“Jadi Lavrinda, kamu mama buatkan apa untuk besok?” tanya Maria kepada Lavrinda yang sedang baca buku di ruang tamu.“Bukannya sudah pernah kubilang untuk tidak coba dekat denganku?” Balas gadis itu dengan nada tinggi.“Ayolah, aku tidak ingin merasa terasingkan di keluarga ini.” pinta Maria. “Hitungannya kamu kan juga putriku.”“Heerrgh.” Lavrinda mengerang marah.Melihat anak tirinya semakin geram. Wanita itu menyingkir ke dapur dan takut. Ah tidak, Maria tidak ingin kehilangan nyawanya. Maria berpikir hal apa yang disukai Lavrinda. Piano? Aku tidak bisa memainkannya. Lalu apa yang identik dengan hal-hal klasik?Herman tiba-tiba muncul dan mengagetkan Maria. “Ada yang tampak panik akibat tantanganku. Jika kamu gagal aku akan menikmati bagaimana caraku untuk membunuhmu.”“Kamu tidak mau membantuku sedikit kah? Kasih petunjuk atau apalah itu?” tanya Maria.“Apa yang kamu tukarkan? Aku bisa memberitahumu sesuatu kalau kamu memberiku juga.” Jawab Herman.“Apa yang kamu inginkan. Ini ber
Selesai melakukan pembayaran tunai. Lavrinda meminta ijin kepada Andrian untuk mengambil foto dirinya menggunakan gaun itu. Maria membantunya untuk mengambil gambar, memang benar ketika Lavrinda menggunakan gaun berwarna kuning keemasan itu tampak dirinya seperti seorang tuan putri.“Cantiknya putriku.” Puji Maria.Lavrinda mengirimkan fotonya kepada Ratha. Menunggu balasan dari kekasihnya soal gaun yang baru ia beli. Barulah ia lepas gaun tersebut untuk dikemas oleh Andrian. Ratha membalas foto yang ia kirimkan dengan satu balasan, cantik.Ratha memasukkan kembali ponselnya di sakunya. “Ayo Agnes kita akan menangkap pengkhianat satu ini. Sudah lama dia dibiarkan menjadi mata-mata. Pedro dan timnya akan masuk melalui pintu depan.”Mereka berada di sebuah gedung apartemen di Provinsi ke 7. Dia ada di lantai nomer 17 berhadapan langsung dengan gedung sebelahnya yang kini mereka incar. Agnes menyiapkan senapan runduk mereka berdua. Kemudian membuka jendela dan mengatur meja yang akan mer
Lavrinda melirik jam dinding di kamarnya. Sudah saatnya Ratha akan pulang ke rumah. Saat beranjak ke dapur saat melihat Maria ada di sana raut mukanya langsung cemberut. “Cepat memasaknya. Aku ingin memasakkan sesuatu spesial untuk kekasihku.”“Ya, Mamamu ini tahu. Tapi ini Mama memasakkan sesuatu yang spesial untukmu.” Balas Maria.“Kemarin aku hanya ingin mencegahmu disentuh pria lain. Kamu di sini adalah milik Papaku. Kamu harusnya tidak boleh membiarkan dirimu disentuh pria lain.” Kata Lavrinda. “Aku masih tidak akan menerimamu sebagai ibu tiriku.”“Nih lihat apa yang aku masak. Sup sehat, berpotensi untuk mengencangkan kulit, memudakan tubuh dan stamina.” Maria menunjukkan masakannya. “Kamu kalau tetap gampang marah dan cemberut begitu. Nanti garis kerut di mukamu cepat terbentuk dan kamu akan kelihatan lebih tua.”“Tersenyum pun juga sama.” Balas Lavrinda dengan nada merendahkan. “Ya sudah. Aku memasak di kompor lainnya saja.”“Dengarkan Mamamu ini Lavrinda. Kamu mau awet muda k
