak peduli sekeras Apa pun ia mencoba, semua usahanya tetap gagal. Bahkan kini tubuhnya harus terpental dari atas menara, dan jatuh menghantam tanah hingga memicu kepulan debu yang cukup pekat.Garreth lantas berdiri dengan tubuh gemetaran, tarikan napasnya terngah-engah, dan ia mengeluarkan banyak keringat dingin."Hahaha ... dasar Garreth, percaya diri sekali dia mencoba paling awal, pada akhirn
"Siapa orang itu?"Sebagian orang tribun memang belum mengenal siapa Tristan, dan kini mereka menatapnya dengan penuh tanya.Kecuali dikarenakan keributan yang nyaris terjadi antara Tristan dengan Mateo Qion, bisa dibilang keberadaan Tristan di sana sama sekali tidak diperhatikan.Terlebih lagi sejak tadi Tristan hanya diam saja, jadi orang-orang berpikir Tristan memang tidak tertarik pada Kipas Tifanka.Namun, di antara para undangan yang hadir, tidak sedikit juga yang telah melihat dengan mata kepala sendiri kehebatan Tristan.Bagi mereka yang ikut menjadi saksi ketika Tristan mengalahkan Caddy Culkin dalam pertarungan di sasana Gunung Aclair, tidak bisa mengesampingkan pemikiran bahwa kipas legendaris itu kemungkinan memang ditakdirkan untuknya.Mateo Qion juga menatap Tristan dengan ekspresi ngeri di wajahnya.Ia berkata, "Ayah, kamu bilang level kultivasi orang itu sudah mencapai Raja Martial Art. Akan sekuat apa dia jika berhasil mendapatkan Kipas Tifanka?"Magnus Qion menggelen
"Ya, apa pun pasti aku lakukan!"Alfred Wilson sebenarnya masih ingin mempertahankan ego di depan Tristan, tapi dia tidak berdaya karena saat ini Tristan adalah satu-satunya harapan yang tersisa untuk kesembuhan istrinya."Baiklah, kalau begitu kalian berdua pergi temui istriku, dan minta maaf padanya. Lalu biarkan juga dia menamparmu seperti yang kau lakukan padanya kemarin malam."Tristan berkata dengan ringan, dan kilasan senyum jahat muncul di sudut bibirnya.Alfred Wilson melotot, tidak masalah baginya harus sedikit merendah di depan Tristan, tapi menemui Alea dan meminta maaf secara pribadi, benar-benar membuat martabatnya habis tak tersisa.Lagipula kapan ada sejarahnya seorang kakek mendatangi cucu untuk memohon maaf?"David, kamu jangan keterlaluan!" bentak Aldric Wilson, dia juga merasa keberatan untuk melakukan permintaan Tristan."Kenapa? Apa kalian berdua tidak mau? Kalau tidak mau juga tidak masalah, aku tidak akan memaksa. Lagipula jika bukan karena Alea, aku tidak pern
"Lancang, beraninya kau bicara seperti itu saat bertemu denganku!"Atmosfir di ruangan itu memanas dalam sekejap, Alfred Wilson menggertakkan gigi, dia ingin maju untuk memarahi Tristan."Ayah, abaikan saja dulu manusia tidak berguna itu, nanti biar aku yang memberinya pelajaran. Saat ini menemukan jalan keluar untuk penyakit ibu jauh lebih penting!"Melihat sang ayah tidak bisa mengendalikan diri, Aldric Wilson buru-buru mengingatkan. Dia tidak ingin ayahnya membuat Hendrik Liam tersinggung karena membuat keributan di ruangan tersebut.Terlebih lagi saat ini mereka sedang membutuhkan iinformasi penting dari Hendrik Liam.Alfred Wilson melengos, dia beralih menatap Hendrik Liam. Ekspresi kesal di wajahnya menghilang seketika, dan berganti dengan senyum menjilat.Dia berkata, ''Dokter Liam, kebetulan sekali Anda sedang berada di tempat. Kami di sini untuk menanyakan informasi keberadaan seseorang, jadi mohon bantuannya."Hendrik Liam tersenyum sarkas. "Apakah kalian sedang mencari seor
