Zahera sudah menyimpan bukti screenshot talak yang dijatuhkan suaminya pada seorang wanita lain yang bernama Siska. Dia yakin foto itu akan berguna suatu saat nanti.
"Aaarrrrggghhh…" Zahera kacau. Marah, sedih, kecewa dan rasa tidak percaya bercampur menjadi satu. Butuh waktu satu jam lamanya sebelum kemudian Zahera kembali ke ruangan suaminya dirawat dan berpura-pura tidak mengetahui sesuatu. Meski hatinya ingin sekali segera melabrak suaminya yang sudah berkhianat, tapi otaknya masih berusaha keras untuk tidak bersikap gegabah. Zahera sudah membaca berbagai hal tentang perceraian. Jika saat ini dia meminta cerai kepada sang suami, bisa saja dia akan kehilangan hak asuh atas Abimanyu karena dianggap tidak mampu menghidupi sendiri putranya yang kebutuhan khusus tersebut. Belum lagi kedekatan Abimanyu dengan Sanjaya yang tidak diragukan lagi. Zahera tidak mau membuat anaknya syok apalagi kehilangan anak tersebut. Zahera tidak mau ambil resiko. Dia sama sekali tidak akan mau jika hal itu sampai terjadi. "Abi, kuatkan mama, Nak. Mama akan berusaha menahan semua rasa sakitnya sampai kita siap untuk bahagia berdua."***"Lama banget sih, Ma. Kan aku udah kangen," rajuk Sanjaya setelah Zahera kembali ke ruang rawatnya. "Maaf, aku capek banget jadi sekalian meregangkan punggung, kaki, tangan dulu tadi," lirih Zahera."Iya, gak apa-apa, Ma. Makasih banyak kamu sudah mau sabar rawat aku di sini. Aku janji buat cepat sembuh supaya kita bisa cepat pulang." Zahera hanya mengangguk untuk menanggapinya. Meski dengan setengah hati, Zahera pun berpura-pura bersikap biasa saat bersama Sanjaya. Sampai tentu saja Sanjaya begitu senang karena Zahera tidak lagi mengungkit masalah Siska yang mengaku sebagai istrinya saat di ruang ICU.Sepulang dari rumah sakit, Sanjaya sendiri bersikap seperti tidak terjadi apa-apa di rumah tangganya. Dia tetap manis dan menebar perhatian penuh kasih pada istri dan anaknya. Benar-benar tidak memperlihatkan jika dia pernah menikahi wanita lain di belakang Zahera. "Ma, kamu menghindar dari aku ya? Aku ada salah?" ucap Sanjaya saat mereka hendak tidur. Beberapa hari di rumah Zahera selalu menolak saat suaminya akan menyentuhnya secara intim. Zahera juga memperlihatkan sikap yang dingin meski tidak secara terang-terangan. Padahal dulu mereka selalu mesra di mana pun mereka berada. Jelas saja Sanjaya merasakan perubahan besar itu. "Nggak kok, Pa. Perasaan kamu aja kali. Aku masih menyiapkan segala sesuatu yang papa butuhkan seperti biasa kan?" Zahera memang masih mengerjakan semua kewajibannya sebagai istri dalam melayani Sanjaya, kecuali urusan ranjang. Zahera merasa jijik membayangkan suaminya pernah dijamah wanita selain dirinya. "Tapi kamu menolak aku terus seminggu ini, Ma. Sejak aku masuk rumah sakit, kita belum menyatu sekali pun lho, Ma. Kamu gak kasihan sama aku?" "Maaf, Pa. Aku masih datang bulan," aku Zahera yang tentu saja sebuah kebohongan. "Yah, padahal besok kan aku sudah harus pergi ke Balikpapan buat urus project pemasangan CCTV selama 2 sampai 3 bulan di sana," rajuk Sanjaya menampilkan wajah cemberutnya. "Maaf, Pa." Sanjaya menghela napas tanpa menanggapi permintaan maaf dari Zahera yang sangat singkat. Perusahaan yang dibangun Sanjaya memang hanya berupa perusahaan kecil yang bergerak di bidang jasa pemasangan sekaligus pengadaan kamera CCTV untuk instansi-instansi. Baik CCTV yang analog maupun digital. Meski sudah mempunyai cukup banyak karyawan, tapi Sanjaya selalu ikut ketika ada project besar instalasi CCTV di luar kota. Katanya dia tidak tenang jika tidak terjun langsung untuk mengawasi pegawainya mengerjakan tugasnya. Selain itu, Sanjaya juga bisa menjadi lebih dekat dengan customernya ketika dia ikut datang diproses pemasangan CCTV