Dengan napas terengah-engahnya, gadis kecil itu berlari menghindari pencarian anak buah ayahnya. Hingga ia sampai ke tepian sungai, berhentilah sebentar ia untuk mengambil napas. Matanya melirik ke sana-sini memastikan apakah dia sudah berhasil kabur.“Papa bodoh,” ujar gadis itu. “Selalu tidak hadir.”Matanya meneteskan air mata. Rambut putih peraknya melambai-lambai terkena angin kencang. Duduklah ia di tepian sungai dan memeluk lututnya.“Kamu tidak apa-apa?” tanya seorang anak kecil seusianya, “Kenapa kamu menangis?”“Pergi! Aku ingin sendiri!” jawab gadis itu.“Firasatku mengatakan kalau kamu ditinggal sendirian sesuatu yang buruk akan terjadi. Akan aku temani saja.” anak laki-laki tersebut mengambil tempat di sebelah Lavrinda. Terasa rasa dingin di pipinya.Lavrinda terkejut dan menatap ke anak laki-laki tersebut. “Hei! Apa maksudmu? Dingin tahu kena pipiku.”Anak laki-laki tersebut menawarkan dirinya sebuah kaleng minuman soda rasa limun. Karena penasaran tak pernah meminum min
“Kamu bengong, ada apa?” Ratha menempelkan kaleng soda yang dingin pada kekasihnya itu. Sedari tadi, ia amati kekasihnya itu bengong melihat ke luar jendela ke arah pemandangan malam Kota London. “Kamu sudah wisuda, jangan bengong.”“Ya, saatnya menentukan bagaimana pernikahan kita berlangsung.” kata Lavrinda dan duduk di pangkuan Ratha. Ratha menyalakan televisi dan melihat berita. Lagi dan lagi beritanya memuat tentang Negara Kermenchik.Dengan lantang dan berani terlihat Adler dan Herman berpidato kalau negaranya menemukan obat kanker. Crandespol, obat yang terbuat dari mineral dan tanaman herbal yang hanya bisa tumbuh di Kermenchik.“Besoknya pasti ada banyak mata-mata asing mencoba masuk ke negara kita.” Kata Ratha. “Tapi untuk sekarang kita bersenang-senang saja di sini dahulu.”“Maria dan Agnes lama sekali.” Kata Lavrinda. “Atau kita duluan dan tidak memakai kondom?”Tonjolan besar dan keras mulai muncul di celana Ratha. Lavrinda tersenyum dan menggoyangkan pantatnya. “Sekarang
Elaina menuju tempat yang diinginkan Lavrinda. Tempat tersebut ada di tengah hutan hujan di Brazil. Kini dia berada di atas pesawat bersiap untuk terjun. Tugas yang diberi Lavrinda kepadanya adalah menyusup dan mendapatkan kembali sampel Crandespol yang dicuri oleh mata-mata asing.“Laboratoriumnya terletak di bawah tanah ya, lokasinya tepat dibekas tambang emas.” Elaina membuka petanya. “Dengan keahlianku aku yakin ini bisa selesai dalam waktu dua hari.”Elaina membaca lagi buku dan dokumen palsunya. Kini dia akan menyamar sebagai Ravina Cristine, seorang peneliti tingkat 2 di laboratorium ini. Di dalam tasnya sudah ada peralatan baginya untuk menyamar menjadi Ravina. Ravina yang asli saat ini sedang disekap oleh organisasi dan akan dilepaskan bila Elaina berhasil, serta informasi yang dia berikan valid.Ada sebuah komunikasi masuk dari Lavrinda. Elaina menerimanya, “Ada apa? Kamu mau memberiku saran atau kata-kata semangat.”“Ya. Dengarkan suara ini.” balas Lavrinda. Terdengar suara
“Sayang? Kamu kenapa?” tanya Ratha sambil merangkul Lavrinda dari belakang. Karena heran melihat kekasihnya itu semenjak pagi termenung.Lavrinda menutup laptopnya dan mencium pipi Ratha. “Aku hanya berpikir untuk ke depannya nanti. Kita tinggal bertiga sama Agnes, memiliki beberapa anak. Ah sungguh indah.”Meskipun hujan suasana di ruang tamu di apartemen mereka terasa hangat. Lavrinda menatap mata Ratha dengan tajam. “Kamu benar-benar mencintaiku sekarang? Tumben kamu seromantis ini.”“Aku sedikit membaca buku tentang cara bertindak romantis. Juga menonton beberapa karakter film yang kamu suka.” Ratha menatapkan dahinya ke dahi Lavrinda. “Kamu sudah mandi?”“Belum. Aku tadinya menunggu Agnes pulang, tapi sepertinya Agnes lembur ya?” tanya Lavrinda.“Dia masih berada di lapangan latih tembak mengasah tembakannya.” Jawab Ratha. “Papa menyuruhku pulang dengan cepat begitu aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan administrasiku.”“Kalau begitu kita mandi dahulu bagaimana?” tanya Lavrinda
