Home / Romansa / LUKA TAK BERDARAH / 38. KEBERSAMAAN DENGAN SAHABAT : PERPISAHAN

Share

38. KEBERSAMAAN DENGAN SAHABAT : PERPISAHAN

Author: Eguh Setiawan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Nuansa sejuk restaurant “Maharani Putri” cabang Kota Kumbang 2 dengan udara segar khas pedesaan, terlihat pula pemandangan indah terasering persawahan. Membuat keluarga besar Hendra dan keluarga H. Mansur merasa nyaman dan juga ingin berlama-lama di Saung Gazebo Bambu halaman belakang restaurant “Maharani Putri” cabang Kota Kumbang 2.

Momen-momen indah kebersamaan Eguh dengan Cindy tinggal menunggu waktu untuk memisahkan mereka berdua dalam kebahagiaan hari ulang tahun Cindy yang ke-16. Sebelum momen perpisahaan terjadi, bibinya Eguh memberikan sebuah kotak di bungkus kertas kado pada Eguh yang awalnya akan diberikan pada pacarnya Eguh. Agar diberikannya pada Cindy sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-16.

“Guh, ini berikan ke Cindy. Sebagai kado spesial kamu di hari ulang tahun Cindy yang ke-16,” pinta sang bibi, sambil memberikan sebuah kotak yang di bungkus kertas kado.

“Katanya mau dijual lagi sama Bibi?” kata Eguh yang sedikit heran dengan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • LUKA TAK BERDARAH   39. PART DUA PULUH

    Pagi indah, terlihat senyum manis dari seorang gadis cantik berkacamata dengan jilbab membungkus mahkota indahnya, yang sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah dengan teman-teman sekamar yang satu sekolahan. “Wah, makin semangat aja ni yang baru ulang tahun?” goda kak Sukma yang sudah siap berangkat. “Iya ni, ayo kapan dirayainnya?” sambung kak Icha yang masih merapikan baju seragamnya. “Beres, nanti sore kita makan-makan masakan bibi dapur asrama seperti biasa. Hihihi …,” timpal Cindy ngerjain teman-teman sekamarnya. “Ah, nggak asik,” protes kak Putri. “Iya ni, nggak asik banget. Masak ulang tahun makan-makan masakan bibi dapur asrama,” ucap Senja nyeletuk. “Betul … betul … betul …,” sahut semua teman Cindy yang berada di dalam kamar. Cindy yang mendengar protes dari teman-teman sekamarnya hanya menanggapinya dengan senyuman. Sebenarnya tadi setelah shalat Subuh berjamaah Cindy menyempatkan diri untu

  • LUKA TAK BERDARAH   40. PART DUA PULUH SATU

    Siang hari menjelang sore di Asrama putri pondok utama Pondok Pesantren “Darul Hikam”. Langkah kaki Cindy berjalan menuju ke arah pintu dapur asrama pondok utama, dan diikuti oleh keempat temannya yang mengekor di belakangnya. Setelah Cindy mengetok pintu dapur dan berucap salam, Cindy pun membuka pintu dapur lalu menghampiri sang bibi dapur asrama. “Maaf Bi, apa sudah selesai pesanan saya?” tanya Cindy saat sudah berada di depan sang bibi dapur asrama. “Sudah beres dan tinggal dibawa, Neng. Semua pesanan neng Cindy sudah saya siapkan di ruang tengah. Maaf Neng, tadi bu Nyai berpesan kalo neng Cindy datang disuruh menemui beliau,” jelas sang bibi dapur asrama. Lalu Cindy dan keempat temannya berjalan ke ruang tengah ndalem Kyai H. Ali. Saat mereka berlima sudah di ruang tengah ndalem Kyai H. Ali, ternyata di ruang tengah sudah ada : 1 nasi tumpeng untuk 10 orang, 2 baskom plastik besar nasi uduk, 2 nampan plastik besar ayam bakar, 1 baskom plastik sed