yang dikerjakan perusahaannya. Meski dengan demikian, dia harus rela sering meninggalkan Zahera dan Abimanyu. "Apa papa akan berpaling dariku karena ini?" "Astaga! Kamu kok bilang gitu? Gak lah, Ma. Aku cinta banget sama kamu, Ma. Mana mungkin aku bisa berpaling." "Ya kali aja kan, Pa. Gara-gara aku datang bulan pas waktunya kamu mau ke luar kota. Jadinya kamu kepikiran buat jajan di luar sana," sindirnya.Zahera sekuat tenaga menahan gejolak di dadanya untuk tidak mengumpat dan mengabsen semua nama hewan di kebun binatang saat mengingat kecurangan yang pernah dilakukan sang suami di belakangnya. "Nggak, Ma. Sudah jangan berpikir negatif begitu. Lebih baik kita cepat istirahat dan tidur," ucap Sanjaya sambil menarik istrinya dalam pelukannya. Zahera tidak menanggapi lagi dan tidak lama kemudian terdengar deru napas teratur dari Sanjaya. Setelah yakin Sanjaya sudah cukup pulas. Zahera segera melepaskan dirinya dari pelukan hangat Sanjaya.Pelukan yang dulu sangat nyaman dan membuatnya candu. Kini yang tersisa hanya rasa jijik membayangkan tangan dan tubuh suaminya sudah pernah menyentuh wanita lain di belakangnya. Zahera tidak pernah bisa menahan air matanya untuk jatuh setiap kali membayangkan hal itu dalam sepinya. Meski dari luar Zahera tampak kuat dan tangguh, tapi di saat sendiri dan sepi seperti ini, sisi lemahnya akan mudah muncul. "Demi Abimanyu dan diriku sendiri, aku harus bisa bertahan sesuai rencanaku. Aku hanya akan bersedih sebentar, kemudian menelan bulat-bulat kesakitan dan kesedihan ini untuk membalas perbuatannya. Aku gak akan pergi sebelum bisa memberi pelajaran yang sepadan untuk manusia tidak berakhlak seperti kamu, Mas!" desis Zahera lirih sambil menatap tajam pada Sanjaya yang sudah pulas. ***Pagi harinya, Zahera mengantarkan Sanjaya dinas ke luar pulau sampai di Bandara. Tentu saja setelah keduanya mengantarkan Abimanyu ke sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan istimewa sang anak. Sekolah yang sangat mahal karena di sana Abimanyu juga mendapatkan treatment sesuai kelebihan yang dimilikinya. "Aku bakalan kangen banget sama kamu dan Abi, Ma." "Aku juga, Pa." Zahera menanggapi seadanya. Kalimat itu memang selalu diucapkan sang suami setiap dirinya akan pergi ke luar kota atau luar pulau dalam jangka yang cukup lama. Dulu Zahera akan sangat murung dan sedih setiap melepaskan Sanjaya pergi. Namun hari ini, rasa itu entah menguap kemana. "Jaga diri baik-baik di rumah, Ma. Aku titip anak kita. Jangan dimarah-marahin ya kalau dia nakal. Telepon aku aja biar nanti aku yang menasehati Abi." Kedua bola mata Zahera berkata-kaca. Sanjaya pasti mengira Zahera bersedih karena akan berpisah sementara darinya, seperti biasanya. Padahal kali ini, Zahera bersedih karena dia baru menyadari kata-kata manis sang suami, berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan di belakangnya. 'Dulu aku merasa selalu jatuh cinta lagi berkali-kali, setiap kamu berkata manis seperti ini untukku dan Abi. Tapi sekarang aku ragu, apakah itu tulus dari hatimu atau hanya bualan semata,' lirih Zahera di dalam hatinya.Selesai dari bandara mengantar kepergian Sanjaya, Zahera tidak langsung pulang menuju rumahnya. Dia membelokkan arah mobilnya menuju sebuah restoran dimana dia sudah membuat janji dengan seseorang. "Pak Anwar?" sapanya setelah sampai di meja yang dijanjikan."Bu Zahera ya?" "Betul, Pak. Maaf sudah menunggu saya lama ya?" ujar Zahera lagi sambil mengedarkan pandangan pada ketiga anak muda yang duduk semeja dengan Pak Anwar."Nggak kok, Bu. Kami baru sampai juga," balas Pak Anwar dengan ramahnya. "Oh ya, kenalkan ini Azam, Risti sama Gusti, tim yang akan membantu penyelidikan kita," sambungnya lagi memperkenalkan anak buahnya yang selama ini membantu Pak Anwar dalam melakukan pekerjaannya. Zahera pun berkenalan dengan ketiganya secara bergantian. Pak Anwar mengenalkan anggota timnya beserta keahlian masing-masing. Azam dan Risti yang biasanya akan terjun ke lapangan untuk mengikuti target dan melakukan penyamaran sesuai misi yang dijalankan. Sedangkan Gusti yang memiliki ketrampilan