“Bangun Lavrinda.” Elaina kecil membangunkan Lavrinda. “Kamu tidak berangkat ke sekolah?”Lavrinda mengucek matanya dan menguap. “Eh? Sudah pagi? Ratha di mana?”“Di sini, ayo.”Mendengarkan suara dari Lavrinda terbangun dan segera mandi. Apakah ini mimpi? Kenapa mereka semua menjadi kecil lagi? Selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya, hati Lavrinda terasa sakit melihat Ratha dan Elaina berbicara dengan akrab di depan pintu kamarnya.Eh? Kenapa? Bukannya kamu milikku? Kenapa kamu berbicara kepada wanita lain semesra dan seakrab itu? Kalau Agnes bisa aku pahami karena kamu seperti kakak baginya. Tapi jika itu Elaina.Aku tidak bisa terima. Lavrinda beranjak mengambil tas sekolahnya dan menghampiri mereka. “Agnes di mana?”“Agnes sudah berangkat duluan karena piket kelas.” Balas Elaina.Hati Lavrinda semakin sakit melihat Elaina dan Ratha berjalan bersama. Sementara dia ada di belakang mengekor mereka. “Dia kesatriaku kan? Kenapa kamu mendekati gadis lain?” ada di dalam pikirannya.
Melihat Ratha dan Agnes berhasil keluar dari laboratorium yang hancur. Herman mengambil radio komunikasinya dan menyuruh mereka berdua untuk ke arah helipad evakuasi. “Kalian berdua ke sini.”“Siap.” Balas Agnes dan menggendong Ratha yang terkapar.“Aku bisa berjalan sendiri.” Ratha menjatuhkan diri dari gendongan Agnes dan berusaha berdiri.“Tidak usah dipaksakan.” Kata Agnes, dia mengambil radio komunikasinya. “Ada yang bisa membantuku membawanya?”Para anggota medis laboratorium datang membawa tandu. Ratha dinaikkan ke atas sana dan mereka menuju helipad evakuasi. Di sana helikopter mereka bersiap untuk berangkat, Herman sedang berbicara dengan anak buahnya untuk mengatasi kejadian yang baru saja mereka buat.“Buat saja kalau ini bangunannya hancur karena ledakan bahan kimia. Jangan sampai pemerintah tahu. Presiden Adler juga jika bertanya apa yang terjadi jawab saja begitu.” Perintah Herman.“Baik.” jawab anak buahnya. Mereka kini menuju Kuba di mana di sana ada area rahasia perte
Hari ini Ratha diminta Herman untuk ke laboratorium. Ratha sudah tahu pasti ini berkaitan dengan virus yang ada di dalam dirinya. Setelah berpamitan kepada Lavrinda, dari rumahnya Ratha menuju ke provinsi sebelah tempat laboratorium berada.Perjalanan ke laboratorium itu panjang dan sunyi, memberikan Ratha banyak waktu untuk merenung. Ia tahu bahwa di dalam tubuhnya terdapat Virus Adam, sebuah virus awal yang akan mengendalikan virus mayat hidup yang sedang dikembangkan oleh Herman, bos organisasi tempat Ratha berada. Ratha telah menerima nasibnya untuk dijadikan percobaan bagi organisasinya, karena dia merasa berutang budi kepada mereka yang telah memberinya kehidupan yang bagus.Saat tiba di laboratorium, suasana di sana terasa mencekam. Ratha berjalan melalui koridor-koridor dingin yang diterangi oleh lampu neon, hingga akhirnya tiba di ruang operasi di mana Herman telah menunggunya.“Selamat datang, Ratha,” sambut Herman dengan senyum dingin. “Kami sudah siap untuk tahap berikutny
