"Bu, aku berangkat sekolah dulu.""Iya, pelan-pelan di jalan ya.""Oke!".......Saat sampai di lantai bawah, langit baru saja mulai terang, beberapa awan merah menyala di sebelah timur sangat indah, warna merah yang cerah terlihat sangat mencolok di langit yang gelap."Jessie, lihat, awan-awan itu sangat indah!" Ethan menunjuk ke arah awan yang menyala dan berkata dengan gembira.Jessie mendorong sepedanya keluar, melihat ke atas, dan kagum dengan awan ini.Sangat indah."Seandainya saja aku punya hp untuk memfotonya!" Ethan meratap."Kamu pikir apa sih, hanya kamera yang bisa mengambil foto, mana ada hp bisa mengambil foto? Apa kamu sedang sakit pikiran?" ejek Jessie.Ethan kaget. Memang benar hp saat ini tidak bisa mengambil foto."Hei, hei, mungkin saja akan ada hp seperti ini di masa depan?" Ethan tertawa."Siapa yang tahu? Ngomong-ngomong, ini sarapanmu. Jangan lupa, ini yang di sebelah kiri."Dia menunjuk ke sisi kiri keranjang depan sepeda.Karena keduanya adalah tempat makan
Surat tantangan yang ditulis oleh seorang pria bernama Renaldi Soit di Kelas 3B memperingatkan dia untuk menjauh dari Jessie dan membuat janji untuk bertemu di belakang sekolah sepulang sekolah pada sore hari untuk pertarungan.Renaldi Soit?Ethan masih ingat orang ini, dia adalah wakil olahraga kelas 3B, berpostur tinggi dan besar, dan termasuk salah satu pengagum Jessie yang paling fanatik.Dia telah ditolak oleh Jessie tujuh atau delapan kali, tapi dia tetap bertahan dan menolak untuk melepaskannya.Ethan memikirkan tubuh lawannya yang seperti monster, dan kemudian menatap tubuh kurusnya sendiri.Duel? Itu hanya permainan anak-anak, saya tidak tertarik.Ini bukannya penakut, huh, baiklah, sebenarnya tidak apa-apa sekali-kali menjadi penakut dalam hidup."Ethan, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus melawan?" Tian menggulung lengan bajunya, dengan sikap siap untuk bertarung."Bodoh, sudah hampir ujian masuk perguruan tinggi, kalau terlibat perkelahian dan dicatat sebagai pe
Berdua, masing-masing membawa sendok, memakan bubur dari tempat makan yang sama. "Ethan, kamu menyendok terlalu banyak, sisakan sedikit untukku!"“Itu karena kamu makannya lambat, jangan salahkan aku!”"Sialan, dasar mulut besar!""Hmph, dasar mulut kecil!"Adegan ini membuat siswa lain di kelas itu tercengang."Ya Tuhan, si cantik Jessie bahkan makan di tempat makan yang sama dengan Ethan!""Astaga ...... mereka sudah sedekat ini? Mungkinkah ...... tidak!""Apakah mereka sudah berpacaran?! Sial! Ini masalah besar!""Oooh~ Jessie jangan seperti ini, aku akan membelikannya untukmu!""Ya Tuhan, hatiku hancur! Sial!"Di kelas, semua orang sedang berbicara dengan berbagai pendapat.Sementara itu, Tian yang berada di sampingnya juga terkejut sampai mulutnya terbuka lebar.Wow, hebat sekali si Ethan!Cara-caranya memang luar biasa!Apakah gadis tercantik di sekolah, Jessie Manengkey, telah jatuh cinta?Teman satu meja Jessie, Cantika Jakob memandang mereka berdua dan tidak bisa menahan sen