Di sisi lain, keluarga Wilson sedikit bernapas lega setelah berhasil mendatangkan seorang ahli bedah terbaik, meski harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.Begitu tiba di rumah sakit, Dokter Jimmy Laurent, ahli bedah yang didatangkan dengan susah payah oleh keluarga Wilson itu langsung meminta data Nenek Lena kepada tim medis.Sebagai orang yang sangat berpengalaman di dunia medis, dia selalu mempelajari dan mengalisa kasus pasien terlebih dulu sebelum membuat rencana operasi."Dokter, saya belum pernah menemukan pasien dengan riwayat penyakit sekompleks ini," ujar asisten pribadi dokter Jimmy Laurent, wajahnya tampak cemas.Dokter Jimmy Laurent mengangguk, dia juga merasa gelisah setelah membaca riwayat penyakit nenek Lena secara keseluruhan.Tidak ingin gegabah dalam menangani penyakit Nenek Lena sudah begitu memburuk, dokter Jimmy Laurent lantas membawa timnya untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.Kurang lebih dua jam mempelajari kondisi nenek Lena dengan hati-hati, dokter Jimmy
"Tutup mulut busukmu itu dan berhentilah membual! Asal kau tahu saja, Alea. Jika bukan karena permintaan dari istriku, aib keluarga sepertimu tidak akan aku izinkan untuk menginjakkan kaki di rumah sakit ini!" bentak Alfred Wilson.Alea tercekat, dan pada saat bersamaan merasa sangat sedih.Dia hanya sedang berusaha menunjukkan jalan keluar agar neneknya bisa diselamatkan, tapi kakeknya malah sampai hati melontarkan perkataan yang sangat kasar padanya.Meski begitu, Alea sebisa mungkin mengabaikan sakit hatinya. Dia tidak ingin memedulikan hal lain, karena yang terpenting baginya adalah kesembuhan sang nenek tercinta.Alea kembali membuka mulut, dia tidak ingin menyerah begitu saja. "Baiklah, Kek. Tidak masalah jika Kakek tidak mau mempercayaiku, tapi tolong biarkan suamiku mencoba mengobati nenek saat ia datang nanti."Mendengar perkataan Alea, Alfred Wilson justru semakin marah dan tanpa pikir panjang mengayunkan tamparan hingga meninggalkan jejak merah lebam di pipi mulus Alea.Pla
Di rumah sakit Kota Fuji, Keluarga Wilson tengah duduk bersama di ruang tunggu.Masing-masing dari mereka terlihat lesu, setelah mengetahui kondisi terkini nenek Lena.Tim medis baru saja menyelesaikan pemeriksaan secara menyeluruh, kemudian memberitahu pihak keluarga bahwa terdapat tumor ganas kepala di bagian belakang nenek Lena, dan itulah yang menjadi faktor memburuknya kondisi kesehatan wanita tua tersebut.Kondisi terkini nenek Lena dikatakan sangat tidak optimis, dia diharuskan menjalani prosedur bedah selambatnya dalam dua hari kedepan. Jika tidak, nyawanya dipastikan tidak akan tertolong lagi.Keluarga Wilson termasuk salah satu keluarga teratas di Kota Fuji, mereka tentu saja tidak kekurangan uang, dan pasti mampu membayar prosedur operasi meskipun biayanya sangat mahal.Akan tetapi, penyakit nenek Lena sudah sangat kompleks dikarenakan faktor usia, dan sialnya di Kota Fuji belum ada ahli bedah syaraf yang memiliki kemampuan untuk menangani operasi nenek Lena.Negara Dentalu
Aeolus jatuh ke tanah, tubuhnya membusuk dengan cepat sebelum akhirnya hancur menjadi abu."Bisa-bisanya kau ingin kabur setelah membawa kembali kelompok ekstrimis memasuki negaraku!" desis Tristan dingin.Tak lama setelahnya, pihak aliansi bela diri telah sepenuhnya berhasil menghancurkan kelompok estrimis.Allison Mount datang memimpin aliansi untuk menghadap Tristan.Allison Mount langsung membungkuk hormat, diikuti oleh para tokoh senior lainnya."Tuan Graham, aku mewakili aliansi bela diri menuturkan rasa terima yang sebesar-besarnya. Entah apa yang akan terjadi pada kami semua jika kau secara kebetulan tidak ada di sini."Setalah apa yang terjadi hari ini, Allison Mount yang sebelumnya menyapa Tristan dengan sapaan Raja Martial Graham, kini tidak berani lagi menggunakan kalimat tersebut, karena jelas-jelas level Tristan jauh di atas raja martial art.Tristan mengibaskan tangan dengan ringan dan tersenyum rendah hati. "Untuk apa hanya berterimakasih padaku? Bukankah semua orang d
