Morin hampir menangis terharu saat Darius berbisik di telinganya
“Begini cara kerjanya”
Eh? Cara kerja?
“Jika kau menekan berlian yang berada di bagian atas, dia akan langsung merekam dan rekaman itu akan langsung masuk ke ponselku.” Darius menekan berlian itu untuk memberi contoh.
Rekaman apaan?
“Dan jika kau dalam bahaya. Kau bisa menarik bandulnya seperti ini dan akan ada alarm bahaya yang masuk ke ponselku dan lokasi ter-akurat-mu akan terlihat.” Darius menarik bandulnya hingga terlepas. Dan ponsel darius langsung berbunyi pip pip pip pip
“Awww” ringis Morin saat anting itu ditarik paksa hingga bandulnya lepas.
“Apa kau mengerti?” tanya Darius.
“Mengerti apa?” tanya Morin masih syok. Otaknya sedang mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi?
“Cara kerja alat ini” jawab Darius sembari menunjukkan bandul yang sudah l
deg deg degMorin menutup matanya dan semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Darius. Morin menyentuhkan bibirnya ke bibir Darius. Seakan masih penasaran, dia mengulum pelan bibir bawah pria itu. Lalu dia merasakan pergerakan pria itu, Morin langsung melompat mundur. Untunglah dia melihat omnya mata omnya masih tertutup, dan dia langsung kabur keluar dari ruangan itu dan berlari ke kamarnya, dia takut pria itu nanti terbangun.Begitu Morin keluar dari ruangan itu, Darius membuka matanya, sekarang dia menggosok wajahnya dengan sebelah tangannya. Jantungnya masih berdetak cepat, dia terkejut dengan apa yang dilakukan Morin tadi.Sebenarnya tadi dia hanya bermaksud untuk mengistirahatkan matanya sebentar dan dia menyadari saat Morin mendekat. Dia penasaran apa yang ingin gadis itu lakukan dengan mengendap mendekatinya. Di
Morin tidak membuang waktu. Begitu sambungan telepon dengan ayahnya terputus, dia langsung berselancar di dunia maya. Tentu saja pencariannya berkisar mengenai ciri ciri pria gay, perilaku pria gay, bagaimana membedakan pria gay yang memang berperan sebagai pria dengan pria tulen asli? bagaimana cara menyembuhkan pria gay? bagaimana cara membuat pria gay kembali menyukai wanita? Terapi untuk pria gay, dan seterusnya seterusnya seterusnya…Tanpa terasa waktu terus berjalan hingga cacing di perutnya berdemo, ternyata sekarang sudah jam dua belas siang, dia bahkan melewatkan sarapannya. Sekarang buku catatannya sudah habis berlembar lembar untuknya membuat berbagai skenario cara membuktikan kalau omnya itu belok atau tidak?Karena ini adalah masalah yang sangat krusial untuk masa depannya, Morin berencana untuk ke kantor omnya nanti sore. Dia harus memperhatikan dengan seksama bagaimana omnya berinteraksi dengan stafnya. Karena memang di kantor omnya, terutama di l
Morin tiba di Graph Tower satu jam kemudian. Dari informasi yang diberikan Raymond, perusahaan yang dimiliki keluarga Pak Raphael itu menempati hampir setengah dari gedung Graph Tower ini.Dia memperhatikan interior gedung ini tidak jauh berbeda dengan Volle Tower. Hanya saja Volle Tower lebih mewah dan hanya diisi perusahaan Volle Group.Karena baru makan banyak di tempat Diego, Morin memilih menunggu di sofa yang ada di lobby Graph Tower. Sofa itu tepat menghadap lift, Morin sengaja memilih duduk disana agar bisa langsung mengetahui kalau omnya sudah keluar dari lift. Raymond duduk di sofa yang berada di sisi yang berbeda. Morin sudah memintanya untuk duduk di sofa yang berada di dekatnya, namun pria itu menolak.Morin mengisi waktunya dengan bermain game di ponsel, dia bosan karena obrolannya dengan teman temannya masih seputar Diego. Mereka masih terus merengek agar Morin pulang membawa Diego ke Jakarta, mereka tidak peduli dengan Darius.