"Oke, jika kamu berani, sampai jumpa di pintu belakang sepulang sekolah!" Renaldi memelototinya dengan tajam."Renaldi, apa yang ingin kamu lakukan? Ini adalah sekolah!" Jessie menyadari sesuatu yang tidak beres, berdiri dan memarahi.Renaldi dengan cepat mengubah senyumannya dan berkata kepada Jessie, "Hei, Jessie, jangan khawatir. Ini hanya urusan antara pria."Bel berbunyi sebagai tanda persiapan untuk masuk kelas.“Jessie, aku akan kembali dulu.” Renaldi berbalik dan pergi, tapi setelah berjalan ke pintu, dia berbalik dan menatap Ethan dengan senyum sinis.Ethan, tunggu sampai aku pulang sekolah, aku akan menghajarmu dengan baik!Lihat saja nanti!Ketika Ethan melihat tatapannya itu, dia juga tidak menunjukkan kelemahan sama sekali dan melotot balik.Setelah mereka pergi, Jessie berkata dengan marah: "Ethan, jangan takut. Ikutlah denganku sepulang sekolah. Aku akan melindungimu. Percayalah dia tidak akan berani menyentuhmu sedikit pun."Bagaimana Ethan bisa membiarkan dia terlibat
Setelah mendengar apa yang mereka katakan, Renaldi merasa lebih percaya diri, "Tentu saja, apapun yang terjadi, aku akan terus mengejar Jessie!"Tiba-tiba, di lapangan, dia melihat Ethan berjalan ke samping Jessie, tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang itu.Seketika Jessie tiba-tiba mencoba memukulnya, Ethan berbalik dan melarikan diri, dan mereka berdua kejar-kejaran dan bermain-main di sekitar lapangan.Wajah Renaldi seketika menjadi gelap ketika melihat pemandangan ini."Sial, bocah itu, si Ethan, masih saja mengganggu Jessie!""Heri, ingatlah untuk mengawasinya sepulang sekolah. Jangan biarkan dia kabur!""Aku akan memberinya pelajaran!"Pemuda kurus bernama Heri itu berbisik, "Tidak masalah, Kak Renaldi. Aku akan menanganinya, setelah pulang sekolah aku akan menghadangnya!"Renaldi mendengus dingin, "Bocah itu, Ethan, tidak punya mata, maka aku akan membiarkannya membuka matanya!"Setelah selesai bicara, ia menggosok-gosokkan tinjunya yang besar dengan garang, m
Jessie menggosok kepalan tangannya yang kecil, dan berkata: "Jangan melawan, jangan meronta, rasa sakitnya akan segera berlalu, hehe ......" Ethan merasa ngeri melihatnya. Saat ini, hanya ada satu pikiran di benaknya. Lari! Lari dengan cepat! Dia berbalik dan lari tanpa berpikir. “Jangan lari! Berhenti!” Jessie berteriak keras dan mengejarnya. Keduanya memulai babak baru lagi dalam pengejaran dan pelarian mereka berdua, dan adegan ini menarik perhatian teman sekelas dari dua kelas. Cantika berada di samping lapangan, menatap dua orang yang sedang bermain-main, tersenyum baper, lalu berkata kepada Tian di sebelahnya, "Apakah menurutmu mereka berdua adalah sepasang musuh?" "Hehe, ya, benar-benar cocok sekali!" kata Tian sambil tersenyum konyol. Cantika tampak iri dan berkata dengan emosi. "Ya, aku sangat iri pada mereka... Hubungan seperti ini, sungguh menyenangkan." Tian tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata dengan cepat: "Hei, aku harus pergi! Hampir saja aku lupa urusan p
Bagaimana mungkin kita melewatkan sesuatu yang begitu menarik seperti ini?"Renaldi sudah keluar!" Seseorang berseru, dan kerumunan orang menoleh untuk melihatnya.Di pintu belakang sekolah, Renaldi, dengan alis tebal dan mata besar, berjalan keluar, tapi dia memegangi perutnya dan wajahnya mengeluarkan ekspresi sedikit jelek.“Renaldi, Kak Renaldi, kamu kenapa?” Pemuda di sebelahnya bertanya dengan kaget, melihat ada yang tidak beres dengan dirinya."Ah, jangan bicara lagi, aku juga tidak tahu aku salah makan apa, setelah selesai pelajaran tiba-tiba aku mengalami diare!""Sungguh sial sekali!" Renaldi memiliki ekspresi tertekan di wajahnya.Dia tiba-tiba merasakan keinginan untuk muncrat saat kelas tadi, dan dia menunggu sampai kelas selesai sebelum berlari ke toilet.Seperti yang diprediksinya, dia mengalami diare...Dia mengalami diare hingga kakinya menjadi mati rasa, namun demi memberi pelajaran pada Ethan, dia tetap menahan rasa ingin buang air besar yang belum selesai, dan berg
