Mata cantik itu melirik pintu kamar dengan pandangan cemas. Ini adalah malam ke dua setelah pernikahan mereka. Namun, James hanya satu kali menampakkan diri.Bulan membuka jendela kamarnya, bau tanah basah masuk melalui jendela yang terbuka.Hujan turun dari jam dua siang tadi, dan reda selepas Maghrib. Bulan menghirup aroma tanah basah memenuhi paru-parunya. Ini menenangkan, sedikit mengobati resah dan tak enaknya menunggu tanpa kepastian. Mata bulan terbuka, ketika mobil HR-V bewarna putih memasuki pekarangan rumah. Wanita cantik itu bergegas menutup jendela dan menyusul James ke teras rumah.Senyum lebar dipamerkan Bulan, namun pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu acuh tak acuh."Sini aku bantu!" Bulan mengambil tas yang berada di tangan James. "Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri."Bulan terdiam, walaupun hanya iba, dia tetap mengejar langkah lebar James."Aku sudah memasak, ayo! Makanlah! Aku sudah menunggumu dari siang. Dan ....""Aku sudah kenyang. Lakukan apa
***Dua manusia itu, menatap objek yang sama, sebuah jam dinding. Bulan telah dipindahkan ke ruang perawatan sejak satu jam yang lalu. Detak jarum jam begitu terasa memecah kesunyian. Bulan belum tidur, walaupun benda itu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Banyak hal yang ingin dikatakannya, tapi melihat diamnya suaminya itu, Bulan menjadi minder.James merebahkan badannya di sofa yang berada tak jauh dari ranjang Bulan. Matanya juga masih terbuka, namun mulut laki-laki pendiam itu tertutup rapat."Tidurlah! Kenapa kau masih bergerak gelisah? Besok pagi serangkaian tes akan membuatmu lelah, kau butuh tenaga untuk besok.""Aku tidak mengantuk," jawab Bulan sambil memiringkan kepalanya, matanya berserobok dengan mata tajam James. Seperti biasa, hatinya berdebar tak karuan."Apa AC-nya terlalu dingin?""Sedikit," jawab Bulan sambil tersenyum. Memang, dia merasa kedinginan.James bangkit, memungut remote AC yang menempel di dinding dan memencet beberapa kali. Bulan tersenyum, rambu
Pengambilan darah telah selesai dilakukan beberapa menit yang lalu. Namun, Bulan bersikukuh tak ingin dirawat lagi, dengan alasan dia jauh lebih baik. "Bulan, keras kepalamu ini mengandung resiko, kamu baru dirawat semalam, Bulan, dan sudah ingin pulang!" kata James yang tak mampu menahan kekesalannya, bahkan Bulan melarang James untuk memberitahu orang tua mereka."Aku jauh lebih baik, kau lihat, kan? Aku sudah kuat berdiri sendiri, tak perlu dipapah lagi," jawab Bulan memaksakan senyumnya.Sediakan James hanya menatap tak berdaya pada suster yang menyerah membujuk Bulan."Mas, kalau begitu, Mas dan Mbak Bulan tanda tangani surat pernyataan dulu, kami pihak rumah sakit tak ingin disalahkan jika terjadi sesuatu di kemudian hari.""Kapan hasil tes darahnya akan keluar?""Tiga hari lagi,""Sini, saya akan tanda tangan, dan kamu akan tanda tangan juga kan James?" Bulan menyela ke dua orang itu.***Bulan tak melepaskan pandangannya pada James yang konsentrasi menyetir. Senyum tipis terb
