Share

Bab 64

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2025-01-04 20:18:58

Lily menikmati perayaan yang dilakukan oleh karyawannya. Dia sibuk menyesap wine sambil tertawa lepas saat melihat tingkah lucu Vina yang setengah mabuk tengah menari aneh di antara kerumunan.

Para karyawan pun terlihat senang dan menikmati hidangan yang disiapkan Vina.

Saat masih fokus itu, Lily tak sadar Elliot sedari tadi mengamatinya dari kejauhan.

Elliot masih belum bebas karena kanan dan kirinya dipenuhi oleh para karyawan wanita. Mereka tak kenal lelah menawari Elliot minuman atau makanan bahkan berani menyuapinya.

Padahal kedatangannya ke sini hanyalah untuk mendekati Lily.

Kalau bukan untuk menjaga perasaan Lily, Elliot pasti sudah mengusir mereka atau enggan untuk meneruskan ikut acara.

Demi penyelamatnya, Elliot rela melakukan apapun untuknya. Semenjak Lily menyelamatkannya, entah kenapa keberuntungan selalu memihak padanya. Mulai dari segi karir, kesehatan bahkan hubungan keluarga yang membaik. Elliot dengan mudah mendapatkannya.

Usianya baru menginjak dua puluh dua tahun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 65

    Bukannya menjawab, Lily malah memutar bola matanya dengan malas lalu berdiri untuk keluar. Elliot adalah tipe anak muda yang sering ceplas-ceplos. Lily malas untuk meladeninya."Hei, hei, kamu mau kemana?" Elliot terlihat panik lalu ikut berdiri dan menyusul Lily. "Kenapa diam saja? Apa kamu marah?" "Tidak. Untuk apa aku marah?" Raut wajah Lily nampak santai dan dia berjalan dengan cepat di sepanjang lorong."Terus kenapa malah lari?""Aku tidak lari. Ucapanmu tadi terdengar konyol bagiku, jadi aku malas untuk menjawab" jawab Lily jujur."Konyol bagaimana? Setidaknya jelaskan padaku." Elliot terlihat tidak puas, masih ingin menuntut. Namun Lily malah membalikkan badan yang seketika membuat Elliot terhenti."Tunggu aku masuk lebih dulu baru kamu menyusul. Aku tidak ingin ada gosip yang muncul kalau kita tiba-tiba masuk bersama." Elliot ingin protes namun Lily sudah masuk terlebih dahulu yang membuat Elliot mengerutkan bibirnya. Lily memang susah untuk didekati, tapi dia tidak akan me

    Last Updated : 2025-01-05
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 66

    Saphira tak menyangka kini dia bisa memiliki peluang untuk kembali menguasai Lily. Matanya berbinar di tengah kegelapan kamar karena tidak adanya listrik untuk penerangan. Tiga tahun lalu saat Saphira tiba-tiba di penjarakan oleh Lily dengan alasan kelalaian dan kekerasan terhadap anaknya, Arsan. Dia langsung kehilangan segalanya. Uang, kemewahan, dan kekasihnya.Tidak ada satupun yang membersamai Saphira kala itu. Dia jatuh miskin dan terseok-seok untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.Saphira hanya dijatuhi hukuman setahun. Setelah keluar, dia masih berusaha mencari Lily untuk meminta maaf. Bagaimana juga, dia adalah ibu tirinya dan ibu kandung Arsan. Saphira berharap Lily dapat mempertimbangkan itu untuk menyelamatkan hidupnya.Namun saat kini dia mendengar kabar Lily dari Olivia, timbul rasa dendam dan benci yang teramat dalam.Rupanya Lily menyembunyikan Arsan dan dia pergi ke Paris untuk mewujudkan cita-cita. "Sialan! Pria mana lagi yang dia peras uangnya?" kesal Saphira saat m

    Last Updated : 2025-01-06
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 67

