Berburu siluman singa emas tidak mudah, hal pertama yang jadi kendala adalah keberadaan mahluk itu cukup langkah.
Umumnya singa itu berumur sekitar 750 tahun atau lebih, tapi catatan belum pernah memberi tahu jika ada singa emas berusia 1000 tahun.
Semakin tua usia singa itu, semakin bagus pula mustika yang dimilikinya. Dan bukan hanya itu, konon daging lebih kuat dari pada daging siluman yang lain.
Lanting Beruga penuh semangat, dia tidak akan membunuh siluman kecil kecuali jika mereka mulai menganggu perjalanan dirinya.
Namun sayangnya, pencariannya selama tiga hari lamanya sia-sia. Dia tidak menemukan keberadaan singa emas itu, meski telah masuk ke dalam wilayah terdalam hutan rimba ini.
Lanting Beruga berhenti di sebuah ngarai yang panjang. Dia mendongak ke bawah, ada banyak siluman kecil sedang berjalan di ngarai itu, tapi sekali lagi tidak ada singa emas di ujung matanya.
"Mungkin aku harus mencari target lain," ucap Lanting Beru
Dengan waktu lama, Ibu elang berkaki empat meminta anaknya mendekati dia, tapi si anak terus bertengger di pundak Lanting Beruga, dan ini membuat si ibu menjadi murung lagi sedih.Dia menatap ke arah Lanting Beruga dengan sinis, tapi beberapa saat kemudian burung itu seperti mengisyaratkan agar pemuda itu tidak menyakiti anaknya."Hikhikhik ...jangan khawatir, dia akan tetap jadi anakmu," ucap Lanting Beruga, kemudian entah apa yang terjadi, dia seakan bisa berbicara dengan anak burung berkaki empat, memberi tahu bahwa ibunya ada di depan dirinya.Berhasil, Lanting Beruga benar-benar bisa berkomunikasi dengan anak burung, itu meski hanya dengan bahasa isyarat saja. Pemuda itu meletakan anak burung ke depan ibunya, sekali lagi memberi isyarat dan mengatakan, "itu adalah ibumu."Tampak benar-benar paham, anak burung terbang kecil ke arah induknya. Untuk sekilas kejadian itu membuat Lanting Beruga menjadi haru, ketika dia lahir ibunya sudah meninggal dunia,
Hari-hari telah berlalu, Lanting Beruga berhasil mengumpulkan hampir 50 butir mustika siluman berkualitas sedang, dan mendapatkan dua buah mustika berkualitas baik.Bersama dengan anak elang berkaki empat yang diberi nama, Garuda Kencana, Lanting Beruga memburu banyak siluman.Meski tidak sehebat ibunya, Garuda Kencana sudah bisa melepaskan beberapa bulu yang menjadi senjata handalan dirinya. Jarak rentang bulu setajam anak panah itu masih cukup dekat, sekitar 30 depa jauhnya. Namun untuk melumpuhkan beberapa kelinci, hal itu tentu saja sudah jauh dari kata cukup.Hari ini, Lanting Beruga beristirahat di tepi telaga besar. Begitu hijau telaga itu menandakan kedalamannya yang tiada terkira.Garuda Kencana mengepakkan sayapnya, sebelum kemudian aliran udara di sekitar Lanting Beruga berhembus cukup cepat.Di sisi lain, Lanting Beruga mulai memeriksa jumlah mustika siluman yang ada di dalam tanda api. Mendekati 100 butir mustika siluman."Aku r
Kembali ke dataran kuno, Lanting Beruga kembali berlatih seperti biasanya. Berjibaku dengan banyak siluman di hutan rimba rupanya telah mengasah gerakan Lanting Beruga menjadi lebih baik lagi. Jurus bisikan dewa kematian tampaknya mendekati kata sempurna. Atau mungkin sudah sempurna.Bahkan tanpa di sadari oleh Lanting Beruga, jurus itu mulai berubah, dari sifat dasarnya.Beberapa hari telah berlalu, Lanting Beruga benar-benar memahami jurus itu dengan sangat baik. Dia bahkan mulai menggabungkan jurus itu dengan 3 dasar keinginan pedang."Pedang adalah pelindung," ucap Lanting Beruga ketika menebas selembar kertas, kertas itu tidak terpotong bahkan meski Lanting Beruga telah mengasah pedangnya dengan sangat tajam.Ini membuat dia semakin bersemangat, dengan pemahamannya saat ini, dia bisa memilih siapa yang harus atau tidak harus dia potong.Pemahaman ini sebenarnya jauh melampaui pemahaman pendekar level emas sekalipun. Bahkan, mungkin hanya
