Lanting Beruga keluar dari dalam dapur setelah perutnya terisi penuh. Pemuda itu langsung pergi keluar Istana dan melihat ada banyak pendekar sedang bersatu untuk membangun formasi kubah pelindung.Seorang tetua mendekati pemuda itu, dan berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Dia bertanya bagaimana kondisi Madam saat ini, dan tentu saja dijawab oleh Lanting Beruga dengan senyum lebar.Tidak pernah pimpinan Sekte Lentera Es merasakan ketenangan jiwa kecuali hari ini, tidak pernah dia merasa begitu berani kecuali hari ini. Semua itu karena kekuatan roh air sudah mampu dikuasainya dengan baik."Sekarang, Beruga apa yang akan kau lakukan?" tanya salah satu tetua utama itu."Buka tabir ini, aku ingin keluar!" ucap Lanting Beruga.Hanya itu yang diinginkan Lanting Beruga saat ini, keluar dari dalam kubah ini dan ikut bertempur bersama 30 tetua yang lain.Mendengar hal itu, para tetua tidak bisa menolak. Mereka telah melihat kekuatan Lanting Beruga, dan menurut mereka tidak ada salahny
Tidak tahu apa yang telah dikatakan oleh pemuda kerdil itu, para Satria Naga mencoba melakukan perlawanan kepada Lanting Beruga, tapi semua yang mereka lakukan sia-sia.Mereka tidak mungkin bisa menghadapi pemuda kerdil itu, tidak meskipun Lanting Beruga hanya menggunakan kekuatan pisiknya saja.Membunuh level bumi tinggi tidak sulit bagi pendekar yang levelnya telah mencapai langit, tapi Lanting Beruga bahkan telah melampaui level langit tersebut.Hanya dalam setengah jam setelah kedatangan Lanting Beruga, seluruh satria Naga kini telah meregang nyawa. Beberapa dari mereka mengalami luka pada bagian leher, tak jarang pula kelapa mereka terpisah dari badan.Beberapa yang lain terkena tusukan pada bagian jantung, atau pula pada bagian perut.Tindakan ini membuat darah begitu banyak menggenangi lokasi pertempuran, merubah warna salju putih menjadi merah darah.Bau anyir jangan ditanya lagi, benar-benar menggelitik hidung para pendekar yang ada di sini.Tidak ada satupun dari pendekar lu
"Kami akan pergi sekarang juga!" salah satu pendekar luaran yang menjadi pimpinan Sekte Kecil segera bergerak setelah mendapatkan pesan dari temannya yang kini memimpin sebuah benteng darurat bersama dengan Lanting Beruga. "Semua pasukanku akan bergabung bersama kalian!"Sementara hal yang sama dilakukan oleh para pimpinan sekte kecil yang lain, mereka setuju untuk bergabung bersama Lanting Beruga di markas darurat yang mereka dirikan.Tiada satupun sekte kecil yang menolak. Jika masalah ini telah berurusan dengan Serikat Naga maka seluruh lapisan kependekaran harus bersatu padu untuk melawan mereka.Di hari yang sama pula, para warga dari lima kota di arah utara mulai berbondong-bondong meninggalkan tempat kediaman mereka. Meninggalkan harta berlimpah, rumah mewah dan semuanya kecuali makanan seperti yang dipesankan oleh Lanting Beruga.Puluha kereta rusa bergerak secepat mungkin, menerobos hamparan salju putih yang begitu dingin.Anak-anak tampaknya tidak bisa menahan dinginnya ke a
250 orang kini menghadapi bahaya, mereka tentu saja Satria Naga yang berusaha menghentikan bayangan merah membara yang bergerak cepat, menyerang siapapun tanpa pandangan bulu.Kini banyak bangunan hancur, salju mencair dan bebatuan es pecah berkeping-keping akibat pertukaran serangan antara Lanting Beruga dan Satri Naga.Sesekali di udara akan terlihat kilatan cahaya terang, menderu menikam udara dingin, lalu diakhir dengan suara ledakan yang begitu besar.Boom.Permukaan es bergetar kuat, bumi berguncang pelan seperti telah terjadi gempa."Tarian Dewa Angin!" Lanting Beruga bergerak cepat, menebas tiga orang musuhnya yang baru saja memasang kuda-kuda untuk melepaskan sebuah jurus level tinggi.Lanting Beruga lagi-lagi memberikan sebuah kejutan pada beberapa orang yang membentuk formasi menyerang. Pemuda itu merusak formasi itu dengan menghujani mereka dengan pisau energi yang bersuhu sangat panas.Sungguh, di antara mereka semua tidak ada satupun orang yang mengetahui siapa sebenarny