"Aku sudah masak sarapan!" kata Riyan bersemangat, Bulan lihat sudah ada dua piring nasi goreng dengan toping sosis dan keju di atasnya. Ternyata, pria kemayu itu sudah mempersiapkan sarapan romantis dengan suaminya. Jika saja Bulan menurut untuk dirawat lebih lama, tentu Riyan akan memberikan kejutan yang lebih dahsyat."Aku tidak lapar, aku mau tidur." James masuk begitu saja ke dalam kamarnya, meninggalkan Riyan yang tak mampu menyembunyikan kekecewaannya.Bulan pura-pura tidak tau, dia yakin, Riyan semakin membencinya karena telah menggagalkan sarapan romantis mereka.Bulan menutup pintu kamar, suara gemericik air menandakan James tengah berada di kamar mandi. Bulan duduk di ranjangnya dengan wajah sendu, kepalanya masih pusing namun dia yakin pulang ke rumah lebih baik dari pada terus berada di rumah sakit.Bulan tau, dia tak baik-baik saja, dia memiliki keluhan yang dia sendiri tak berani memeriksakan diri. Apa hasil tes darah itu? Apakah ada penyakit berbahaya menggerogoti diri
"Berikan hak-ku, James!" Bulan menantang James dengan berani.Mata James membola, wanita ini tau persis bagaimana dirinya, dia bukanlah laki-laki pada umumnya, dia memiliki kelainan yaitu tak tertarik pada perempuan. Bagaimana bisa dia memberikan apa yang diinginkan wanita itu?Belum selesai James berpikir, Bulan sudah membungkam mulutnya terlebih dahulu, berusaha menggerakkan bibirnya yang tak berpengalaman. James membatu, tak menerima dan tak juga menolak, dia hanya diam sambil mengatupkan mulutnya erat.Bulan yang nekad berusaha menggapai kemejanya, namun James menangkap tangan itu terlebih dulu.Bulan menutup wajah, ditolak! Untuk kesekian kali dia ditolak, tapi dia tak ingin menyerah. Bulan mengusap kasar air matanya, lalu kembali memeluk James."Kau suamiku, James. Aku berhak penuh atas dirimu, aku berhak mendapatkan apa pun yang ada padamu, jiwa ragamu, cintamu, perhatianmu, semuanya," kata Bulan mendongak menatap James yang masih betah dengan wajahnya yang menegang."Bulan, jan
"Kau dengar?""Dug, dug, Dug, kencang sekali," jawab James menirukan suara detak jantung Bulan."Aku selalu berdebar saat di dekatmu, James. Seperti selesai berlari.""Selain denganku, dengan siapa lagi jantungmu berdetak cepat seperti itu?" tanya James menarik tangannya karena tak nyaman. Bulan mengeratkan pelukannya."Hanya denganmu, tidak pernah dengan orang lain.""Aku tak yakin.""Kenapa?""Kau memiliki wajah yang cantik, mustahil tak pernah jatuh cinta."Bulan tersenyum, lalu bangkit, dia duduk bersila menghadap James yang masih menyandarkan dirinya di kepala tempat tidur."Aku tidak pernah jatuh cinta.""Aku tak yakin.""Aku tak berbakat berbohong, benar, aku hanya jatuh cinta padamu James. Saat perkenalan kita menjelang tunangan, aku langsung terpesona padamu, sayangnya kau tak menatapmu sekali saja.""Banyak hal yang belum kau mengerti, Bulan! Banyak hal yang belum kau pahami.""Bukannya kita sudah berjanji akan terbuka satu sama lain? Kau cukup bercerita saja padaku," kata B
"Aku takkan menyerah Sampai di sini, James. Aku takkan memberikan apa yang seharusnya menjadi milikku begitu saja pada orang lain. Dari awal kau milikku, dan begitu seterusnya," ujar Riyan penuh tekad, saat ini dia tengah berada di pintu keluar rumah James. Sebuah koper besar berada di tangannya, menandakan pria tampan tapi lembut itu akan pergi."Untuk saat ini, ikuti apa kataku, aku ingin Bulan dalam keadaan nyaman, dia tidak boleh berpikir berat, aku harap kau mengerti, aku tau selama ini hanya kau yang paling memahamiku.""Aku melakukan apa saja untuk dirimu, James. Apa saja, tapi kali ini, ini terakhir kali aku mengalah, aku tak mau menjadi pihak yang teraniaya lagi. Aku ingin, semua berakhir dengan cepat seperti kesepakatan kita, kau masih ingat kan, James? Bahwa kau tak akan selamanya bersama Bulan. Aku tau kau takkan mengingkari janji."James menghembuskan nafas berat."Aku tak lupa itu.""Aku yakin kau takkan mengkhianatimu, James.""Yah." James mengangguk."Aku pergi,""Oke.