Sekarang mereka sudah berada di Harrods, salah satu mall elite yang sudah melegenda di London. Morin menautkan jemarinya dengan jemari Darius yang membuat pria itu berhenti berjalan dan mengernyit tidak suka melihat jemari mereka yang bertautan. Namun suara Morin terlebih dahulu menghentikan segala protes yang akan keluar dari bibir pria itu.“Om sudah janji kemarin, jadi tidak boleh komplain” kata Morin.“Janji apa?” kerutan di kening pria itu semakin dalam.“Om akan jadi sugar daddyku selama kita disini” jawab Morin dengan senyum liciknya. Morin tidak pernah menyembunyikan sifat aslinya dari keluarganya. Seperti sekarang, dia tahu kalau omnya pasti sudah menyadari kalau dirinya sudah diperdaya. Jadi untuk apa dia berpura pura lagi? toh omnya sudah menyetujui permintaannya.“Kau sudah merencanakan ini ya?” kata Darius. Sekarang matanya menatap Morin curiga. Ini adalah perkataan semua orang yang telah dimani
“Kamu!” Darius terperangah. Dia masuk jebakan gadis nakal itu lagi!“Kan janjinya hanya aku tidak akan membeli pakaian semacam itu seumur hidup, berarti aku bisa memakainya asal bukan aku yang beli” Morin memamerkan deretan gigi putihnya tanpa rasa bersalah.Yang ada di pikiran Darius saat ini adalah apakah dia boleh mengubur keponakannya ini hidup hidup? Atau menenggelamkannya di sungai thames? Dia bisa dengan mudah menyeret gadis nakal ini ke sungai thames. Atau mungkin melempar gadis ini dari atap mall ini lebih memuaskan.“Om tidak akan tega padaku” kata Morin menghentikan kesenangan Darius memikirkan apa yang bisa dia perbuat pada gadis licik di depannya ini.“Apa?” jawab Darius ketus.“Aku sudah sering melihat tatapan haus darah itu dan aku tahu om sedang membayangkan cara untuk menyiksa atau membunuhku. Lupakan itu karena om tidak akan tega” kata Morin masih dengan senyum geli
Morin sudah bangun dari jam enam, tidurnya sangat nyenyak semalam. Jam tujuh dia keluar kamarnya dan agak bingung karena tidak menemukan om tercintanya. Biasanya pria itu sudah keluar dari kamarnya dan akan berangkat jam setengah delapan. Morin mengangkat bahunya tidak peduli dan mulai bersenandung kembali. Moodnya masih sangat bagus karena kencan semalam. Paling sebentar lagi omnya keluar dari kamarnya, pikirnya. Dia mulai membuat cokelat panas untuknya dan kopi untuk omnya. Dia mulai membuat sarapan ala kadarnya ala Morin, roti panggang dan telur ceplok. Satu satunya kelemahan Morin sebagai wanita adalah dia tidak bisa memasak. Dia hanya bisa membuat makanan seadanya, mie instant, nasi goreng rasa standar, telur ceplok. Dalam kamusnya tidak ada kata bergantung pada orang lain, jadi setidaknya dia harus bisa buat telur ceplok dan masak nasi. Jadi dalam kondisi darurat, dia masih bisa makan walau hanya dengan telur ceplok dan kecap manis. Dulu dia pernah mencoba belajar membuat pisa
Darius gelisah sejak tadi pagi. Dia tidak konsen mengerjakan pekerjaannya. Di kepalanya selalu berputar wajah sedih Morin dengan mata bengkak akibat bentakannya. Akhirnya dia mengambil ponselnya dan menghubungi Diego. “Hallo Pak Darius. Ada yang bisa saya bantu?” tanya suara ceria dari ujung sana. “Diego, bagaimana cara membuat wanita memaafkan kita?” tanya Darius serius. Hening… Setelah menunggu beberapa saat yang tidak ada suara, Darius melihat ponselnya untuk mengecek apakah sambungannya terputus? tapi ternyata tidak. Dan diseberang telepon sana, Diego juga sedang melihat nama di ponselnya ‘Darius Hartadi’ dan berpikir apakah ada Darius Hartadi lain yang dia kenal? Karena yang dia kenal dekat itu tidak akan bertanya hal seperti tadi! “Diego?” panggil Darius lagi. “I-iya. Ini Darius Hartadi yang mana ya?” tanya Diego yang membuat alis Darius berkerut. “Kau tahu aku tidak suka bercanda Diego” sahut Darius kesal. Dia pikir Diego sedang mengajaknya bercanda. “Aku serius. Dari