Bulan-bulan berlalu, ketika para murid Sekte Awan Berarak sibuk mempersiapkan diri untuk melakukan pertandingan, Lanting Beruga malah meminta izin kepada gurunya untuk ikut ke pusat Kota Majangkara."Lanting, kenapa kau bersikukuh ingin ikut?" tanya Nyai Anjani.Sambil tersenyum kecil, Lanting Beruga berkata, "Guru, aku mulai bosan berada di tempat ini, paling tidak aku bisa melihat dunia luar untuk sesekali."Nyai Anjani berpikir sejenak, barangkali membawa Lanting Beruga pergi bersama dirinya bukan tindakan buruk. Lagipula ini hanya pertemuan biasa.Padahal Nyai Anjani tidak tahu, bahwa setiap kali dia pergi meninggalkan Lanting Beruga, besok paginya pemuda itu sudah berada di dalam hutan rimba dan berburu banyak mustika siluman.Tiga bulan terakhir, Toko yang dikelola Paman Suru sudah menjadi toko paling besar di Sekte Awan Berarak, berkat bantuan Lanting Beruga. Dia juga menyewa beberapa pendekar hebat untuk menjadi penjaga Toko dan pengawal di
Nyai Anjani tidak berpikir membiarkan Subansari menyerang Lanting Beruga, itu tindakan ceroboh. Dari level kependekaran, Subansari mungkin jauh lebih tinggi dari Lanting Beruga, tapi daris segi kekuatan, Potensi kekuatan Lanting Beruga sama sekali tidak terukur.Nyai Anjani hanya memberinya satu jurus dari 25 jurus awan berarak, tapi Lanting Beruga bahkan bisa memahami jurus itu hingga mencapai tahap sempurna.Lanting Beruga tidak butuh 23 jurus yang lainnya, dia hanya butuh jurus terkuat milik Sekte Awan Berarak yaitu Tarian Dewa Angin, dan dia bisa mengungguli para tetua muda di Sekte tersebut.Namun Subansari tetap dengan niat pertamanya, menguji kemampuan Lanting Beruga. Dia sudah terlanjur kesal."Nenek bilang, kau adalah muridnya," ucap Subansari, dengan nada suara yang sedikit keras, gadis itu berjalan mendekati Lanting Beruga, dengan pedang yang telah keluar dari sarungnya. "Apa spesialnya dirimu, sampai Nenek mengangkatmu menjadi murid?"
Dua hari kemudian, Nyai Anjani membawa Lanting Beruga pergi menemui Jendral Dewangga. Sebuah ruangan khusus untuk para bangsawan.Nyai Anjani adalah orang pertama, sebelum kemudian muncul beberapa bangsawan yang lain.Dia duduk di kursi jati dengan ukiran menarik, yang beberapa sisi diselimuti dengan emas.Sementara itu, Lanting Beruga berdiri di belakang Nyai Anjani seperti seorang pengawal.Tidak beberapa lama kemudian, Jendral Dewangga masuk ke dalam ruangan perkumpulan tersebut.Ini adalah kali pertama bagi Lanting Beruga melihat salah satu jendral. Benar-benar terlihat sangat gagah.Rambut Dewangga masih hitam, hanya tepat di bagian janggutnya saja yang sudah memutih.Dia melirik ke arah Lanting Beruga sesaat, menyipitkan mata kemudian membuang muka."Kenapa semua orang melihat diriku seperti melihat kotoran?' gumam Lanting Beruga."Lanting, jangan berisik!" ucap Nyai Anjani.Lanting Beruga tersenyum dingin,
Sementara di sisi lain, Jendral Dewangga telah membentuk tim kecil untuk mencari informasi mengenai sekte jahat itu. Tentu saja akan memusnahkannya.Terdiri dari 5 orang, termasuk juga putranya sendiri. Tim macan hitam.Ketika tim macan hitam hendak pergi meninggalkan tempat itu, Nyai Anjani menghadang Dewangga."Aku akan ikut," ucap Nyai Anjani."Saudariku, ini adalah urusan Kota Majangkara, tidak ada sangkut pautnya dengan petinggi Sekte Awan Berarak."Nyai Anjani tersenyum kecil, "aku rasa tidak sesederhana itu, Kakak. Apapun hal yang terjadi dengan Majangkara, Sekte Awan Berarak akan tetap terlibat, itulah pesan dari Guru kita."Dewangga terdiam sejenak, mulai teringat kembali ucapan bijak guru mereka, Ki Alam Sakti. Majangkara dan Sekte Awan Berarak, saling terikat, seperti tangan kanan dan tangan kiri yang saling berhubungan dalam satu tubuh.Pada akhirnya, Nyai Anjani diperbolehkan untuk mengikuti Jendral Dewangga.Pada
Muara sungai arum? tentu saja Lanting Beruga tidak tahu menahu lokasi tersebut. Namun dia tetap dengan niatnya, pergi menuju ke tempat itu. Di belakang Lanting Beruga, Subansari mengikuti dirinya seperti ekor. Lanting Beruga mengatakan jika telah mengetahui letak sekte hitam, Sungai Arum, dan berniat untuk pergi ke sana. "Kau tidak bercanda akan pergi ke sungai Arum?" tanya Subansari. "Sekte jahat terkenal kejam dan suka membunuh pemuda lemah, kau tidak takut?" Mata Lanting Beruga berputar beberapa kali, sial kenapa gadis ini selalu mengikuti dirinya. Dan banyak tanya. "Hei... aku sedang bertanya kepada dirimu!" ujar Subansari dengan nada kesal. "Ya, aku akan pergi ke Sungai Arum," jawab Lanting Beruga datar. "Kalau begitu aku akan ikut," ucap Subansari. Lanting Beruga menyarankan agar gadis itu tetap di sini, memberi tahu Jendral Dewangga jika rombongan itu telah kembali. Namun Subansari bukan gadis lembut, dia ngotot akan iku