    Bagaimanapun kecurigaan Lily tidak akan bisa diketahui kalau tidak segera pulang untuk mencari.Lily terlihat resah dan berusaha untuk terus menghubungi Inda. Namun Inda masih belum juga mengetahui keberadaan Arsan.Bahkan saat Lily sudah perjalanan menuju ke bandara pun Inda belum menemukan Arsan. Lily semakin resah.Vina yang berada di sampingnya pun menenangkan Lily. "Aku tahu kalau kamu khawatir padanya. Tapi setidaknya kamu harus makan untuk mengisi perut."Vina sudah diceritakan oleh Lily soal Arsan yang tiba-tiba hilang, kemungkinan diambil oleh Saphira."Bagaimana aku bisa makan kalau aku tidak tahu dimana adikku berada? Dia sedang sakit keras, Vina. Tiba-tiba malah diambil orang dan sampai sekarang tidak diketahui dia ada dimana." Suara Lily terdengar lemah dan tidak bertenaga. "Aku bahkan ada di tempat yang jauh darinya..."Mengerti tentang kegalauan Lily, Vina memilih terdiam dan mengelus pundak sahabatnya itu. "Finley sudah membantu untuk mencari

    Last Updated : 2025-01-06
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 68

    "Untuk apa?" Suara Max terdengar dingin dan raut wajahnya nampak tidak peduli tapi sebenarnya dalam hatinya dipenuhi kesenangan karena akan melihat Lily kembali dalam jarak dekat.Sudah tiga tahun lamanya dia menahan rindu dan egonya agar tidak mengacaukan kehidupan Lily di Paris. Dia bahkan menyetujui perceraian demi Lily yang ingin mewujudkan cita-citanya.Max sudah mengalah dan berusaha melupakan. Namun semakin berusaha, Max semakin tak bisa. Bagaimanapun, Lily adalah wanita yang berada di sisinya selama dia terpuruk.Olivia yang dulu dia cintai saja tega meninggalkannya.Apalagi Max akhirnya mengetahui bahwa Lily melupakan cita-cita dan kesenangannya sendiri saat bersedia menikah dengan Max. Tapi Max malah menyia-nyiakannya."Adik kandungnya yang bernama Arsan tengah sakit keras lalu dikabarkan dia hilang dari pengawasan pengasuh. Setelah saya selidiki, petugas rumah sakit mengatakan kalau Arsan dipindahkan oleh ibunya sendiri ke rumah sakit besar yang memili

    Last Updated : 2025-01-07
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 69

    Saat ini Lily sudah tiba dan disambut oleh Inda yang kedua matanya terlihat membengkak. "Nona, maafkan saya." Hanya itu kata yang terucap begitu melihat kedatangan Inda. "Saya telah gagal."Lily tidak menanggapi ucapan Inda namun malah memeluknya dengan erat. "Ini bukan salahmu, Inda. Kamu sudah berusaha keras, kita akan mencari Arsan sama-sama."Inda tak memiliki daya dan hanya mengangguk lemah. Saat memeluknya, Lily merasa tubuh Inda lebih kurus dari terakhir kali saat dia bertemu. Lily segera melepas pelukannya dan menatap Inda dengan sedih. "Kamu terlihat lebih kurus, pasti kamu sudah mengalami kesulitan selama tiga tahun ini."Sudut bibir Inda terangkat tipis. "Tidak, Nona. Kesulitan saya tidak begitu berarti karena telah menganggap Arsan seperti adik saya sendiri." Inda benar-benar melakukan tugasnya dengan tulus. Mengasuh Arsan selama tiga tahun membuatnya menganggap Arsan seperti adik kandungnya sendiri. Makanya dia merasa sangat kehilangan saat tiba-tiba Arsan menghilang.

    Last Updated : 2025-01-07
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 70

    Saphira menatap penampilan Lily yang sudah jauh berbeda. Anak tirinya itu tak lagi duduk di atas kursi roda. Badannya tegap, kedua kakinya lurus dan jenjang. Wajahnya halus, bersih dan juga lembut. Setiap apa yang dia pakai mencerminkan kemakmuran dan kesejahteraannya saat ini.Diam-diam Saphira mengepalkan tangannya yang terlipat, menaruh rasa iri karena keadaan mereka yang begitu jomplang.Setelah pulang dari penjara, Saphira sangat kesusahan untuk makan. Usianya yang sudah tua dan tidak memiliki pengalaman bekerja yang baik, membuatnya harus mengerjakan pekerjaan yang berat agar mempunyai uang. Terkadang Saphira lebih memilih memulung dibandingkan kerja di bawah perintah orang.Dirinya yang dulu selalu menyuruh orang, bagaimana bisa tiba-tiba disuruh-suruh oleh seseorang demi beberapa lembar uang? Saphira meninggikan egonya hingga alhasil dia kerap kesusahan mencari uang untuk makan.'Ini semua karena anak durhaka itu!' batinnya dengan kesal."Aku gak nyangka

    Last Updated : 2025-01-08
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 71