Darius melanjutkan pekerjaannya kembali setelah mendapatkan pencerahan dari Diego. Sekarang perasaannya sudah tenang sehingga dia bisa bekerja dengan baik.Tidak lama James, salah satu asistennya datang untuk mengantar dokumen yang harus dia tanda tangani.“Apa saja jadwal saya setelah ini?” tanya Darius lagi karena sejak pagi dia kurang fokus. James sedikit terkejut karena biasanya bosnya tidak akan lupa jadwal karena dia sudah menginformasikan hal itu tadi pagi.“Jam tiga ada pertemuan dengan Emerald Co untuk membahas gedung yang akan mereka bangun. Jam empat sampai jam lima nanti ada meeting internal” jawab James. Darius tampak berpikir sebentar, lalu dia berkata.“Pesan buket bunga mawar ungu dari tempat biasa dan cokelat dari Berry n Co, praline strawberry mix dengan kotak berwarna ungu dan pita merah. Pastikan kedua barang itu sampai disini jam lima” kata Darius dengan suara datanya. Otak Darius yang memang sangat
“Lokasi meeting akhir tahun cabang Eropa dan Amerika akan dipindah ke Volle Tower Jakarta” kata Darius pada Jimmy, asistennya di Jakarta.“Ng.. bukankah rapat akhir tahun itu tiga hari lagi Pak?” tanya Jimmy memastikan dia tidak salah tanggal. Dia bahkan sedang menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dibawa bosnya itu ke London.“Betul. Nanti kamu koordinasi dengan Raymon untuk memastikan semua peserta bisa datang tepat waktu” jawab Darius.“Baik Pak. Saya permisi dulu untuk mengatur persiapan meeting di Jakarta” pamit Jimmy. Begitu keluar ruangan bosnya, dia segera membuka komputernya dan menemukan email dari Raymond. Dia langsung sakit kepala begitu melihat isi email itu. Mampus! Ini tiga hari gak pulang juga gak kekejer!‘noted’Hanya itu balasan yang dikirimkan Jimmy pada Raymond. Dia tidak akan sanggup mengerjakan semua itu sendiri, sekarang dia harus mencari bantuan! Hanya James dan Raymond yang akan ke Jakarta, satu orang harus tetap berada di London untuk memastikan disana s
Semenjak menikah, Darius dan Morin tinggal di rumah Rosaline. Jika ada yang keperluan atau meeting, Darius baru akan berangkat ke London, itupun dengan membawa Morin bersamanya. Dan sekarang dia harus menghadiri rapat akhir tahun dan Morin baru melahirkan satu minggu, jadi tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke London. “Apakah ada masalah beer?” tanya Morin yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Dia memperhatikan suaminya yang sejak tadi mengerutkan alis sambil melihat layar ponselnya. “Tiga hari lagi ada rapat akhir tahun yang harus aku hadiri di London” jawab Darius. “Oh. Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Morin. Dia menatap suami tercintanya sendu. Semenjak menikah mereka selalu bersama, walaupun itu baru tujuh bulan ini. Jika sekarang suaminya harus berangkat ke London, berarti mereka akan terpisah beberapa hari. Sekali perjalanan saja memakan waktu enam belas jam. Jadi berangkat - meeting - pulang saja memakan waktu paling cepat tiga hari. Itu kalau meeting satu ha
