Share

Bab 195

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tok! Tok!

Karel membatalkan niatnya untuk menarik lepas buku adenda usang yang terselip di balik jaketnya.

"Sebentar!" seru Karel.

Tamu yang menggedor pintu terdengar tidak sabar.

"Aiden?!" Mata Karel membesar ketika mengenali sosok yang berdiri di depan pintu.

"Aku hampir jamuran menunggumu!" sungut Aiden, merangsek masuk ke ruang tamu tanpa menunggu disilakan.

"Ops, sorry! Kesehatan ayahku sedang buruk. Aku jadi lupa untuk cepat-cepat ke tempatmu."

"Benarkah? Beberapa hari yang lalu ayahmu tak pernah di rumah. Di mana ayahmu sekarang?" Aiden urung mengenyakkan bokong di atas kursi.

"Ada. Di kamar."

"Boleh aku masuk?"

"Ck! Seperti orang lain saja."

Karel menuntun Aiden menuju kamar ayahnya. Setelah mengetuk pintu tiga kali, Karel mendorong daun pintu.

Karel memberi kode dengan lemparan dagu agar Aiden langsung masuk ke kamar ayahnya.

"Selamat malam, Paman!" sapa Aiden, menghampiri Tuan Jaffan yang berusaha bangkit. "Aku baru saja mendengar kabar bahwa Paman sakit. Bagaimana kondisi P
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 196

    Karel berjalan mondar-mandir di belakang jendela. Sesekali melempar pandang pada kegelapan malam yang menyelimuti sekitar.Dari pembaringan, terdengar dengkuran halus ayahnya yang sudah terlelap.'Telepon, tidak ya?'Berulang kali pertanyaan itu melintas di benak Karel.Setelah menghabiskan waktu hampir lima belas menit terombang-ambing dalam kebimbangan, Karel akhirnya memutuskan untuk menghubungi Brianna."Halo, selamat malam!" sapa Brianna, terdengar ramah dan penuh aura positif."Apa telepon dariku mengganggu Anda, Nyonya?" tanya Karel, sedikit berbasa-basi.Maklum, istri pejabat. Rasanya kurang sopan bila ia langsung pada inti pembicaraan."Oh, tidak. Tidak sama sekali," tukas Brianna. "Ada yang bisa saya bantu, Dokter? Sungguh suatu kejadian langka, Anda secara pribadi berinisiatif menghubungi saya.""Um, bukan jenis bantuan langsung, Nyonya.""Bukan?""Aku ... ingin menanyakan sesuatu.""Silakan!""Begini, Nyonya ... andai ada seseorang yang berniat menjebloskan ibu tiri Anda k

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 197

    Plak!Karel menutup buku agenda usang yang baru dibacanya dengan tepisan penuh emosi. Darahnya mendidih hingga ke ubun-ubun."Kematian Karel Jansen bukan kecelakaan murni. Mereka sengaja membungkam mulut pemuda malang itu untuk selamanya!"Karel mengepalkan tangan membentuk tinju. Menyebabkan otot-ototnya mencuat kasar."Aku harus menunggu hasil penyelidikan Red untuk memastikannya."Ah, rasanya waktu berjalan sangat lambat menunggu pergantian hari."Kamu tidak tidur semalaman?" tanya Aiden keesokan paginya.Mereka bertemu sesaat menjelang sarapan."Apa kau bisa tidur dengan nyenyak saat menghadapi masalah?" Karel bertanya balik."Jadi, kapan permainan itu akan dimulai?""Aku masih menunggu data dari seorang teman.""Oh." Aiden cuma ber-oh ria.Karel menyiapkan ramuan herbal untuk ayahnya—sebutir pil yang dilarutkan dengan segelas air."Minum ramuan ini, Ayah!" ujar Karel, menaruh ramuan di atas nakas. "Khasiatnya akan lebih terasa jika diminum selagi hangat."Tuan Jaffan mengikuti an

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 198

    "Tolong, jaga ayahku! Aku akan pulang sebentar?""Ke mana?""Rumah ayahku. Apa kau pikir aku tega meninggalkan ayahku dalam kondisi sakit seperti itu?" Nada bicara Karel sedikit naik.Aiden mengedikkan bahu. "Terkadang kamu sulit diprediksi.""Whatever! Hubungi aku jika terjadi sesuatu pada ayahku!" pesan Karel, lalu mengayun langkah menuju lift.Tercacak di halaman tempat tinggal ayahnya, Karel menyapu segenap penjuru luar rumah itu. Sama sekali tidak ada kerusakan pada pintu dan jendela.Itu artinya, para begundal itu awalnya bertamu dengan cara baik-baik atau menyerang ayahnya di tempat lain. Mengingat tidak ada jejak perkelahian di halaman rumah itu.Puas mengamati bagian luar rumah dan berkeliling di sekitar pekarangan, Karel memeriksa kondisi bagian dalam rumah.Keadaan di rumah itu baik-baik saja, lalu di mana ayahnya mendapat perlakuan kasar dari komplotan kaki tangan ibu tiri Brianna?Rasa heran dan penasaran menuntun langkah Karel menuju kamar ayahnya. Instingnya mengatakan