"Hai, pasti suaminya Bulan, masih ingat aku? Yang menyanyi saat pesta kalian?""Oh, maaf aku lupa. Silahkan masuk!" James menepi, memberi jalan pada pria tampan yang memiliki tinggi yang sama dengannya. Jujur, pria itu laki-laki yang sempurna secara fisik. Khas pria Asia, kulitnya sawo matang dengan otot yang terlatih. Alisnya tebal dan rambutnya dipotong cepak, khas gaya militer. Pria itu langsung mendapat sambutan hangat, tak pernah James melihat Bulan seceria ini."Hai, aku senang kau datang lebih awal. Aku tak menyangka kau menepati janjimu untuk mampir, oh ya, ini James suamiku, kau pasti masih ingat, kan?""Tentu saja aku masih ingat, aku begitu penasaran dengan siapa pria yang berhasil merebut hati wanitaku," jawab Dimas dengan kelakar, dia berniat bercanda, tapi James masih mempertahankan wajah dinginnya. Baginya tak ada yang Lucu, oh apa itu tadi? Wanitaku? James tersenyum geli dalam hati. Pria ini terlalu berani mencari masalah. Masalah? Tiba-tiba James tak mengerti dengan p
Tujuh tahun kemudianBulan kerepotan di dapur menggendong anak keduanya yang tak mau ditaruh. Anak pertamanya yang berusia lima tahun, sedang mempersiapkan dirinya untuk ke sekolah. Ini hari pertama baginya, dia begitu antusias saat mengetahui akan bertemu teman-teman baru."Menyisir rambut itu, bukan begitu caranya," kata James pada putranya. Anak laki-laki itu amat mirip dengan Bulan. Sedangkan anak kedua mereka yang berusia satu tahun berjenis kelamin perempuan dan tak mau lepas dari gendongan Bulan malah mirip dengan James."Apakah masih lama, James? Aku tak bisa bekerja sambil menggendong anak," seru Bulan dari arah dapur."Sebentar," sahut James bergegas merapikan dasi putranya.Dia mengambil gadis kecil itu dari gendongan Bulan, sedangkan Bulan dengan cekatan meletakkan beberapa porsi nasi goreng di atas meja makan.James sudah rapi dengan stelan jasnya, sejak dia sembuh, dia sudah mulai bekerja di perusahaan keluarganya, sedangkan Bulan membuka toko kue yang tak jauh dari ruma
Setiap orang memiliki impian yang berbeda-beda. Semua pasti memiliki alasan kenapa mereka menginginkan sesuatu untuk hidup mereka. Salah satunya Riyan, mimpinya adalah James, pria sempurna yang memberinya apa saja. Uang, perhatian, kasih sayang dan masa depan. Baginya, James adalah pria yang sempurna, pria tampan yang membuat laki-laki yang memiliki kecendrungan berbeda sepertinya tergila-gila. James bagaikan air di tengah rasa dahaga, dia memberikan apa pun yang diminta oleh orang yang disayanginya. Riyan telah bermimpi, akan menghabiskan sisa hidupnya dengan James. Namun, semuanya gagal karena wanita itu.Saat James berpaling, dia sangat marah, dia lebih memilih melenyapkan James dari pada melihatnya jatuh ke tangan orang lain. Jika James tak bisa menjadi miliknya, maka orang lain juga sama. "Jawab! Apa kau menyesal telah menganiayanya?" tanya papa James geram, dalam kurun waktu dua puluh empat jam, Riyan berhasil ditangkap, saat dia mencoba melarikan diri ke luar kota. Papa James