    "Apa mau kalian?" Saphira berusaha memberontak. Kedua tangannya sudah terikat oleh jaket yang dikenakan Lily tadi.Tak dia sangka akan berakhir dengan dia yang diikat oleh Lily sampai tidak bisa bergerak. Awalnya dia kira Lily akan menusuk atau membunuhnya saat itu juga.Rupanya Lily hanya ingin mengikat kedua tangannya di belakang badan, membuatnya tidak bisa banyak bergerak."Brengsek! Aku tidak terima. Aku akan segera teriak kalau kalian tidak segera melepaskan ku!" Saphira berusaha mengancam. Akan ada banyak orang di rumah sakit ini yang bisa mendengar suara teriakannya meski di sepanjang lorong begitu sepi."Teriak saja. Tidak akan ada orang yang akan menolongmu." Vina terdengar tidak takut. Dia memainkan pisau milik Lily di tangannya setelah berhasil mengikat kedua kaki Saphira dengan tali sepatu milik Saphira sendiri.Lily tengah menelepon seseorang. Dia berdiri agak jauh dari posisi Vina dan Saphira sekarang.Saphira menatap ke sekeliling lorong, harusnya saat mendengar keribu

    Last Updated : 2025-01-08
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 72

    Pada jam delapan malam di sebuah restoran mewah. Max berjalan menuju ke sebuah meja yang sudah dipesan oleh Fernita untuknya. Demi menghindari suara cerewet dari ibunya yang setiap hari memekakkan telinga, akhirnya Max setuju untuk menemui salah satu wanita pilihan ibunya.Dari kejauhan, Max dapat melihat seorang wanita yang duduk begitu anggun di depan meja. Memiliki wajah yang cantik dan rambut panjangnya terurai ke belakang menutupi kulit punggungnya yang sedikit terekspos. Warna kulitnya sawo matang tapi terlihat sangat terawat dan sehat. Wanita itu mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara langkah kaki yang mendekati mejanya. Senyumannya terbit begitu indah dan menciptakan lesung pipi yang menawan. "Maxwell?" Suaranya bahkan terdengar lembut tapi tidak lemah. "Ya. Nona Serena?" Serena menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Max untuk duduk. Max duduk dengan santai. Tujuannya datang hanya untuk menenangkan hati ibunya agar tidak menuntutn

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 167

    Atas instruksi sang sopir, Lily berhasil mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang paling dekat. Sang sopir langsung ditangani oleh dokter dan dijadwalkan operasi untuk mengambil sisa peluru yang masuk ke dalam kaki.Sesaat kemudian, Lily dijemput oleh Kenneth dan beberapa pengawal. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Kenneth sambil meneliti tubuh Lily dengan seksama. "Tidak ada yang terluka, Kan?"Lily menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, Pa. Hanya Pak sopir yang terluka di bagian kaki karena terkena tembakan."Helaan napas berat keluar dari mulut Kenneth. "Syukurlah. Dia sudah menjalankan tugasnya dengan baik."Mendengar itu, Lily menatap Kenneth dengan air muka serius. "Pa, sebenarnya apa yang terjadi?""Masuk dulu ke dalam mobil. Akan Papa ceritakan semuanya di dalam nanti," jawab Kenneth.Mereka pun masuk ke dalam mobil. Saat beberapa meter mobil sudah berjalan, Lily mendesak Kenneth untuk berbicara."Begini, Lily. Sebenarnya dari dulu Papa sudah mengetahui ada sesuatu yang

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 166

    Di tengah perjalanan pulang, Lily masih memikirkan soal ucapan Inda. Sengaja dia pulang tanpa berpamitan dengan Max karena ingin menghindar dulu. Untuk saat ini, Lily sendiri tidak tahu apakah bisa menahan diri jika bertemu dengan Max lagi. Pesona yang dipancarkannya sekarang sangat berbeda dengan dulu.Kalau dulu Max nampak dingin, tak tersentuh dan juga kaku. Kalau sekarang, Max terlihat lebih hangat dan juga terang-terangan terus menggoda Lily. Bagi Lily itu tentu saja bahaya. Mereka adalah pasangan mantan suami-istri, bukan suami-istri yang saling mencintai.Ponselnya yang sudah dia charge sebelumnya terus berdering. Lily melihat layar ponsel sejenak lalu mengabaikan dering tersebut.Panggilan telepon itu datang dari Max. Lily ingin menghindarinya sejenak sampai dia sudah siap.Beberapa saat kemudian, ponselnya kembali berdenting singkat. Sebuah pesan dari Vina masuk.[Aku tahu kamu sibuk, tapi bisakah kamu datang ke rumah untuk menemaniku? Aku sangat sedang butuh seseorang seka