Satria Naga baru saja melaporkan masalah pelik kepada Ares. Pasukan besar yang mereka kirim untuk menghancurkan warga telah dibantai dan sisanya kini telah menjadi gila.Mendengar hal itu, Ares tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menghancurkan lima buah rumah hanya dengan jari telunjuknya saja.Kemarahannya telah memuncak hingga rasanya dia ingin menghancurkan seluruh kota yang ada di tempat ini.Satu tendangan yang mengandung kekuatan begitu dahysat telah membakar setengah bagian kota dan seketika pula orang yang masih tinggal di kota itu tewas oleh kemarahan Ares.Dia tidak percaya ada orang yang bisa menghancurkan 250 satria naga seorang diri dan hal itu dilakukan dengan waktu yang begitu singkat.Kepalanya dipenuhi oleh tanda tanya, dan membuat dirinya begitu ingin bertemu dengan pendekar itu dan membunuhnya.Namun, kemudian Ares memilih untuk melepaskan pria itu dan melampiaskan kemarahannya kepada Sekte Lentera Es.Dia tidak ingin menunggu lagi, dia tidak ingin mendengar sara
Beruang es mulai menyerang ke arah Satria Naga, tapi segera berhadapan dengan Ares sanga Ksatria Perang, berhati dingin dan memiliki tekad serta kesetiaan paling besar kepada Bangsawan Dunia.Tombak yang diselimuti oleh cahaya petir menghantam tubuh beruang tersebut, tapi tidak ada yang terjadi dengan mahluk buatan itu.Beruang es hanya terpukul beberapa langkah saja ke belakang, dan kemudian berbalik menyerang Ares dalam beberapa kali kesempatan.Mahluk besar itu tidak hanya menyerang pimpinan Serikat Naga tapi juga kadang kala mengacaukan formasi yang dilakukan oleh satria naga yang lain.Dia meraung keras, melepaskan tekanan udara yang begitu dingin. Hal ini membuat beberapa satria naga kesulitan bernafas, bahkan beberapa dari mereka mengalami sesak nafas yang begitu parah.Di dalam paru-paru mereka, mulai membeku, es menyelimuti setiap cairan dan organ lunak di dalam tubuh satria naga, sebelum kemudian membunuh mereka.Hal ini membuat para pendekar Sekte Lentera Es bertambah seman
Ada 9 orang satria naga yang mengincar salah satu pendekar terluka di dekat tembok istana. Pendekar itu teleh berlumuran darah dan terlihat ada luka besar di bagian keningnya.Luka itu didapat oleh pendekar itu dari tebasan salah satu satria naga, dan kini darah hampir menutupi seluruh bagian wajah pria tersebut.Merasa tidak puas, Para satria naga ingin membunuh pendekar tersebut.Sebuah panah baru saja lepas dari busurnya, bergerak menembus udara dingin dan senjata itu mengarah tepat ke batang leher pria tersebut.Mati, hanya itu yang terlintas di dalam benak pria tersebut. Dia tidak mungkin bisa menghindarinya, sekalipun dengan seluruh kekuatan yang dia miliki.Namun tiba-tiba.Sebuah kelebatan bayangan putih berdiri di hadapan pria itu, menahan panah yang diselimuti oleh aura alam sehingga memungkinkan anak panah itu bisa menghancurkan satu bangunan.Orang itu tidak lain adalah Guru Kilat Putih. Dengan pedangnya, dia membelah anak panah itu menjadi dua bagian, dan masing-masing ba
"Pergi!" ucap Lanting Beruga. "Jika ingin hidup, pergilah!" Lanting Beruga berkata dengan sedikit gerakan tubuh, dan itu langsung dipahami oleh satria naga itu.Dalam kondisi seperti ini, satria naga itu tidak tahu apakan Lanting Beruga adalah pembunuh atau pula pengampun. Pemuda itu melepaskan dirinya, dan meminta agar jangan menoleh ke belakang.Ini adalah sarat agar dirinya bisa terus hidup, tapi Si Kembar malah mempertanyakan hal ini kepada Lanting Beruga.Kenapa pemuda itu melepaskan musuh, kenapa tidak membunuhnya padahal jelas Lanting Beruga bisa melakukan hal itu dengan sangat mudah.Lanting Beruga menjelaskan bahwa ini adalah jalan pedang yang dia tempuh. Pemuda itu akan selalu memberi musuh dua pilihan, pergi dari hadapannya dan jalani hidup seperti orang biasa, jangan mencari masalah atau mereka akan menyesal kemudian. Dan pilihan ke dua, mereka tetap berhadapan dengan Lanting Beruga, dan merasakan betapa tajamnya pedang di tangan pemuda tersebut.Alasan ini membuat Si Kemb
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m