Dia berusaha membuka matanya, mengabaikan rasa sakit di segala sendi tubuhnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit bewarna putih, kemudian bau obat yang sangat menyengat. Serta suara derap langkah yang tak begitu jauh."Syukurlah, kamu sudah sadar."Sebuah suara menyentak James. James berusaha mengingat, bagaimana sulitnya dia menyeret kakinya ke jalan raya, saat dia hampir saja sampai dia malah terguling dan tak sadarkan diri. James pikir, dia sudah mati.James melirik suara yang berasal di sampingnya. Seorang wanita muda berusia kira-kira pertengahan dua puluhan, melepaskan nafas lega. Dia memakai baju kaus bewarna putih dan celana jins panjang, rambutnya sebahu dan berkulit hitam manis."Aku Jane, aku yang menemukanmu tergeletak di jalan raya, dan aku langsung membawamu ke sini. Tunggu, aku panggilkan dokter dulu." Wanita itu bangkit.James berpikir, orang tuanya dan Bulan harus tau bahwa dia masih hidup. Bulan, Bulan istrinya, apa kabar wanita itu saat ini? Dia telah
James pura-pura tidur saat derap langkah semakin mendekat ke pintu baja itu. Derap langkah yang sudah dihafalnya di luar kepala. Ini entah pagi ke berapa, entah hari apa, dia sama sekali tidak tau, yang dia tau, jika terus berada di sini, sebentar lagi dia akan menjadi mayat.Dia tau, ini jadwal makannya. Setelah tiga hari, baru dia diperbolehkan memakan nasi. Sebuah siksaan yang lebih berat daripada pukulan, adalah menahan lapar, sangat mengerikan melawan bunyi perut yang terus saja minta diisi. Dia sudah hafal betul, apa saja rentetan kegiatan yang akan dilakukan Riyan padanya. Memaksa makan, memberi suntikan, dan meminta maaf. Jika James menolak, pria itu akan meradang dan murka. Riyan adalah sosok yang sangat tak masuk akal, berulangkali dia mengatakan bahwa dia mencintainya, tapi dia malah memperlakukannya bagaikan Sandra dan dibunuh perlahan-lahan. James sudah merenung selama satu malam, mungkin dia perlu merubah taktik, membangkang pada Riyan takkan pernah membuatnya berhasil
"Ayo, Bulan! Makanlah!" kata mamanya berusaha menyentak lamunan Bulan. Wanita cantik yang telah kurus itu menggeleng. Dia seperti mayat yang tak memiliki semangat hidup. Tatapannya kosong, dia bahkan tak bicara selama beberapa hari, mamanya hanya bisa menahan tangis, dan memohon doa pada sang Kuasa agar putri satu-satunya itu kembali seperti semula.Banyak hal yang terjadi dalam beberapa bulan ini, tapi semuanya kejadian yang menyedihkan. Bulan tak mau dirawat di rumah sakit karena James tak kunjung datang. Padahal dia masih dalam masa pengobatan, penyakit Anemia aplastik yang dideritanya cukup parah.Sejak tak kembalinya James, Bulan seakan kehilangan gairah hidup. Dia menghabiskan waktu hanya merenung dan menangis.Orangtua mana yang takkan terenyuh dengan kondisi anaknya yang seperti itu, Bulan anak satu-satunya yang diharapkan, dia tak punya saudara. Selama ini mamanya berusaha untuk tegar dan tak mengeluarkan air mata di dekat Bulan. Tapi, saat malam menjelang, mamanya menangis s
Bulan menatap ke pintu keluar ruangan perawatan dengan pandangan menunggu. Beberapa kali ada yang masuk dari sana, mulai dari Dokter, Perawat, orangtuanya serta orangtua James. Tapi, satu orang yang ditunggunya tak kunjung datang, bahkan telah berlalu beberapa jam setelah pria itu pergi dengan wajah marah.Bulan tau dia lemah, selain suka mengambil kesimpulan sendiri, dia juga cepat terpengaruh dengan ucapan orang lain. Termasuk ucapan Riyan yang mengatakan bahwa James hanya kasihan, kasihan padanya yang sekarat. Jika dia tau James akan memberikan reaksi seperti ini, Bulan lebih memilih bungkam dan tak menceritakan tentang kedatangan Riyan.Bulan ingin sehat, pasti, seperti janji James padanya, bahwa mereka akan melanjutkan pernikahan dan memiliki banyak anak. Sebuah janji yang sangat manis dan indah, tak ada yang lebih menggembirakan selain bisa menghabiskan hidup dengan orang yang kita cintai.Pintu terbuka sekali lagi, Bulan berharap Jameslah yang datang, tapi ternyata tidak. Wajah