Semua orang terkejut ketika Renaldi terlempar di tempat!Sejenak, semua orang di tempat itu terdiam!Semua orang tercengang!Pada saat itu, puluhan orang di tempat itu terdiam.Penonton menatapnya dengan pandangan heran yang aneh.Heri membuka mulutnya dan kemudian menutup hidungnya.Re- Renaldi memuntahkan kotoran!Dia memuntahkan kotoran di depan begitu banyak orang!Ya Tuhan!Renaldi berdiri membeku di tempat, dengan ekspresi kosong.Dia bisa merasakan cairan panas mengalir dari pantatnya ke betisnya, membuat kedua kakinya basah...“Ihw, kamu… sepertinya diare!” Ethan berpura-pura sangat terkejut dan berteriak.Kepala Renaldi berdengung.Kalimat ini menghantam kepalanya seperti sambaran petir.Dia memandang Ethan, yang memegangi hidungnya, dan kemudian berbalik untuk melihat lusinan teman sekelas yang mengelilinginya.Ada tatapan jijik, tatapan mengejek, dan ada juga yang sudah menahan tawa geli.Pada saat berikutnya, kerumunan di tempat itu mulai ribut, semuanya mundur beberapa me
"Baiklah, sudah selesai, Ethan bau. Sekarang keluar dari sini dan pergi tidur." Jessie meletakkan gunting kukunya lalu menepuk kedua tangan. "Sudah selesai?" Ethan enggan berpisah dengannya.Dia merasa sangat senang saat kedua tangan kecil Jessie yang lembut menyentuh kulitnya. Sayangnya, waktu berlalu dengan sangat cepat. "Kau mau apa lagi? Kau ini sangat lambat!" Nada bicara Jessie terdengar kesal. "Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu. Tapi bisakah kau menolongku?" Ethan menatapnya dengan tatapan memelas. "Oke,""Kau ini memang baik sekali!" Jessie membantunya berdiri dari tempat tidur. Ethan bangkit dan sedikit oleng, bahkan sampai harus memeluk erat Jessie supaya tidak jatuh. Dia seolah dibuat melayang ke surga begitu aroma tubuh Jessie menyeruak memenuhi indra penciumannya. Aroma yang sangat unik dan menyegarkan. Jessie wangi sekali!"Berdiri yang benar, aku tidak bisa terus menahan tubuhmu!" Jessie tersipu malu, dia mengembungkan pipinya, berpura-pura marah. Entah k
"Ah, sakit, sakit!" Ethan berteriak kesakitan. "Jessie, apa yang kau lakukan!" Jessie mendonggak dan menatap Ethan dengan ekspresi wajah datar, "Aku ini sedang mengoleskan salep, jadi pasti akan terasa sedikit sakit." "Sabar dulu kalau mau cepat sembuh." "Sudah besar masih saja cengeng." Ethan terdiam mendengarnya. "Enak saja kalau bicara. Kau sendiri juga menjerit kesakitan waktu aku mengobati lukamu, kan?" Jessie memelototinya lagi dan bertanya, "Benarkah? Apakah aku sampai menjerit? Bohong!" "Hmph, tentu saja benar. Aku masih ingat, saat kau kelas dua SMP kau jatuh dari tangga. Haha!" Ethan teringat kejadian saat Jessie jatuh berguling menuruni tangga, bahkan sampai terkena kotoran kucing. Apalagi posisi jatuhnya sangat lucu. Ethan tak akan melupakannya seumur hidup. Wajah Jessie terlihat menahan malu. Dia lalu mendengus dan makin menekan kaki Ethan. Raut wajah Ethan langsung berubah! "Aduh!" Jeritan kesakitan pun langsung menggema. Di ruang tamu di luar pintu, Hendra