“Pikiranmu agak kosong, apa yang terjadi?” tanya Ratha saat Elaina menemuinya langsung.“Apakah ada kumbang di sekitar sini? Jika ia bisakah ke tempat yang steril?” balas wanita itu.“Di kantor yang ini tidak ada CCTV. Jadi aman saja.” jawab Ratha.Mereka duduk di meja yang dikelilingi oleh dinding kaca, pemandangan kota yang sibuk terlihat di luar. Sejenak, keduanya terdiam, seakan mencari kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan yang sulit ini."Aku mendengar kabar tentang Lavrinda," Elaina memulai, matanya menatap lurus ke arah Ratha. "Selamat atas kehamilannya."Ratha terkejut sejenak, namun kemudian dia tersenyum tipis. "Terima kasih, Elaina. Aku tahu ini bukan kabar yang mudah untukmu."Elaina mengangguk, berusaha menahan gejolak emosi di dalam dirinya. "Aku senang untuk kalian berdua. Meski awalnya sulit, aku mencoba untuk menerima kenyataan ini.""Elaina, aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menghargai hubungan kita dulu. Apa yang terjadi antara kita tidak akan pernah aku
Elaina dan timnya bersiap untuk menyerang markas Jose. Semuanya sudah terkoordinasi, persiapan mereka sudah seperti rencana dan berjalan dengan mulus. Elaina meniup peluitnya dan memberikan aba-aba untuk menyerang secara bersamaan.Dari udara bantuan dari BKDN berupa helikopter penyerbu menembakkan tiga buah roket untuk menghancurkan gerbang markas kartel Jose. Kemudian mereka menembaki garasi Jose yang berisi mobil-mobil dimodifikasi dengan senapan mesin.“Ayo serbu! Kita balaskan dendam rekan organisasi kita yang telah dibunuh oleh kartel ini!” perintah Elaina.Pasukan darat bergerak cepat, memanfaatkan kekacauan yang disebabkan oleh serangan udara. Elaina memimpin timnya dengan penuh percaya diri, gerakannya cepat dan pasti. Mereka memasuki kompleks markas melalui celah-celah yang ditinggalkan oleh roket. Dengan senapan di tangan, mereka maju melalui asap dan reruntuhan, mata mereka terfokus pada tujuan utama: menghancurkan kartel Jose.Pertempuran berlangsung sengit. Tembakan terd
“Pagi,” Ratha mematikan alaramnya dan memeluk tubuh Lavrinda. Dipeluknya erat dan diciumnya leher istrinya itu. Lavrinda tertawa kecil-kecilan dan menjadi agresif.“Kamu mau melakukannya? Aku ingin cepat hamil.” Lavrinda berkata.“He? Tidak, aku hanya ingin membangunkanmu.” Ratha membalas.“Tapi aku mau!” Lavrinda bangun dan menaiki tubuh Ratha.“Kalau kamu memaksa. Lakukan sesukamu, hari ini kita tidak ada jadwal hingga siang hari.” Ratha mengalah dan menuruti keinginan istrinya.“Siang hari ini kita ada acara makan siang bersama para pejabat negara ya. Mereka meminta informasi penting dari kita soal urusan organisasi kita.” Kata Lavrinda. “Masih ada waktu bagi kita untuk bermain.”Lavrinda mencium bibir Ratha dengan ganas. Pria tersebut terdiam dan membiarkan kekasihnya melakukan semuanya. Lavrinda mengambil obat perangsang dan meminumkannya secara paksa pada kekasihnya yang dicintai itu.“Jangan kasar-kasar.” Pinta Ratha.“Kamu sudah tahu jawabanku kan?” tanya Lavrinda. “Tentu saja
Elaina mempersiapkan barang-barangnya bersama Mai. Mai membantunya menaikkan peralatan ke dalam mobil van mereka. “Kehormatan bagiku bisa bertugas langsung bersama legenda organisasi."“Maaf karena aku menggunakan inisial nomormu, 05.” Tambahnya.“Ya, tidak apa-apa. Ke sini Mai, kita akan membuat rencananya dan mereview ulang rencananya.” Elaina menyuruh Mai untuk mendekat ke papan tulis putih yang ada di ruangan persenjataan ini.“Nama target kita Jose Luizzo beserta keluarganya. Sang ayah Jose, merupakan kartel rival kita di sini. Menggunakan anaknya sebagai kampanye anti narkoba dia kemudian menjual narkoba dilabeli obat sehat kepada masyarakat.” Kata Elaina.“Cukup menarik. Menipu masyarakat dahulu, lalu membunuh mereka perlahan dengan narkoba.” Kata Mai.“Biro Keamanan Dalam Negeri meminta bantuan organisasi kita untuk melenyapkannya. Karena kita sedang bekerja sama dengannya. Mereka menginginkan Jose hidup-hidup, tapi perintah dari Bos Herman kita adalah membunuhnya. Jadi bagaim
