Naga Bayangan dihentikan oleh telapak tangan saja. Hanya dengan telapak tangan! Lanting Beruga hampir saja tersedak nafasnya sendiri ketika melihat hal tersebut. Sejatinya, dia menggunakan murka naga bayangan dengan energi roh api yang cukup besar, paling tidak jurus tersebut dapat menekan Aellius, tapi dugaan pemuda tersebut benar-benar salah besar.
"Tidak mungkin!" Lanting Beruga tersentak tidak percaya."Jurus yang cukup hebat untuk pendekar level langit seperti dirimu, tapi lawanmu bukan adalah manusia yang telah mencapai level dewa pada jalur kependekaran!"Setelah berkata demikian, Aellius tiba-tiba lenyap dari tempatnya, dan belum sampai satu detik, dia telah berada di belakang Lanting Beruga.Pemuda itu berbalik arah, dengan memutar pedang sisik naga hijau sekuat tenaga, tapi sayangnya kekuatan pisik yang digabungkan dengan roh api hanya di tahan dengan telapak tangan kiri saja.Lagi-lagi hanya dengan satu telapak tangan? SeberapaAellius benar-benar menikmati kesulitan yang dihadapi oleh lawan-lawannya saat mereka mencoba menembus lingkaran kungkum yang menyelimuti pulau tersebut."Cari celah dari lingkaran ini!" Dewa Pemarah memberi instruksi kepada Satrio Langit.Tanpa menunggu lama, Satrio Langit langsung terbang mengelilingi tempat ini, tapi Aellius malah tersenyum sinis menyaksikan tindakan pemuda tersebut.Lanting Beruga dengan mata asura langsung mencoba menemukan titik terlemah dari lingkaran energi yang menyelimuti pulau ini, tapi sungguh dia tidak menemukan sedikitpun celah atau titik terlemah dari lingkaran tersebut.Pada akhirnya, Dewa Pemarah dan Dewa Penidur bekerja sama untuk menghentikan serangan Aellius yang selalu mengincar Lanting Beruga.Garuda Kencana pada akhirnya keluar dari dalam tanda api, dan membawa Lanting Beruga menghindari semua serangan yang diarahkan kepada pemuda tersebut.Pertempuran tidak seimbang antara Dewa Pemarah dan
Pertempuran yang terjadi benar-benar singkat, Aellius bahkan belum menunjukan jurus level kehancuran yang dikuasainya, tapi empat lawannya sudah berhasil ditumbangkan.Pada saat ini, Satrio Langit terkapar tak berdaya di sisi inti Pulau ke lima, sementara Dewa Pemarah masih mencoba melawan Aellius seorang diri.Kemarahan pria itu tampaknya memberinya sedikit tambahan kekuatan, terlihat saat ini dia berhasil menghindari beberapa serangan yang dilancarkan oleh Aellius.Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama.Dalam beberapa waktu kemudian, Aellius berhasil mendapatkan kepalan tinju Dewa Pemarah, lalu memutar tangan pria itu hingga terdengar retakan dari tulang yang dimilikinya.Pada saat yang sama pula, teriakan tertahan terdengar dari mulut Dewa Pemarah.Lengan panjang yang digunakan oleh Dewa Pemarah mendadak lenyap bersamaan dengan tulangnya yang patah.Serangan terakhir mendarat tepat di tengah dada Dewa Pemarah, mem
Melihat Lanting Beruga dalam situasi yang berbahaya, Garuda Kencana mencoba menyerang Aellius dengan bulu-bulu halus sekeras besi, tapi semua serangan itu berhenti satu depa dari tubuh Aellius.Tidak cukup kuat, tidak cukup cepat dan tidak cukup hebat. Semua sarangan Garuda Kencana bahkan tidak mampu menembus aura yang terpancar dari tubuh Aellius.Masih berusaha membantu Lanting Beruga, Garuda Kencana tiba-tiba mengalami kelumpuhan pada dua sayapnya karena serangan tak kasat mata yang dilakukan oleh Aellius.Serangan tersebut sebenarnya menggunakan aura alam elemen udara, tapi karena kontrol dan kemampuan Aellius memanipulasi energinya sendiri, membuat serangan tersebut seolah-olah tidak nampak oleh mata biasa.Kerkak.Sayap siluman burung tersebut akhirnya patah pula, dan hal ini membuat Garuda Kencana berteriak kesakitan, sebelum kemudian dia jatuh tidak jauh dari tempat Lanting Beruga."Kencana ...." ucap Lanting Beruga, men
Membludak.Telaga Energi Batin di dalam alam bawah sadar Lanting Beruga meluap-luap, dan hal ini membuat aliran energi batinnya tidak terbendung lagi. Mata asura semakin liar tak terkendali, sementara Lanting Beruga mencengkram kepala bagian kirinya, karena merasakan sakit yang begitu teramat sangat.Seluruh tenaga dan kekuatan pisik pemuda itu tidak berguna untuk menahan lonjakan energi batin tersebut.Namun sayang sekali Aellius belum ditaklukan saat ini, dia masih bertahan dan mencoba melawan monster di dalam alam bawah sadarnya.Oleh karena itu, Asura menguras telaga energi yang ada di dalam alam bawah sadar Lanting Beruga.Roh Api menyadari tindakan Asura ini akan berakibat fatal bagi Lanting Beruga, terutama pada kepala kirinya. Namun, baik Asura itu sendiri atau pula Roh Api sama-sama menyadari jika tindakan ini tidak dilakukan, maka kemungkinan besar Aellius akan terbebas dari cengkraman mata asura, dan itu artinya kekalahan ada di depan m