"Mamaaa…" Suara lantang Abimanyu, membuat Zahera tersenyum. Sejak pulang dari restoran dan mengobrol banyak dengan Zio, Zahera kembali dibuat patah hati dengan kenyataan masa lalu sang suami. Tabiat buruk Sanjaya ternyata memang sudah terjadi sejak mereka belum menikah. Dan salah satu korbannya adalah Zia, adik perempuan pengacara Zio yang saat ini sudah menetap di luar negeri bersama keluarga barunya. Bahkan tadi, Zahera juga sempat mengobrol dan diceritakan langsung oleh Zia melalui sambungan telepon. Sebenarnya Zahera tidak mau membawa cerita masa lalu suaminya ke masa yang sekarang. Hanya saja, jika kelakuan buruk di masa lalu masih dilakukan berulang di masa sekarang, Zahera jadi menyangsikan apakah suaminya bisa berubah di masa mendatang ataukah tidak."Abi gimana sekolahnya, Nak?" Zahera menekuk kakinya dan berlutut supaya badannya sejajar dengan tinggi Abimanyu. Mengesampingkan kegundahan hatinya saat ini demi terlihat baik-baik saja di depan anaknya. "Seyu, Ma! Abi walna
"Ma, sebenarnya kamu itu kenapa? Ini pertama kalinya kamu bertingkah ceroboh kayak tadi lho, Ma. Tolong kalau ada apa-apa, kamu bilang sama aku, Sayang. Aku gak mau kalau di belakang aku, ternyata kamu punya masalah dan hadapi masalah itu sendirian. Kamu punya aku, Ma. Aku pasti bantu apapun masalah kamu," bujuk Sanjaya sambil menyuapi Zahera makan malam. Tanpa tahu jika masalah Zahera ada pada dirinya sendiri.Sejak mendengar dari Abimanyu istrinya menangis tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sanjaya memilih langsung bertolak ke Jakarta dengan penerbangan seadanya. Sehingga malam ini, Sanjaya sudah kembali berada di kediamannya dan merawat istrinya yang sakit. "Maaf," balas Zahera singkat seperti sebelumnya.Sanjaya membuang napas dengan kasar. Dia tidak marah pada kecintaannya. Tidak pernah bisa marah. Sanjaya hanya merasa gagal membujuk Zahera untuk berterus terang dan bercerita seperti biasanya. Sanjaya khawatir pada istrinya.Selama ini Zahera tidak pernah menyembunyikan apa
"Ini beneran Mbak Zahera?" "Iya, Alena. Kamu udah lupa sama wajahku? Aku udah kelihatan tua banget ya? Sampai kamu pangling gak percaya begitu aku bilangin." "Bukan tua sih, Mbak. Tapi lebih tepatnya mungkin keliatan makin seksi ya? Padat, berisi," puji Alena yang justru membuat Zahera mendengus. "Mana ada kelihatan seksi cuma dari wajah doang. Bilang aja aku sekarang gendutan," gerutu Zahera yang kemudian mengundang tawa Alena. Sejak melihat foto Alena bersama Sanjaya yang dikirimkan Pak Anwar, Zahera minta dicarikan cara untuk bisa menghubungi gadis itu secara pribadi. Zahera mengenal Alena. Alena pernah magang di tempatnya bekerja dulu saat Alena masih kuliah dan Zahera belum menikah. Sudah lama sekali. Mungkin bisa 10 tahun yang lalu, dan Zahera masih sangat hafal dengan wajah cantik Alena. Mungkin karena dulu mereka juga sudah dekat cukup lama. Sehingga tidak akan sulit bagi Zahera untuk bisa mengenali wajah Alena yang bertambah dewasa. Alena sendiri sebenarnya masih mengen