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 199

    "Kenapa lama sekali, Karel?" tanya Tuan Jaffan, berbalik menghadap Karel.Cepat-cepat Karel menyembunyikan lembaran foto yang dipungutnya, lalu menyusul ayahnya.Sepanjang perjalanan pulang yang memakan waktu kurang dari sepuluh menit, pikiran Karel dipenuhi oleh bayangan foto hasil temuannya.Otaknya bertanya-tanya apakah masih ada foto lain yang disimpan oleh ayahnya. Ia yakin sang ayah tak sengaja memasukkan foto itu ke saku jaketnya saat ia menyelimutkan jaket itu kepada sang ayah."Ayah, Ayah istirahat di kamarku saja dulu," tukas Karel, sebelum Tuan Jaffan melewati pintu kamarnya. "Aku akan mengecek kamar Ayah."Merasa tubuhnya sangat lelah karena memaksakan diri untuk pulang dengan berjalan kaki, Tuan Jaffan tak membantah perkataan Karel.Setelah membantu ayahnya merebahkan tubuh dengan nyaman, Karel beranjak ke kamar Tuan Jaffan.Ia harus menemukan benda apa pun yang mencurigakan di kamar itu sebelum sang ayah menghuninya lagi.Karel memeriksa semua benda yang dapat berfungsi

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 200

    Fiuh!Karel mengembuskan napas lega. Nyaris saja ia menabrak seorang pejalan kaki yang hendak menyeberang tanpa memperhatikan kondisi lalu lintas."Anda baik-baik saja, Pak?" tanya Karel pada lelaki tua yang hampir ditabraknya.Tubuh ringkih lelaki tua itu masih gemetar. Bertumpu pada sebatang tongkat kayu. Ia mengerjap bingung, menoleh pada Karel."Anda ingin menyeberang?" tanya Karel lagi.Lelaki itu mengangguk."Mari saya bantu, Pak." Karel membimbing lelaki dengan rambut yang sudah memutih itu untuk menyeberang.Sebelum berpisah, Karel menyelipkan lembaran dollar ke saku baju lelaki itu."Lain kali, ajak seseorang untuk menemani Anda, Pak!" saran Karel. "Terlalu berbahaya bagi Anda untuk bepergian seorang diri."Karel berlari berbalik arah, hendak kembali ke mobilnya. Namun, saat ia berada di tengah jalan, mobil SUV berwarna silver melaju kencang ke arahnya.Gara-gara mencemaskan kondisi lelaki tua yang nyaris ditabraknya, Karel lupa bahwa seseorang sedang mengincar dirinya.Braak

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 201

    "Lakukan apa pun untuk menyelamatkan ayah saya, Dokter!"Suara tegas seorang wanita membuat kerumunan orang itu menoleh ke belakang punggung Dokter Smith.Karel dan Dokter Smith berbalik.Bertolak belakang dengan wajah Dokter Smith yang tersenyum ramah, Karel justru menatap tanpa ekspresi pada perempuan yang baru tiba.Sekelebat kilatan kaget sempat membias di matanya. Namun, itu hanya sepersekian detik.Karel berpaling ke brankar pasien, tapi ia tak dapat melihat wajah sosok yang berbaring di sana, lantaran teradang oleh tubuh wanita yang mengaku sebagai adik sang pasien."Tentu, Nona De Groot. Kami akan melakukan yang terbaik," janji Dokter Smith."Nyawa kakakku bukan mainan! Kalau rumah sakit ini tidak mampu mendatangkan Dokter J, aku akan membawa kakakku ke rumah sakit lain!""Nyonya, ini bukan saatnya berdebat. Keselamatan pasien lebih utama. Terlambat sedikit, bisa berakibat fatal untuk pasien.""Silakan, Dok! Selamat ayahku! Jangan hiraukan cuitan dari pengacau itu," sela Xela.