“Menikmati waktumu bersama Elaina?” tanya Lavrinda begitu suaminya masuk ke dalam rumah utamanya. Ratha melepaskan sepatunya dan menanggalkan jasnya di gantungan mantel.“Hmm, tidak. Aku lebih suka menghabiskan waktu bersamamu.” Jawab Ratha dan memeluk Lavrinda.Jawaban dari Ratha membuatnya senang. Gadis itu segera menyuruh kekasihnya untuk segera masuk. Dituntunnya kekasihnya itu ke ruang makan dan meminum teh bersama. Agnes bergabung dengan mereka.“Bos Herman memintamu untuk pergi ke laboratorium sebentar sebelum berangkat untuk mengurusi para pengganggu bersamaku.” Kata Agnes membuka pembicaraan.“Cek medis ya? Baiklah.” Balas Ratha. “Jadi agenda kita bertiga hari ini apa?”“Tidak ada, hanya mengerjakan tugas administrasi harian organisasi. Setelah itu kita bebas.” jawab Lavrinda. “Aku ingin kamu mengajariku menembak. Aku iri kepada Agnes bisa jadi sehebat itu dalam menembak.”“Kalau begitu kita bertiga ke lapangan tembak saja setelah bekerja.” Saran Ratha.“Ah ya ide bagus.” Bal
Mereka berdua berdansa diiringi lagu klasik. Kedua mantan kekasih tersebut beradu kelihaian dalam berdansa. Elaina tersenyum dan jatuh dalam pelukan Ratha. “Lavrinda dan Agnes saat ini masih pergi dalam waktu yang lama.”“Kamu mau keluar bersamaku untuk berjalan-jalan? Ini hari minggu, waktumu bersamaku seharian penuh.” Elaina bertanya.Ratha menatap lembut mata kekasih ketiganya itu. Dituntunnya mereka keluar dari ruang bawah tanah itu menuju kantornya lagi. “Sesampainya di atas kamu harus berpura-pura. Begitu juga denganku. Jika Herman memanggilku, itu pastinya ingatanku akan dihapus lagi. Gunakan kode itu lagi ya untuk membangkitkanku.”“Iya, aku tahu.” Elaina memeluk Ratha dengan erat sebelum mereka pergi dari ruang rahasia itu. Setelah keluar dari ruang rahasia, mereka bertindak seperti biasanya. Mereka berdua keluar dari gedung operasional organisasi mereka.Angin sepoi musim semi menerpa mereka. Jalanan lumayan sepi sore itu. Mereka berdua memilih berjalan kaki menuju taman di
“Perjanjiannya tidak begitu.” Ratha menggebrak meja di hadapannya. “Anda mau berkhianat kepada kami?”“1 Milyar nilai semua narkoba itu. Lalu kamu susah menjualnya? Tidak usah takut dengan kartel kacangan. Kita didukung oleh negara.” Tambah Ratha.“Maaf, kalau uang setorannya kurang. Ada seseorang yang menghambat kami.” jawab Diego. “Anak SMA di daerah kami pada berkumpul dan menolak narkoba.”“Baiklah. Akan aku beri waktu lagi. Sekarang pulang ke daerah.” Balas Ratha dan mengusir anak buahnya itu.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya. Kemudian mengunci dirinya di dalam kantornya setelah Diego pergi. Perasaannya tidak enak, ada sesuatu yang mengganjal tentang ingatannya.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya, pikirannya berkecamuk. Setelah Diego pergi, dia mengunci pintu dan duduk di kursi kerjanya, mencoba merangkai kepingan ingatannya yang terasa ganjil. Ada sesuatu tentang kelompok anak SMA yang menolak narkoba itu. Sesuatu yang membuatnya tidak tenang.Ratha mengh