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 165

    Lamunan Lily buyar saat Max menurunkan Lily di depan bath tub. Selimut langsung terlepas karena Lily tidak memeganginya. Otomatis, Lily memegangi tubuhnya dengan kedua tangan.Max kembali tertawa lalu meraih dagu Lily dengan lembut."Ngapain ditutupin? Aku udah melihat semuanya, Lily. Sekujur tubuhmu itu rasanya... sangat manis."Ucapan Max terdengar sangat lembut dan mesra. Apalagi sorot matanya yang nampak berkabut dan penuh gairah, membuat Lily membayangkan lagi adegan saat mereka bermesraan di atas ranjang. Seharusnya Lily segera menjauh karena tidak ingin terlena lagi oleh bualan manis dari mantan suaminya itu. Tapi apa daya, Lily ingin sekali lagi merasakan kehangatan yang ditawarkan oleh Max.Alhasil, saat bibir Max mendarat di bibirnya, Lily langsung membalas dan terjadi pergulatan lagi di dalam kamar mandi.Entah mereka melakukannya yang ke-berapa kali, yang jelas perlakuan Max membuat Lily menjadi candu.Inikah yang dinamakan gairah? Membuat candu dan begitu dahsyatnya hin

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 164

    Pagi menjelang. Matahari masih nampak malu-malu untuk keluar, angin dingin berhembus kencang yang membuat Inda merapatkan jaketnya untuk menutupi tubuhnya yang menggigil kedinginan.Semalam hujan terus turun yang membuat jalanan masih basah, membuat Inda yang baru pulang dari kampung halaman berjalan perlahan memasuki rumah agar tidak terpeleset.Keningnya mengernyit saat melihat ada dua mobil yang terparkir rapi di depan rumah. Seingatnya, hanya Max yang seharusnya datang ke rumah untuk menemani Arsan. "Yang satu mobil milik Tuan Max dan yang satunya lagi milik siapa?" Inda bertanya dalam gumaman.Mengabaikan hal itu, Inda segera masuk agar mengetahui siapa yang datang ke rumah selain Max.Begitu masuk, Inda terkejut melihat ada seorang pria yang tertidur di atas sofa. Dari seragamnya, Inda yakin kalau dia hanyalah seorang sopir.Firasatnya menjadi tidak baik. Tempat pertama yang dia tuju adalah kamar Arsan. Inda selalu khawatir pada Arsan karena telah meninggalkannya selama sehari

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 163

    Sekujur tubuh Lily meremang. Otaknya membeku saat Lily dapat merasakan bibir Max yang kenyal, basah dan juga dingin, menempel erat di bibirnya yang hangat.Detik selanjutnya, Lily langsung tersadar. Dia segera melepaskan diri lalu memukul bahu Max dengan keras."Apa-apaan kamu, Max?"Namun Max malah menyengir kuda. "Pipimu merah padahal itu baru permulaan." Lily memegang pipinya yang memang terasa panas. "Apa maksudmu pipiku tidak-"Belum sempat Lily meneruskan ucapannya, Max sudah membungkam mulut Lily lagi dengan bibirnya. Kedua mata Lily membulat. Dia memberontak sekuat tenaga, tapi tenaga Max begitu kuat. Tangan kiri memegang leher Lily sedang tangan kanannya meraih pinggang Lily dengan kuat.Lily berusaha memukul dada Max agar ciumannya terlepas, tapi malah ciuman Max semakin dalam. Dia ingin protes, tapi bibirnya yang terbuka malah membuat Max semakin mudah melancarkan pagutannya.Pagutan Max terasa begitu lembut di bibir bawahnya, diiringi dengan pagutan yang lain di bibir a