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 202

    Jleb!Pertanyaan Xela seperti anak panah yang menancap, tepat pada pusat nurani Karel.Setiap detik sangat berharga dalam upaya penyelamatan nyawa seorang pasien. Karena dendam, sesaat ia melenceng dari rel sumpah seorang dokter."Cek kesiapan ruang operasi!" titah Karel, setelah berhasil memenangkan pertarungan batin, mengalahkan kubu dendam.Saat lampu indikator di atas pintu ruang operasi menyala, Xela dan kerabat Tuan De Groot menunggu dengan gelisah.Sebagian tegak duduk atau berjalan mondar-mandir dengan bibir komat-kamit melafal doa.Tiga jam telah berlalu.Xela menjadi orang pertama yang menyongsong kemunculan seorang perawat begitu pintu ruang operasi terbuka."Bagaimana operasi ayah saya, Nurse? Berhasil?" tanya Xela dengan suara bergetar."Operasi Tuan De Groot berjalan dengan lancar dan sukses, Nona. Ayah Anda akan segera pulih," jawab sang perawat, tersenyum hangat, menutupi rasa lelahnya. "Ayah Anda akan segera dipindahkan ke ruang pemulihan selama masa observasi pascaop

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 203

    "Ini rumahmu?" tanya Tuan Jaffan, berdiri takjub memandangi bangunan megah di depannya.Setelah mendengar cerita Karel tentang sosok pemuda dalam foto itu, ia memutuskan untuk menerima ajakan Karel."Iya, Ayah. Alhamdulillah," sahut Karel. "Ayo, masuk!"Karel menggandeng lengan ayahnya. Sementara sebelah tangan lainnya menenteng tas pakaian Tuan Jaffan."Tolong buatkan minuman hangat untuk ayahku ya, Nyonya!" pinta Karel pada Nyonya Harioth setelah memperkenalkan ayahnya."Baik, Tuan."Karel menuntun ayahnya ke lantai atas, menuju sebuah ruangan yang bersebelahan dengan kamar tidurnya."Kamar ini milik Ayah. Aku telah mempersiapkannya jauh-jauh hari," kata Karel, membuka pintu kamar untuk Tuan Jaffan."Aku tidak menyangka hidupmu lebih sukses setelah jauh dariku, Nak."Di balik nada lirih Tuan Jaffan, dia tak mampu menyembunyikan kekagumannya atas keberhasilan Karel.Kamar yang disediakan Karel untuknya menyamai luas junior suite sebuah hotel bintang lima."Ini semua berkat doa Ayah,"

Latest chapter

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 259

    "Bukankah kamu merasa puas setelah berhasil melampiaskan dendammu?" balas Xela, dengan suara yang juga bergetar.Bohong bila ia mengatakan membenci Karel dan tak lagi mencintainya.Karel melepaskan dekapannya, lalu memutar badan Xela."Tatap mataku!" pinta Karel. "Apa kau menemukan kepuasan di sana?"Xela memberanikan diri menantang netra kelam Karel. Yang ia temukan adalah secarik luka dan penyesalan yang mendalam.Entah kenapa Xela merasakan hatinya tersentuh dan tak tega melihat semburat derita yang bersemayam dalam manik mata Karel.Haruskah ia memberi kesempatan kedua kepada Karel?Allah saja Maha Pemaaf. Tidak sepatutnya ia menolak permintaan maaf yang tulus dari Karel.Karel tidak berselingkuh. Lagi pula, lelaki itu memperlakukannya dengan kasar karena ada alasan yang kuat. Andai dia yang berada di posisi Karel, mungkin dia akan melakukan hal yang lebih kejam dari itu.Dia mungkin tidak akan bersedia menyelamatkan mantan mertua yang telah menyiksanya.Berpikir bahwa masih ada ha

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 258

    "Anda baru saja kembali, Nona. Sekarang, mau pergi lagi. Tidak bisakah tinggal lebih lama?" rayu Bibi Lizzy, berdiri di depan pintu seraya menggenggam erat jemari Xela. Enggan untuk melepaskannya.Xela tersenyum tipis. "Bibi, hanya untuk beberapa hari. Aku akan kembali."Sungguh Xela juga enggan untuk beranjak dari desa nan bebas polusi itu, tapi apa daya, ia tidak ingin mengambil risiko jika nanti yang mencarinya ternyata benar-benar Karel.Ia belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang masih mengisi relung hatinya itu. Bukan karena benci, bukan. Dia malu pada diri sendiri.Rasa bencinya pada lelaki itu atas perlakuan kasar yang diterimanya menguap setelah mengetahui kejahatan ayahnya.Rasa sakit yang ia derita sungguh belum seujung kukunya penderitaan Karel.Jiwanya bergetar setiap kali membayangkan Karel disiksa, lalu dibuang ke tengah belantara dalam kondisi sekarat.Belum lagi kejahatan lain yang ditujukan ayahnya untuk Karel dan keluarganya. Bahkan, Karel harus kehilangan saudar