  • LUKA TAK BERDARAH   41. PART DUA PULUH DUA

    Siang hari yang cerah di SMA Negeri 1 Kota Kumbang. Hari Senin ini terlihat suasana yang berbeda di SMA Negeri 1 Kota Kumbang. Karena hari Senin ini di sekolah Eguh sedang ada kegiatan pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS baru. Selesai mengikuti pencoblosan pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS, Eguh mengajak Indah untuk makan dan minum di kantin sekolah sambil menunggu pencoblosan pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS selesai. Eguh dan Cindy berjalan sambil bergandengan tangan mesra meninggalkan tempat pencoblosan pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS. Mereka berjalan menuju ke kantin sekolah. Setelah sampai di kantin sekolah, barulah mereka berdua memesan makan dan minum serta cemilan. Saat pelayan kantin menghampiri mereka berdua. “Mas, Mbak, mau pesan apa ni?” tanya sang pelayan kantin, sambil memberikan daftar menu. “Yang, mau pesan apa ni?” kata Eguh yang duduk di samping kekasihnya Indah, sambil memberikan daftar menu. “Apa ya Yang,” timpa

  • LUKA TAK BERDARAH   42. SEUSAI UJIAN SEMESTER

    Setelah 6 hari berkutat dengan soal-soal ujian semester, akhirnya Eguh kembali bisa bernafas dengan lega. ‘Alhamdulillah, selesai juga ujian semester ganjilku hari terakhir. Selama 6 hari otak ini aku gunakan untuk belajar dan berkutat dengan soal-soal ujian semester. Membuat otak ini jadi lelah dan juga pening, kayaknya butuh refresing ini otak. Tapi liburan sekolah masih lama, masih kurang dua minggu lagi. Gimana terus ini enaknya? Ah, mending pacaran aja kali. Hehehe …,’ gumam Eguh dalam hati. *** Selesai ujian semester hari terakhir, Eguh memilih untuk langsung pergi pulang sambil sebelumnya berpamitan pada kekasihnya. “Yang, aku pulang dulu ya,” ucap Eguh, lalu beranjak pergi meninggalkan kekasihnya yang sedang duduk nongkrong di kantin sekolah bareng ketiga sahabatnya. “Iya Sayangku,” balas Indah tersenyum. “Tumben bos udah mau pulang aja,” tanya Erna penasaran. “Otakku butuh ketenan

  • LUKA TAK BERDARAH   43. SEBUAH MIMPI

    Dua minggu berlalu … Akhirnya hari yang Eguh tunggu-tunggu datang juga. Hari dimana untuk pertama kali Eguh sebagai siswa SMA akan menerima raport semesternya. Ada perasaan dag dig dug di hati Eguh, takut bila di raportnya ada nilai merah. “Pagi-pagi kok udah murung aja ni wajah keponakan bibi?” tanya sang bibi penasaran melihat wajah keponakannya tidak seperti biasanya, saat mereka semua sudah berada di meja makan untuk menikmati sarapan pagi bersama. “Hehehe …, takut raport Eguh ada merahnya Bik. Jadi, dari kemarin Eguh kepikiran terus,” jawab Eguh tersenyum lesu, sambil sesekali menyantap sarapan paginya. “Aduh, kenapa ni tiba-tiba keponakan paman jadi tidak percaya diri begini?” goda sang paman. “Iya ni, masak keponakan bibi yang pinternya kebangetan ini jadi tidak percaya diri begini sama usahanya selama 6 hari ini,” tambah sang bibi. “Hehehe …,” hanya tawa pelan yang keluar dari mulut Eguh. “Oh iya, nanti yang mau ambil r