Bulan sedikit kaget siapa yang datang saat ini, Riyan. Pria yang selama ini menjadi mantan kekasih suaminya itu membawa sekeranjang buah-buahan dan seikat bunga. Riyan memaksakan senyumnya yang bagi Bulan terkesan mengancam, bukan senyum tulus layaknya senyuman orang lain yang memberinya semangat untuk sembuh.Mata Bulan menyisir keberadaan James, tapi suaminya itu tak menampakkan diri, padahal beberapa menit yang lalu James masih bersamanya."Kamu terlihat aneh dengan bintik-bintik merah di wajahmu," katanya sinis. Bulan berusaha menahan diri, memang, alergi setelah transfusi darah masih berlangsung, walaupun Dokter telah memberikan obat anti gatal, benjolan kecil-kecil itu terus tumbuh di kulitnya.Bulan bisa melihat tatapan mengejek itu, seolah Riyan mengatakan dia begitu jelek."Benjolan ini akan hilang, saat tubuhku bisa menyesuaikan diri dengan darah yang baru ditranfusi."Riyan tersenyum remeh, bahkan dia menaikkan dagunya angkuh, Bulan hanya tersenyum dalam hati, bagaimana bis
James memacu mobilnya membelah jalan raya, jalanan Ibu kota lancar karena malam telah larut. Tapi tetap saja kota besar yang tak pernah tidur itu gemerlap dengan lampu-lampu warna warni di gedungnya. Selama ini James menganggap dia adalah gay tulen yang takkan pernah tertarik pada wanita, karena selama ini makhluk sejenis itu tak pernah berhasil membuatnya menoleh. Namun, semua terasa berbeda, seiring berjalannya waktu, perhatian dan kesabaran Bulan berhasil membuatnya kembali berjalan di jalan yang benar. Bagi James, tak ada pencapaian yang lebih berharga dibanding itu. Dia menjadi normal kembali dalam waktu yang cepat.Memutuskan Riyan adalah langkah terbaik yang harus dilakukannya. Tak ada lagi Riyan di hati James, dunianya telah berpusat pada Bulan, dia tak ingin membuat Riyan semakin terluka dengan memberinya harapan palsu. Jika James bertahan dengan alasan kasihan, Riyan akan semakin terluka.Setiba di rumah sakit, James mendapati Bulan tengah membuka matanya, dia terlihat gusa
"Nyonya Bulan menderita anemia aplastik," kata Dokter itu dengan wajah tenang.Bulan dan James saling pandang. James berusaha menguasai diri, sedangkan Bulan tampak syok."A ... Apa itu, anemia aplastik?" tanya Bulan gemetar.Dokter membuka kacamatanya. Lalu memandang Bulan serius."Sebuah penyakit langka, akibat kelainan pada Sum sum tulang, sehingga organ itu tak menghasilkan cukup sel darah merah, sel darah putih, trombosit, atau sekaligus ketiganya.""Apa ... Apakah berbahaya?" tanya Bulan, air mata telah menganak di pelupuk matanya. James memegang bahunya, berusaha menenangkan."Akan sangat berbahaya jika jumlah darah berkurang sangat banyak, dan tidak mendapatkan pengobatan.""James?" Bulan memandang James dengan panik. James berusaha menenangkan."Jenis anemia aplastik yang diderita Nyonya Bulan adalah Acquired aplastic Anemia. Yaitu terjadi setelah seseorang lahir, dan bukan diturunkan oleh orang tua. Tidak diketahui penyebabnya dengan pasti, tapi sebagian teori menunjukkan, b