"Kak, kamu jangan berbuat yang aneh-aneh deh. Kalau cuma mau gugat cerai Mas Jaya, sudah langsung gugat aja. Jangan cari penyakit dengan bikin banyak drama di antara kalian." Belum lama setelah Zahera memutus sambungan panggilan videonya dengan Alena, ponselnya sudah berdering lagi dengan adik laki-lakinya yang menjadi si pemanggil. Tanpa basa basi apapun, Alvino langsung memberikan peringatan keras kepada Zahera. "Kamu ngomong apa sih, Dik?" sentaknya secara spontan.Zahera sedikit terkejut tapi segera ditutupi dengan cara mengomeli adiknya seperti biasa. Ingin bertanya kenapa sang adik bisa bertanya demikian seolah tahu apa yang sedang dilakukannya, tapi kemudian kembali diurungkan karena Zahera merasa sudah tahu jawabannya. "Kamu retas ponselnya, Kakak?" tuduhnya dengan yakin.Alvino memang ahli di bidang itu. Selain kuliah, di luar negeri dia juga punya pekerjaan sampingan sebagai peretas kerah putih. Yang tentu saja tidak banyak yang tahu, kecuali Zahera. Dia tahu akan bakat t
"Kalau gitu libatkan aku pada misi kakak," pinta Alvino saat dirinya tidak berhasil menghalangi niat Zahera untuk membalas dendam pada Sanjaya. Zahera mengiyakan saja meski belum tahu akan melibatkan adiknya pada peran apa. Setidaknya sang adik tidak lagi merongrong ataupun menghalangi niatnya menghancurkan Sanjaya dan merebut hartanya. Zahera sudah memulangkan Azam, Risti dan Gusti dari Balikpapan. Jasa Pak Anwar dan kawan-kawan sementara dihentikan. Selain demi hemat biaya, juga karena Zahera sudah punya rencana lain yang akan dijalankan berdua dengan Alena. Atau boleh juga disebut bertiga dengan bantuan Alvino. "Kak, kamu yakin Alena bisa dipercaya?" "Bukannya kamu bisa selidiki sendiri seperti apa si Alena itu?" "Bisa. Tapi tidak dengan isi hatinya, Kak. Mungkin dia memang orang baik seperti yang kakak bilang. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau ujungnya dia bakalan beneran baper sama Mas Jaya. Terus berkhianat pada kita. Kita tau lah gimana hebatnya pesona Mas Jaya bikin c
"Mbak, serius deh. Kayaknya Mas Jaya itu gak tertarik sama aku lho. Soalnya meski dia baik dan perhatian, tapi dia gak ada rayuan-rayuan gombal gitu sama aku. Malah dia itu anggap aku kayak temen dia aja. Terus gak ada bohong apa gitu, Mbak. Dia jujur semua sama aku. Sampai statusnya yang punya istri dan anak aja dia bilang juga sama aku lho, Mbak." Alena langsung curhat pada Zahera begitu selesai makan malam dengan Sanjaya. Untung di saat itu Abimanyu sudah tidur dengan nyenyak di kamarnya. Sehingga Zahera bisa mengobrol banyak dengan Alena. "Dia emang beda, Len. Makanya kamu harus hati-hati. Aku takut justru kamu nanti yang baper sama dia," aku Zahera dengan jujur. "Jujur aja dia emang pinter bikin orang baper, Mbak. Tapi aku kan udah tahu aslinya kayak gimana, jadi pasti bisa lah tahan diri, tahan hati. Cuma kalau insting aku bener nih, dia kayaknya gak tertarik deh sama aku, terus kalau dia malah cari target lain, gimana? Gagal dong rencana kita? Apa aku kudu lebih agresif buat
Hari ini Alena bekerja seperti seharusnya. Misinya dengan Sanjaya tidak boleh membuat kinerja di kantornya berkurang sedikitpun. Meski dirinya belum lama ini dimutasi di Kota Minyak tersebut. Alena harus tetap memperlihatkan performa pekerjaannya yang bagus. "Alena, hari ini ada pemasangan CCTV di gedung lantai dua. Kamu awasi dan kontrol kebutuhan mereka ya. Pastikan proses instalasinya berjalan lancar dan tanpa kendala." "Baik, Pak." Alena adalah pribadi yang ekstrovert. Dia suka bekerja dengan bertemu banyak orang. Senyum ramahnya sangat cocok dengan pekerjaannya yang mengurus operasional perusahaan secara menyeluruh. Sejak di Jakarta, Alena sudah berkarir di divisi GA (General Affair) sebuah bank swasta ternama, Digdaya Bank. Sehingga saat bank swasta tersebut membuka cabang baru di Balikpapan, Alena ikut menjadi salah satu staf kandidat yang dikirim pusat untuk menjadi pioner di sana. Digdaya Bank Cabang Balikpapan belum mulai beroperasi sepenuhnya. Pembangunan gedung masih