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 257

    "Bersiaplah untuk menyambut kematian keduamu, Dokter! Ah, tidak, Karel! Panggilan 'Dokter' terlalu mewah untukmu. Cuih!" Lewis meludah jijik."Huh! Coba saja!" tantang Karel seraya mengayunkan rantai di tangan kirinya, melibas anak buah Lewis yang mulai menyerang.Enggan terlalu lama bermain tarik rantai dengan Lewis, Karel membetot kuat. Seketika suara gerincing memekakkan telinga.Di tangan Karel, dua rantai tersebut berubah menjadi senjata sakti yang meliuk di udara bak dua ekor kobra sedang menari.Jerit kesakitan melengking tinggi setiap kali rantai itu berhasil menghantam dan melilit tubuh lawan, lalu membantingnya dengan kuat.Sungguh Karel tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di ruang bawah tanah itu. Ia ingin menyudahi pertarungan tersebut secepatnya.Karel mengamuk seperti orang gila. Tak memberi kesempatan kepada lawan untuk menyentuh tubuhnya.Tas! Tas!Bunyi tebasan yang berpadu dengan gerincing rantai menjadi musik horror bagi Lewis dan anak buahnya. Satu per satu m

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 256

    "Heh, bangun!"Setengah sadar, Karel merasakan tamparan keras di pipinya, diikuti kalimat makian."Dasar lemah!"Karel berjuang membuka kelopak matanya yang terasa berat. Samar netranya menangkap cahaya temaram."Di mana ini?" lirih Karel dengan suara lemah."Bagus! Akhirnya kau sadar. Aku tidak suka bermain-main saat kau pingsan. Tidak asyik!"Kepingan ingatan Karel telah sepenuhnya menyatu, melukis gambaran peristiwa yang ia alami sebelum tak sadarkan diri.Darahnya seketika mendidih, teringat kecurangan yang dilakukan komplotan Lewis dalam pertarungan.Cuih!Karel meludahi wajah Lewis yang tersenyum mengejek."Pengecut! Kau menjijikkan!""Hahaha ... ya, ya ... terserah apa katamu." Lewis mencengkeram dagu Karel. "Bagiku, kau bodoh! Sama seperti keledai."Keledai terkenal sebagai simbol kebodohan lantaran masuk ke lubang yang sama sampai dua kali.Manusia yang cerdas akan belajar dari kesalahan dan pengalaman pahitnya. Sementara si bijak akan memetik hikmah dari pengalaman orang lai

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 255

    "Saya telah menemukan jejak istri Anda, Bos.""Katakan!"Netra kelam Karel berbinar penuh harapan. Tak sia-sia ia meminta bantuan Red."Istri Anda terbang ke Belanda. Di—""Terima kasih. Aku akan segera mentransfer bayaranmu," potong Karel, tak butuh penjelasan lebih panjang.Pikirannya hanya tertuju untuk menyusul Xela.Sebuah tas sandang cukup untuk memuat beberapa potong pakaian yang akan dibawanya.Agar lebih cepat tiba di Bandara, Karel memacu motornya.Ckiit!Decit rem membelah sunyi.Sebuah mobil SUV berwarna silver menggunting laju motor Karel, tepat di daerah sawangan."Mau kabur dariku? Dalam mimpi!" hardik suara yang sangat akrab di telinga Karel.Merasa keselamatannya terancam, Karel segera turun dari motor seraya menyingkirkan helm yang melindungi kepalanya."Aku tidak ada urusan denganmu! Kenapa kau selalu menggangguku?" balas Karel dengan nada dingin."Kau, lelaki berengsek yang membuat hidup Xela-ku menderita. Kali ini aku tidak akan mengalah lagi!"Plok! Plok!Karel be