Jenny cemberut saat menatap layar ponsel mahalnya yang untuk kesekian kalinya hilang signal. Sudah tiga bulan dia berada di pengasingannya dan tidak ada yang bisa dia kerjakan selain bermain game di ponselnya atau berkuda.Dia baru menerima kabar kalau Morin, sahabatnya baru saja melahirkan. Namun sejak tadi dia kesulitan untuk menghubungi sahabatnya itu untuk mengucapkan selamat. Itu semua karena signal di tempat ini yang lebih suka off daripada on. Jangankan jaringan internet, operator telepon saja lebih sering diluar jangkauan.Sepertinya dia harus berkuda hingga keluar hutan ini agar mendapatkan signal. Setidaknya ada perkampungan di dekat sini dan dia bisa kesana untuk mendapatkan signal agar bisa menelepon. Dekat sini yang dimaksud adalah satu jam berkuda, benar benar penderitaan untuknya.Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian berkuda dan meminta pelayan disana menyiapkan kudanya. Bahkan sekarang dia sudah mahir berkuda. Dulu saat pertama kali tiba di hutan ini, dia hampir gil
BRAKPintu ruang perawatan Morin dibanting terbuka dan Sissy masuk dengan tergesa. Dia bahkan tidak memperhatikan Darius yang menatapnya dingin dari sofa karena mengganggu ketenangan di ruangan itu.“Morin, kau harus membantuku” teriak Sissy panik.“Sissy, aku baru melahirkan” komplain Morin dari ranjang perawatannya. Dia sekarang sedang menepuk bokong bayinya untuk menenangkan si baby yang baru selesai menyusu agar tidak terkejut.“Oh iya. Baiklah, kuulang dulu ya” kata Sissy. Dia berbalik dan berjalan keluar kamar.Tok tokCeklek“Hai Morin. Bagaimana keadaanmu? Ah si baby lagi menyusu. Lucu sekali” kata Sissy ceria sambil berjalan mendekati ranjang Morin.“Aku baik. Iya, baby Clayson sangat menggemaskan, apalagi saat dia sedang memperhatikan orang” jawab Morin ceria. Darius yang memperhatikan interaksi Morin dan Sissy lalu menggelengkan kepala dan berjalan keluar kamar perawatan itu. Bagaimana bisa satu kejadian diulang seperti sedang syuting film? Morin dan Sissy memang sahabat ab
Darius duduk dengan gelisah di depan ruang bersalin. Morin memilih untuk melahirkan dengan cara operasi caesar karena kata dokter bayinya besar. Operasi baru dimulai lima menit yang lalu dan paling lama setengah jam lagi dia sudah bisa melihat anaknya yang kata dokter berjenis kelamin laki laki. Semua anggota keluarga Hartadi juga menunggu disana. Tapi melihat wajah tegang Darius yang terlihat seperti ingin memakan orang, tidak ada yang berniat mengajak pria itu bicara. Mereka semua menunggui operasi itu dan berdoa agar operasi berjalan lancar. Di dalam ruang operasi, dokter ginekologi sedang menjahit bekas operasi di perut Morin setelah mengeluarkan bayi berjenis kelamin laki laki. Sekarang bayi itu sedang dibersihkan oleh dokter anak. Ruang bersalin itu menjadi tegang karena si bayi tidak kunjung menangis. Dokter anak sudah membalik tubuh bayi itu dan menepuk bokongnya untuk mendapatkan respon bayi itu. Namun bukannya menangis, bayi itu malah membuka matanya dan menatap tidak suka
“Ijsbeer” panggil Morin sambil mengguncang tubuh Darius yang masih tidur. “Ya Morin?” tanya Darius sambil mengucek matanya. Dia melihat kalau diluar masih gelap. “Aku ingin makan pai daging” kata Morin lagi. “Sekarang?” tanya Darius bingung. “Iya” jawab Morin. “Dimana pai daging yang buka jam segini?” tanya Darius sambil melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi. “Tapi aku mau” kata Morin manja. “Baiklah aku akan bangunkan koki untuk membuatnya” jawab Darius sambil turun dari ranjang. “Ga mau itu. Maunya yang dijual di pasar malam di London saat natal” kata Morin lagi yang membuat Darius menatap istrinya dengan alis berkerut dalam. “Morin, sekarang bulan Mei, Desember masih enam bulan lagi. Kau tahu sendiri kalau pai daging itu hanya dijual saat natal” kata Darius bingung. Mengapa juga Morin tiba tiba aneh begini? Membangunkannya untuk meminta pai daging yang dijual saat natal sekarang. “Tapi aku kepingin banget” jawab Morin sambil menatap suaminya dengan puppy eyesnya yang