Seperti yang diduga oleh Lanting Beruga, serangan tersebut benar-benar sangat tajam, meskipun daya kerusakannya terbilang sangat kecil.Namun, dengan serangan tersebut, tingkat kecepatannya dua kali lebih cepat dibandingkan Jurus Angkara Jagad sebelumnya.Dua satria naga emas mencoba menahan serangan tersebut dengan pedang level tinggi yang mereka miliki, tidak lupa pula mengalirkan aura alam pada senjata tersebut.Namun yang terjadi adalah?"Tidak mungkin!" dua orang itu terkejut bukan kepalang, ketika pedang yang mereka gunakan terpotong begitu rapi oleh jurus tersebut, dan kengerian selanjutnya terjadi pula pada mereka berdua.Wush.Tubuh dua orang itu dilewati oleh serangan tersebut. Mula-mula mereka hanya merasakan dingin yang begitu teramat sangat, tapi kemudian rasa dingin itu menjelma menjadi perasaan yang begitu panas.Ketika mereka menyadari hal yang terjadi dengan tubuh mereka, semuanya sudah terlambat dan me
Dengan sayap-sayap yang rapuh, Garuda Kencana melepaskan serangan setajam besi ke arah wanita satria naga emas.Sungguh, tindakan ini mungkin tidak dapat membunuh wanita tersebut, tapi rupanya dapat menghentikan pengejarannya terhadap Lanting Beruga.Serangan sayap-sayap tersebut rupanya begitu menyulitkan wanita tersebut, apa lagi dalam keadaan di awang-awang fokus dari wanita itu menjadi terbagi, antara menggunakan ilmu meringankan tubuh, atau pula untuk menahan serangan Garuda Kencana.Ketika dia menatap ke atas, rupanya lesung batu sudah lenyap dari pandangan. Wanita itu telah kehilangan Lanting Beruga, dia telah kehilangan kesempatan untuk membunuh pemuda tersebut.Begitu geramnya, wanita itu terhadap Garuda Kencana hingga dia melampiaskan kemarahannya pada siluman elang berkaki empat tersebut.Sebuah serangan berhasil dihindari oleh Garuda Kencana, tapi serangan ke dua mengenai tubuh burung itu dengan telak.Garuda Kencana
Dua gadis cantik kini berbincang di halaman rumah kecil. Mereka membahas mengenai banyak hal terutama tentang latar belakang mereka yang sama-sama menyedihkan.Satu gadis itu kadang kala membahas mengenai Satrio Langit yang memiliki watak keras kepala, dan gemar meminum arak ketika dia sedang marah atau kesal.Sebagai gadis yang mencintainya, tampaknya Rindu Hati adalah satu-satunya orang yang dapat mengendalikan watak keras kepala Satrio Langit tersebut.Sementara itu, gadis berjepit rambut melati hanya tersenyum tipis saat membayangkan hubungannya dengan Lanting Beruga tidak begitu berkesan seperti hubungan Rindu Hati dan Satrio Langit.Kadang kala dirinya merasa cemburu ketika mengingat betapa Lanting Beruga mencintai saudarinya yang telah meninggal dunia, Sekar Ayu.Sekarang, dirinya mulai bertanya-tanya apakah Lanting Beruga bisa menyukai dirinya seperti pemuda itu menyukai Sekar Ayu.Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawab
Satu bulan kemudian kondisi Lanting Beruga dan teman-temannya sudah lebih baik, meskipun mereka belum sepenuhnya sehat tapi paling tidak mereka sudah dapat melakukan beberapa aktifitas ringan atau berlatih gerakan-gerakan level rendah.Dewa Pemarah masih dililit oleh perban putih dan rutin mengkonsumsi sumber daya pelatihan yang setiap waktu diberikan oleh tabib terbaik di Kelompok Sayap Putih.Dari ke empat orang tersebut, hanya Lanting Beruga dan Satrio Langit yang telah melepaskan perban di tubuh mereka. Ini karena mereka tidak mengalami patah tulang seperti yang dialami oleh dua petinggi Kelompok Sayap Putih tersebut.Lanting Beruga kini berjalan keluar dari markas besar Kelompok Sayap Putih, dan melihat ada banyak pendekar muda sedang berlatih ilmu kanuragan di halaman depan markas tersebut.Beberapa dari mereka menggunakan panah sebagai senjata, beberapa yang lainnya menggunakan pedang, dan tidak sedikit pula yang menggunakan tombak.
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m