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 254

    "Di mana istriku?" tanya Karel setelah mempersilakan Herds untuk duduk."Saya tidak tahu," sahut Herds, mulai mengeluarkan sesuatu dari tas kerjanya."Kau ke sini atas perintahnya, 'kan? Tentu berkomunikasi dengannya. Apa masuk akal kau tidak mengetehui keberadaannya?""Saya mengatakan yang sebenarnya, Dokter," timpal Herds, terlihat tak terpengaruh dengan kemarahan Karel. "Nona De Groot memang menemui saya untuk menyerahkan berkas gugatan cerai untuk Anda. Sayangnya, saya tidak berpikir bahwa di saat yang sama, dia juga meninggalkan rumah Anda." Herds menyodorkan berkas perceraian tersebut kepada Karel. "Tolong tanda tangani, Dokter!"Karel memeriksa kelengkapan berkas yang disodorkan oleh Herds. Matanya membelalak melihat fotokopi buku nikah yang terlampir. Seketika ia membanting berkas tersebut ke atas meja, kemudian berlari ke kamar.Karel memeriksa laci nakas dan mengobrak-abrik isinya."Berkas itu ... Ya Tuhan!"Karel mengusap mukanya dengan kasar kala tak lagi menemukan kumpula

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 253

    "Anda jangan main-main, Nyonya! Xela pergi dengan membawa koper. Ke mana lagi dia pergi bila tidak kembali ke sini?" sergah Karel, mengira Nyonya Beth sengaja merahasiakan keberadaan Xela dari dirinya."Sungguh, Dokter J. Saya tidak bohong," sanggah Nyonya Beth. "Semenjak datang terakhir kali menemui Tuan De Groot, Nona Muda tidak pernah ke sini lagi."Karel menyelami manik mata Nyonya Beth dengan tatapan lekat. Tak ada kebohongan yang ia temukan. Sebaliknya, riak kecemasan terpatri jelas di sana."Lalu, ke mana perginya Xela?" gumam Karel, seakan berbicara pada diri sendiri.Nyonya Beth juga terdiam. Sesaat kemudian ia berkata dengan nada bimbang, "Apa mungkin ... Nona Muda ... pergi membesuk Tuan De Groot?""Huh? Bukankah baru seminggu yang lalu ayah mertuaku keluar dari rumah sakit? Kenapa dia bisa kambuh?""B–bukan itu, Dokter. Kesehatan Tuan De Groot baik-baik saja. Tuan ... Tuan ... ah, saya juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi," kata Nyonya Beth, terbata-bata.Karel

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 252

    "Aaargh!" Karel mendengkus kesal. "Xela tidak ada di rumah Clara. Ke mana dia? Apa mungkin pulang ke rumah ayahnya?"Tak ingin kehilangan jejak Xela, Karel pun memacu motornya menuju kediaman Tuan De Groot.Namun, baru saja turun dari motor, sebuah tendangan membuatnya terjatuh. Motor pun ikut roboh."Berengsek! Masih berani kau menginjakkan kaki di rumah ini!" umpat Lewis.Matanya yang penuh kebencian menyala-nyala terbakar amarah.Karel bangkit seraya menepis debu dan kotoran yang melekat di tubuhnya. Abai akan motor yang masih tergolek."Ini rumah mertuaku. Kapan pun aku bisa datang ke sini.""Banyak bacot!" geram Lewis, kembali menyerang Karel.Karel yang masih kacau memikirkan Xela bereaksi lambat. Tak khayal serangan itu mendarat di dadanya. Seketika ia terjengkang. Untung kerimbunan tanaman hias menahan punggungnya."Jangan pernah bertingkah sok suci di hadapanku!" hardik Lewis. "Aku tahu siapa kau. Di balik nama besarmu, kau hanyalah seekor rubah licik!"Karel menyeringai. "Ba

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 251

    "Pergi kau dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" Karel menyeret kasar lengan Xela, turun dari teras rumah kayu milik ayahnya."Akh!" Xela menjerit kesakitan.Karel mengempaskannya hingga tersungkur ke tanah."Simpan air mata buayamu itu! Aku tidak akan tertipu," sentak Karel dengan nada dingin. "Percuma kau mengarang cerita pada temanmu. Aku tidak akan percaya!"Xela tergugu."Apa salahku padamu?" tanya Xela. Suaranya terdengar parau."Banyak! Dan aku membencimu hingga ke sum-sum tulangku. Enyah!"Tes! Tes!"Aish! Hujan lagi!" gerutu Karel, melindungi kepalanya dari terpaan hujan dengan telapak tangan sambil berlari menuju rumah ayahnya.Ternyata segala luapan emosinya terhadap Xela hanyalah angan dalam lamunan."Sayang sekali kau terlambat, Nak!" kata Tuan Jaffan begitu Karel melangkah masuk setelah melepas kemejanya yang basah dan memerasnya."Dia baru saja pergi," imbuh Tuan Jaffan."Dia? Siapa?" tanya Karel, terbayang siluet sosok wanita yang mirip dengan Xela melangkah kelua

DMCA.com Protection Status