Kalimat itu seperti bom bagi Fiona, dia langsung menoleh pada mantan suaminya dan baru menyadari kalau banyak lebam dan bekas luka baru di wajah pria itu. Tangan pria itupun terluka karena dia melihat perban melapisi tangan pria itu. “A-apa maksudmu?” tanya Fiona pucat pada Rizky. “Aku tidak bisa melihatmu menderita seperti ini Fiona. Aku tahu kau fobia gelap dan anak kita membutuhkanmu. Biar aku menggantikanmu” jawab Rizky sambil memegang tangan Fiona. “Mengapa kau terluka” selidik Fiona. “Dia berusaha menyandera istriku agar aku membatalkan tuntutannya padamu. Dan Rizky pasti sudah berada dalam kubur sekarang jika istriku tidak menahanku” jawab Darius. Jawaban Darius membuat Fiona semakin pucat. “Dasar bodoh! Untuk apa kau lakukan itu! Sudah kubilang aku tidak bisa mencintaimu!” omel Fiona panik. Dia mulai menangis karena ketakutan, takut jika pria itu mati karenanya. Mengapa Rizky begitu bodoh! Dia sudah bilang berkali kali kalau dia tidak bisa mencintai pria itu! Pria itu terl
sekolahnya. Semua berita sudah di setting sesuai dengan rencana yang mereka buat, karena interview pun hanya dilakukan oleh Volle Magazine. Morin sekarang selalu dikawal beberapa bodyguard jika akan keluar, dikarenakan masih sangat banyak wartawan yang berusaha mengejarnya untuk mendapatkan berita. Sekarang satu minggu sejak resepsi pernikahannya, Morin sedang berkumpul dengan squad lengkapnya di ruang VIP sebuah restoran, mumpung Rose dan Lisa juga masih di Jakarta. Mereka semua menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi? Setelah ini Morin akan ikut suaminya ke Inggris dan Jenny akan diasingkan ayahnya. Hanya Sissy si pengangguran yang sedang membujuk Rose untuk mengajaknya ke Italia untuk memoduskan Garry Kean. Sedangkan Jisoo, wanita itu memang sudah memiliki keluarga sendiri dan dia juga bisa bertemu Morin di London jika Om Gavin ada pekerjaan disana. Mereka sedang bersenda gurau dengan heboh saat mendengar suara pistol di kokang, yang me
Morin merencanakan resepsi pernikahan dibantu oleh Monika, Eloisa dan Rosaline. Rasanya tidak mungkin meminta Darius membantu menyusun acara resepsi. Dan sesuai dengan perkiraan Darren, resepsi akan dilakukan di resort terbaru Rosaline yang berbentuk kastil di kepulauan seribu yang menjadi hadiah pernikahan mereka.Darius hanya sekali ikut campur dalam hal ini, yaitu pada saat memilih gaun untuk resepsi. Morin tidak boleh menggunakan gaun yang agak terbuka, jangankan terlihat belahan dada, bahu dan punggung saja tidak boleh. Jadilah Morin menggunakan gaun yang tertutup dari atas sampai bawah. Untung bentuk tubuhnya belum banyak berubah, tubuhnya masih terlihat indah walau ditutup semua.“Morin, kamu yakin mau menikah dengan kak Darius?” tanya Monika khawatir yang membuat Morin mengerjapkan matanya bingung.“Kau pun tahu dia sudah menikah dengan Darius” jawab Rosaline sambil tertawa. Dia mengerti kekhawatiran Monika, melihat begitu posesifnya Darius pasti mengingatkannya pada Jeffry Wi