"Loh, aku kan belum menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukmu," ucap Ethan yang terkejut. "Ethan, aku sudah terlalu sering mendengarmu bernyanyi, jadi kenapa aku harus mendengarnya lagi?" balas Jessie sambil mengalihkan pandangan dari Ethan. "Tapi kan ...." Ethan hanya bisa tersenyum tak berdaya. Dulu dia memang tidak punya bakat menyanyi, tapi dia belajar musik sebagai mata kuliah pilihan. Bahkan meski sudah lulus, dia tetap mendaftar kursus menyanyi. Jadi seharusnya kemampuan bernyanyinya lumayan bagus. Ah, mungkin Jessie belum beruntung untuk bisa mendengar suara merduku.Jessie memotong dan membagikan kuenya pada yang lebih tua terlebih dahulu. Kemudian baru memberikannya pada Ethan, sementara dia sendiri hanya memakannya sedikit. "Kenapa hanya makan sedikit?" tanya Ethan. "Kalori kuenya terlalu tinggi, aku takut gemuk. Kau saja makan yang banyak." Jessie menjawab dengan santai."Benar juga. Kau kan pendek, kalau makan banyak pasti terlihat gemuk. Bukankah kau harus diet
"Ethan, akhirnya kau datang juga. Kebetulan sekarang sudah saatnya makan!" ujar Jessie seraya tersenyum. "Aku lapar sekali, aku mau makan dua porsi malam ini!" balas Ethan sambil tersenyum. Begitu memasuki rumah Jessie, Ethan pun melihat ibunya dan ibu Jessie sedang sibuk memasak di dapur, sementara ayahnya dan ayah Jessie mengobrol di ruang tamu. Tapi entah apa yang dua orang itu bicarakan. "Anakku sudah pulang rupanya. Ayo, sini." panggil Jerry seraya melambaikan tangan. "Memangnya ada apa, Yah?" tanya Ethan seraya berjalan menghampiri. "Aku dengar dari Jessie kalau hasil tesmu sudah keluar, dan kau termasuk dalam sepuluh besar di kelas. Apa benar begitu?" tanya Jerry. "Ya, hasil tesku memang cukup baik. Tapi aku masih harus meningkatkan nilaiku dalam pelajaran Fisika, Kimia dan Bahasa," kata Ethan sambil tersenyum. Jerry kemudian bertanya, "Apa kau yakin bisa lulus ujian masuk universitas?" "Kalau bisa lulus, kau akan masuk ke universitas yang bagus." "Nilai Jessie juga lu
Dia sama sekali tak peduli meski si gendut Zaki itu menyuruh Geral untuk memata-matainya. Karena hal ini sama sekali tidak mudah dipelajari hanya dengan melihat. "Siap, siap." Geral lalu berbalik badan untuk mengambilkan barang yang diminta. Ekspresi wajahnya tampak buruk, namun dia berusaha untuk tak terlalu menunjukkannya. Sementara Ethan terlalu malas untuk memedulikannya, dan hanya fokus untuk bekerja. Geral kemudian mengamati cara kerjanya. Namun sama sekali tak berani banyak bertanya karena takut membuat Ethan malah marah. Jika dia mau belajar dari Ethan, maka dia tidak boleh membuat pemuda ini sampai marah. Meskipun tidak suka dengan sikap Ethan, tapi Geral tetap harus bersikap sopan karena statusnya di sini adalah sebagai asisten magang yang akan membantu Ethan. Zaki yang duduk di sudut toko tampak mengulas senyum puas menyaksikan dua orang tersebut. Geral ini merupakan lulusan jurusan komputer dari universitas ternama, jadi pasti orangnya akan cepat belajar, kan? Asa
"Oh, dek Ethan sudah datang rupanya. Sini aku kenalkan padanya!" Zaki menyambut hangat kedatangannya.Namun senyuman itu terasa palsu bagi Ethan. "Wah, Bos Zaki, suasana hatimu sepertinya sedang baik hari ini, apakah kakak iparmu hamil lagi?" Ethan bercanda."Hei, dek Ethan memang pandai bercanda, kita harus menanggapi untuk memiliki lebih sedikit anak, hei, hari ini bukan untuk membicarakan tentang ini!" Zaki bereaksi karena dibawa miring, lalu tertawa: "Ayo, saya akan memperkenalkan Anda, Geral, teman sekelas kakak ipar saya, adalah mahasiswa senior Universitas Ratulangi Provinsi Sulawesi Selatan, baru saja lulus beberapa waktu yang lalu.""Halo Kak Ethan." Sapa Geral sambil membenarkan letak kacamatanya dan tersenyum malu. Bukankah terdengar sedikit memalukan bagi seorang lulusan dari universitas top harus memanggil seorang bocah SMA dengan sebutan kakak? "Hai, biasanya lulusan Universitas Ratulangi ini orangnya pintar-pintar," kata Ethan. Geral pun tampak tersenyum bangga mend