Hanya dalam waktu yang sangat singkat, teknik serangan aneh Bedros sudah berhasil membuat jiwa keduanya terikat, dan hal tersebut membuat Tiristan benar-benar tidak tahu bagaimana harus mengatasinya.Tidak masalah bagi Tristan ketika harus melawan musuh yang sangat kuat, bahkan musuh yang tidak bisa disentuh sekali pun.Namun, cukup sulit bagi Tristan untuk melakukan sesuatu jika jiwa keduanya terikat. Tristan bahkan tidak berani menggunakan api hitam pemusnah jiwa, karena itu dapat membuat dirinya sendiri ikut terbakar.Pada saat ini, Tristan hanya bisa bertahan sekuat mungkin agar jiwanya tidak terhisap ke dalam dimensi buatan Bedros.Tristan juga berpikir keras demi menemukan celah agar terlepas dari teknik aneh tersebut."Mungkinkah teknik ini hanyalah sebuah pengalihan? Bagaimana kalau aku serang saja tubuh aslinya?"Memikirkan kemungkinan tersebut, Tristan langsung melepaskan pukulan lurus berbalut energi sejati ke arah depan.Whuush!Hantaman telak menerpa tubuh Bedros, dan pad
Bola mata Tristan sedikit menyipit, dia menebak Bedros baru saja menelan pil pertumbuhan.Barang yang diciptakan secara khusus di laboratorium Castil Kegelapan itu sangat luar biasa, mampu memicu efek instan dalam pembentukan masa otot, serta memaksakan peningkatan energi internal.Sebelum menelan pil pertumbuhan, Bedros tinggal selangkah lagi untuk mencapai level manusia supreme. Kini berkat pil tersebut, level kultivasinya langsung melonjak tiga tingkatan, yang itu berarti ia sekarang berada di level menengah manusia supreme."Hiaaa!"Seperti tembakan peluru, Bedros melesat ke atas untuk menyerang Tristan."Heh, hanya trik kecil!"Meski sedikit takjub dengan peningkatan kultivasi Bedros, tapi tidak ada banyak perubahan pada ekspresi di wajah Tristan. Dia masih tetap santai dan hanya tersenyum main-main.Menghadapi manusia supreme level menengah, bagi Tristan itu tak ubahnya seperti menindas anak kecil.Terlebih lagi Tristan tahu betul jika sesuatu yang dipaksakan pasti akan memiliki
Begitu Bedros selesai bicara, dia mengepalkan tangannya dan energi internal pun melonjak dengan liar di sekujur tubuhnya.Tritan tersenyum aneh, sejak mendapatkan hidupnya kembali, ini adalah kali pertama Tristan merasa sedikit antusias ketika bertemu lawan.Meskipun Bedros belum sepenuhnya mencapai level manusia supreme, tapi dia tinggal selangkah lagi untuk memasuki ranah manusia supreme.Jadi, setidaknya Bedros dapat memberikan sedikit hiburan bagi Tristan.Tiba-tiba, Tristan melesat dengan cepat dari arah tribun, aliran udara di depannya terbelah dan langsung menuju ke arah Bedros."Hmmm?"Pupil mata petarung elit dari Organisasi Castil Kegelapan itu menyusut. Dia dengan cepat membuat perisai internal untuk membendung kekuatan Tristan.Meski begitu, tubuhnya tetap goyah seakan terdorong oleh kekuatan yang sangat besar."Hiaa!"Bedros berteriak keras, energi internal menyembur keluar dari kepalan tinjunya, kemudian melepaskan pukulan ke depan dan mengadu kekuatan internal dengan Tr