  • LUKA TAK BERDARAH   44. PULANG KAMPUNG

    Pagi hari yang indah di Asrama putri pondok utama Pondok Pesantren “Darul Hikam”. Ada yang berbeda di hari ini, suasana di Asrama putri pondok utama terlihat sudah mulai sepi dan hanya ada beberapa santri putri yang masih tinggal di Asrama putri pondok utama. Kebanyakan para santri sudah pulang kampung, dikarenakan dua minggu ke depan sudah liburan semester. Beberapa santri putri yang tidak pulang kampung, kebanyakan berasal dari luar daerah yang jauh. Termasuk beberapa teman sekamar Cindy sudah pulang kampung, dan hanya tinggal Cindy dengan kak Sukma yang rencananya akan pulang kampung hari ini. “Jadi pulang hari ini, Dek?” tanya kak Sukma, yang lagi membereskan beberapa pakaian kotor ke dalam koper. “Insya Allah, Mbak!” jawab Cindy. “Kalo mbak Sukma sendiri bagaimana?” tanya balik Cindy. “Sama, Dek! Insya Allah pulang hari ini juga, mungkin sekitar jam 9 pagi, pulang naik kereta api,” jawab kak Sukma, yang sudah selesai beres-beres b

  • LUKA TAK BERDARAH   45. PART DUA PULUH TIGA

    Terlihat Cindy begitu sibuk memasukkan barang bawaannya ke dalam bagasi mobil dengan dibantu oleh sopir perusahaan sang abi. Semua barang bawaan Cindy satu persatu dimasukkan ke dalam bagasi mobil, begitu juga dengan barang-barang yang berada di dalam salah satu kamar ndalem Kyai H. Ali tak lupa Cindy bawa pulang. Hingga bagasi mobil penuh dengan barang bawaan Cindy dan juga dengan bangku belakang mobil. Setelah semua barang bawaan Cindy masuk ke dalam mobil dan tidak ada yang tertinggal. Cindy dan kedua orang tuanya pun berpamitan kepada Kyai H. Ali dan Nyai Hj. Nurul. “Kek, Nek, Cindy pamit pulang dulu,” kata Cindy, sambil menyalami dan mencium punggung tangan kanan Kyai H. Ali dan Nyai Hj. Nurul bergantian. “Iya Cu, hati-hati di jalan,” timpal Kyai H. Ali. “Iya Kek, Nek. Terima kasih,” kata Cindy. Lalu dilanjut dengan kedua orang tua Cindy dan juga sang sopir menyalami dan menciup punggung tangan kanan Kyai H. Ali dan Nyai Hj

  • LUKA TAK BERDARAH   46. LIBUR SEMESTER DI KAMPUNG HALAMAN

    Pagi hari yang cerah di hari Senin menjadi awal liburan semester Eguh di kampung halamannya. Udara pagi ini serasa begitu dingin dan di halaman masih terlihat beberapa genangan air sisa hujan kemarin yang terjadi dari siang hingga malam. Terlihat Eguh dan sang ayah sedang mencuci mobil pick up yang kehujanan kemarin. Saat Eguh dan sang ayah sedang sibuk mencuci mobil pick upnya, tiba-tiba datang Cindy dengan mengendarai motor metic. “Assalamu’alaikum,” sapa salam Cindy, sambil memarkirkan motor meticnya. “Wa’alaikumussalam,” jawab Eguh dan sang ayah bersamaan. Lalu melihat ke arah asal suara yang berucap salam. “Eh, duduk di dalam saja Nak. Nanti kalo disini kecipratan air,” kata ayahnya Eguh menyuruh Cindy untuk masuk. “Atau bantuin ibu di dapur nyiapin sarapan,” sambung ayahnya Eguh. Eguh yang melihat kedatangan Cindy, hanya bisa diam memandangi dan mengagumi sosoknya yang semakin cantik dan anggun. “Ya sudah,

Latest chapter

  • LUKA TAK BERDARAH   105. PART LIMA PULUH TUJUH

    Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga

  • LUKA TAK BERDARAH   104. PART LIMA PULUH ENAM

    Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas

  • LUKA TAK BERDARAH   103. BERTEMU SESEORANG (BAGIAN 2)

    Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as

  • LUKA TAK BERDARAH   102. BERTEMU SESEORANG

    Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be

  • LUKA TAK BERDARAH   101. MOVE ON

    Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen

  • LUKA TAK BERDARAH   100. MENCOBA MOVE ON

    Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan

  • LUKA TAK BERDARAH   99. PART LIMA PULUH LIMA

    Malam pun semakin larut dalam hening kesunyian, hanya suara merdu makhluk-makhluk malam menemani. Hati yang galau akibat putus cinta membawa luka namun tak berdarah. Kini diri yang fakir ini, hanya bisa berpasrah pada jalan takdir semesta. Berdamai hati ini dengan kesedihan, merasakan pilu yang mendalam. Hujan tangisnya hati tak bisa terbendung, hanya memberikan luka kegalauan di hati. Bukan sebuah kata putus yang aku tangisi, tapi jatuh cinta padamu yang aku sesali. Tak ada lagi keindahan yang menyisakan cerita cinta kita. Kesedihan akibat kata putus menghadirkan mimpi horor ending percintaan. Sungguh tragis seorang fakir cinta yang hanya memiliki kesederhanaan. Tak punya kemewahan untuk dibanggakan sebagai bukti cinta. ‘Aku tahu cinta yang aku berikan padamu hanya sebuah kesederhanan dari seorang fakir. Karena aku hanya ingin mencintaimu secara sederhana. Tapi kenyataan yang menyakitkan kamu berikan kepadaku. Aku yang hanya

  • LUKA TAK BERDARAH   98. PUTUS (BAGIAN 2)

    Masih di Café “Putri Lembayung”, malam semakin larut suasana café semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Terlihat suasana yang berbeda di meja nomor 21, tempat Eguh dan Indah duduk. Suasana di meja nomer 21 terlihat hening. ‘Bukan kata putus yang bikin aku sedih. Tapi kenapa aku bisa mencintai wanita sepertimu? Mengenalmu ternyata musibah tsunami yang menerjang hati. luka hati namun tak berdarah …,’ gumam Eguh dalam hati. “Kalo sudah tidak ada yang mau diomongin lagi, aku mau balik dulu udah malam. Terima kasih ya buat semuanya,” kata Indah pamit, lalu berdiri dari kursinya. Eguh hanya diam membisu, tidak menjawab ucap pamit dari Indah. Indah yang melihat keadaan sang mantan segera melangkah pergi meninggalkan meja nomor 21. Namun sebelum pergi menjauh… “Tunggu!” teriak Eguh pelan memanggil. Indah yang mendengar panggilan dari Eguh menghentikan langkah kakinya dan berbalik menghadap ke arah sang

  • LUKA TAK BERDARAH   97. PUTUS

    Seminggu sudah berlalu … Seminggu sejak kembali masuk sekolah. dan sudah empat belas hari setelah kejadian waktu itu di warung mie ayam “Bunda”. Indah selalu menghindar dan terus menghindar ketika dia bertemu muka dengan Eguh di sekolah. ‘Tak terasa sudah seminggu lebih sikapnya masih sama padaku. Semakin hari dia selalu menghindar saat kita bertemu. Padahal status kita masih pacaran. Tapi saat ini, nyatanya kita seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal dan dekat. Apakah pintu maaf di hatimu sudah tertutup oleh kebencian? Hufttt …,’ gumam Eguh dalam hati. Apa yang Eguh rasakan saat ini, hatinya dipenuhi kegalauan. Hari-harinya tidak lagi ceria, tak lagi merasakan keindahan cinta. Masalah yang diharapkan bisa cepat selesai, ternyata tak kunjung menemukan titik penyelesaiannya. Hingga pada akhirnya kegalauan membawa Eguh pada titik jenuh dan bosan. ‘Mungkin besok a

DMCA.com Protection Status