"Kak Ethan, nih makanannya ada di sini!" Mata Jessie berkedip dan berkata, "Aku akan pergi makan camilan dulu!" Dengan cepat dia menyelinap keluar dari bawah lengan Ethan dan berlari mengambil camilan. "Dasar rakus." Ethan menggelengkan kepalanya tersenyum dan mengikuti. Dengan dua puluh ribu, Putra membeli banyak jenis camilan. Jessie makan biskuit, melihat Ethan mengambil sosis, dia juga ingin makan, tetapi hanya ada satu. "Ah, sudah tidak ada sosis? Hanya ada satu?" kata Jessie kecewa. Ethan memberikan sosisnya kepada Jessie. "Gigit pelan saja, hati-hati dengan gigimu." "Tidak akan, aku bukan anak kecil. Aku sudah 18 tahun." "Hehe!" "Hmm, kamu gigit saja ini! Kenapa, tidak senang? Masih ingin membantahku?" "Baiklah, ini untukmu saja." Ethan menyerah dan hanya bisa memberi sosis itu kepadanya. Jessie takut Ethan akan merebutnya lagi dan segera memasukkan sosis ke dalam mulutnya. "Haha! Sekarang semua penuh air liurku. Kamu tidak bisa makan lagi!" Dia tertawa bangga dan
Dia telah memikirkannya selama beberapa tahun, tetapi dia juga tahu bahwa kondisi keuangan keluarganya tidak seberapa. Komputer adalah barang mewah bagi keluarganya. Oleh karena itu, setiap kali dia mendengar beberapa teman sekelas dari keluarga berada membahas tentang komputer, Facebook dan permainan di sekolah, dia sangat iri. Hanya bisa diam-diam iri. Ketika dia melihat begitu banyak komputer menumpuk di sini, meskipun semuanya tampak tua, matanya sulit melepaskan pandangan sehingga sulit untuk mengendalikan rasa gembira. Walaupun komputer bekas, satu unit setidaknya seharga delapan sampai sepuluh juta, itu juga sudah cukup mahal. "Saat ini, hanya dua yang sudah diperbaiki, dan yang lainnya belum diperbaiki." Ethan tersenyum dan pergi menepuk komputer di atas meja kerja. "Komputer ini adalah hadiah ulang tahunmu." Jessie tertegun selama tiga detik ketika mendengarnya. "Hah? Apa? Untuk hadiah ulang tahunku?" "Ethan, apa kamu serius?" "Benarkah?" Jessie dengan bersemangat m
Ethan membawa Jessie ke tokonya. "Tempat apa ini?" Jessie mendongak ke pintu toko yang dibangun oleh Ethan dengan ragu. "Markas karierku, masuklah." Ethan tersenyum dan membuka pintu untuk masuk. "Kak Ethan!" Putra melihat Ethan, meletakkan palu di tangannya, dan bangkit menyambutnya. "Putra, apa kamu tidak beristirahat di akhir pekan?" Ethan melihat pakaiannya penuh debu, dan matanya sedikit merah. Dia tampak sangat lelah. "Aku tidak lelah. Aku tidak perlu istirahat. Aku ingin menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," Ucap Putra dengan suara serak."Tetap saja kamu perlu istirahat. Kamu terus-terusan begini, pekerjaan belum selesai, lalu jatuh sakit." "Jangan kerja lagi. Tugasmu hari ini hanya satu, istirahat dengan baik. Jika aku melihat kamu bekerja lagi, gaji kamu akan dipotong." Kata Ethan dengan wajah datar. Hati Putra menghangat dan dia mengembuskan napas, "Baik, kak Ethan, aku paham." Dia tiba-tiba melihat seorang gadis cantik berdiri di belakang Ethan, bertemperamen