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 162

    "Tapi tadi dia nyariin kamu, Max. Bukan nyari seekor anak anjing," kata Lily. "Kecuali kalau anak anjing itu panggilannya juga sama denganmu."Alih-alih tersinggung, Max malah tertawa. "Mungkin Arsan ke sana karena berharap aku akan datang untuk menemuinya di sana. Aku cukup sering datang ke warung itu."Meskipun Lily sangat terkejut mendengar perkataan Max soal dia yang sering datang ke warung itu, Lily memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Baginya urusan Max tidak lagi menjadi urusannya.Lalu pandangan Lily jatuh ke arah baju Max yang tepiannya basah. "Bajumu basah. Apa kau bawa baju ganti?""Tidak.""Kalau gitu pakai handuk yang ada di kamar mandi dulu, nanti aku buatkan baju baru untukmu.""Kau akan buatkan baju untukku?""Ya. Kenapa? Di sini gak ada baju pria yang ukurannya pas buat kamu, kecuali kalau kamu mau pakai baju wanita. Gimana? Kamu mau?""Enggak," jawab Max menggeleng cepat. "Aku hanya takut kalau merepotkanmu."Wajah Max yang terlihat takut membuat Lily menahan t

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 161

    "Adik, Nona?" Kedua alis si sopir saling menyatu. "Kayaknya gak ada siapapun yang keluar lewat sini, Nona. Dari tadi saya duduk di kursi teras ini kok."Pikiran Lily langsung kacau. Arsan bukanlah anak yang suka keluar dan bertemu dengan orang. Kalau sampai Arsan panik dan tantrum di jalan, itu bisa membahayakan dirinya sendiri. Apalagi jalanan sangat ramai oleh kendaraan pribadi.Lily memutuskan untuk mengecek seluruh isi rumah sekali lagi. Setelahnya dia baru sadar kalau Arsan keluar melalui pintu belakang, tepatnya yang menjadi penghubung antara teras belakang dengan dapur. "Kemana kamu, Arsan?" gumam Lily penuh khawatir.Karena Lily tidak tahu harus mencari dimana, Lily mengajak sang sopir untuk mencari Arsan dengan mobil. "Mau dicari kemana, Nona?" tanya si sopir."Kemana aja, Pak. Asal adik saya bisa ketemu.""Tapi, Non. Kata Nyonya Wina, Anda harus segera pulang. Kalau saya gak bisa nganterin Nona pulang tepat waktu, bisa-bisa saya yang akan kena omel nantinya.""Gak usah kha

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 160

    Lily tersentak dan menjadi canggung. "Mmm... baru saja," jawabnya sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Seketika dia tersadar atas apa yang dilakukannya. Dia pun kembali meluruskan anak rambutnya.Max tersenyum lebar. Rasanya dia sudah lama tidak melihat Lily. Wajahnya nampak lebih segar dan pipinya semakin bulat. Jika dia pikir-pikir, keadaan Lily jauh berbeda dibanding saat menikah dengannya dulu."Mau ketemu dengan Arsan? Kebetulan aku mau pulang karena ada urusan, jadi aku bisa menitipkannya padamu sebentar," ucap Max."Memangnya Inda kemana? Kenapa dia menitipkannya padamu?""Tadi pagi dia ditelepon kalau ada saudaranya yang meninggal. Jadi dia harus pulang selama sehari semalam. Mungkin besok pagi dia baru pulang."Kening Lily mengerut dalam. "Kok dia gak ngabarin aku? Malah ngasih tahu kamu?"Max mengangkat kedua bahunya. "Entah. Mungkin karena kamu sulit untuk dihubungi? Ini bukan pertama kalinya kok. Dia juga pernah menitipkan Arsan padaku selama dua hari.""Dua

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 159

    Di tengah keramaian kafe, Lily melihat Vina yang duduk di salah satu kursi sendirian di antara banyaknya pengunjung. Dia sudah menghubungi Vina untuk bertemu di kafe saja.Mata Lily berkilat senang, pasalnya sudah lama dia tidak bertemu dengan sahabatnya itu. Tangannya segera terangkat untuk melambai dan memanggil namanya. Sahabatnya itu segera menoleh dan senyuman lebar langsung merekah di wajahnya."Lily!" teriaknya sambil berdiri menyambut kedatangan Lily.Mereka berdua pun saling berpelukan erat."Bagaimana kabarmu?" tanya Vina begitu pelukan mereka sudah terlepas."Aku baik. Bahkan lebih baik."Vina bernapas lega, ada perasaan senang melihat wajah Lily yang nampak lebih cantik dan segar. "Syukurlah... apa Tuan Kenneth dan Nyonya Wina memperlakukanmu dengan baik?""Tentu saja. Mereka orang tua kandungku, tidak mungkin mereka menyia-nyiakan anak yang telah lama mereka kira sudah meninggal." Lily meneliti wajah Vina yang nampak kusam dan juga letih. "Lalu bagaimana denganmu? Kuden

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status