'Ini maksudnya apa?' batin Zahera. Pertanyaan tersirat dari Evander Lim kepada Zahera tentu saja membuatnya sangat syok. Apalagi dengan tatapan dalam dari ketiga putra yang dimaksudkan oleh pria paruh baya tersebut. Zahera hanya bisa menoleh ke kanan kiri menyembunyikan kebingungannya. Sedangkan Abimanyu dan Alvino yang diam saja justru terlihat lebih tenang dan tidak sebingung Zahera saat ini. Pertama kalinya Liam tahu jika Zahera adalah kakaknya Alvino, dia sempat terkejut juga. Tapi itu tidak membuatnya mundur untuk mendekati Zahera dan anaknya. Tiga bulan ke belakang Alvino maupun Abimanyu sudah menjadi saksi bagaimana Leon, Lim dan Liam sama-sama berusaha mendekati Zahera dengan berbagai cara. Zahera memang terlihat menanggapi ketiganya dengan sama baiknya. Sayangnya tidak lantas membuat Zahera berpikir terlalu jauh tentang tujuan dari pendekatan ketiganya. "Za, ketiga putra Tante suka sama kamu sudah dari lama. Kamu gak sadar ya?" ujar Liana dengan nada menggoda. Zahera ha
Sejak pulang dari pengadilan agama, Sanjaya tidak banyak bicara meskipun Alea dan Mama Anita terus mengajaknya berbicara. Sanjaya masih syok dengan apa yang didengarnya dari Alena. Dia baru sadar jika selama ini Alena tidak benar-benar tertarik dan ada rasa dengannya. Dan Sanjaya dibuat sangat sakit hati. 'Padahal aku sungguh sayang sama dia,' batin Sanjaya masih tidak menerima takdirnya. Sanjaya sama sekali tidak menyangka jika Alena bersandiwara hanya untuk membantu Zahera memiskinkan dirinya. Benar-benar miskin karena semua aset yang dimilikinya dulu, kini sudah beralih nama menjadi milik Zahera, Abimanyu dan juga Alena. Satu-satunya yang masih dimiliki Sanjaya hanyalah pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan yang sudah beralih nama menjadi milik Zahera dan nantinya akan diwariskan kepada putra semata wayang mereka. 'Aku tidak masalah jika harus memberikan hartaku untuk mereka karena aku memang menyayanginya. Tapi kenapa harus ditinggalkan oleh mereka semua?' Sanjaya sudah bera
"Langsung ke rumah saja, Liam. Kita bicara di rumah!" perintah Evander Lim pada putra bungsunya setelah mengetahui sesuatu yang lain dari Liana — istrinya. Awalnya Evander Lim hanya tengah memberitahu kepada istrinya mengenai kedua putranya yang menyukai wanita yang sama. Tapi begitu tahu siapa wanita yang dimaksud, Liana semakin heboh karena jelas dia juga mengenal Zahera, bahkan sempat ingin menjodohkannya kepada Leon dan tanggapan Leon juga cukup positif. Evander Lim dan Liana tidak pernah menyembunyikan masalah sekecil apapun. Mereka lebih suka saling terbuka dan menyelesaikan semua permasalahan bersama tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Ini kenapa ketiga putraku malah kecantol satu janda yang sama?" gumam Evander Lim sambil menepuk dahinya. Kemudian dia keluar dari dalam ruangan kerja putranya untuk pulang karena pertemuan dan diskusi tentu berubah haluan ke rumah yang juga dihadirkan putra lainnya dan juga sang istri. Evander Lim dan Liam sampai hampir bersamaan. Sebenarnya Li
"Papa?" Belum sempat Zahera bertanya maksud dari Evander Lim mengatakan putranya yang lain itu siapa, suara sahutan dari belakangnya seakan menjawab kebingungannya dengan kebingungan yang lain. 'Papa? Mas Liam panggil Paman Lim dengan sebutan papa? Maksudnya, Mas Liam dan Dokter Lui itu saudaraan?' batin Zahera menatap bergantian antara Liam dan Evander Lim seakan tidak percaya dengan apa yang didengar. Padahal jika Zahera jeli dan memperhatikan detail garis wajah Evander Lim dengan Liam maupun Lui sama-sama memiliki garis wajah yang cukup mirip. Sama-sama berwajah oriental utamanya keturunan dari Negeri Gingseng. Liam menyampirkan blazer milik Zahera tanpa peduli papanya sudah menatap curiga pada mereka. Liam akan pura-pura tidak tahu jika kedua orang di depannya sudah saling kenal. Zahera sendiri sempat tersentak dengan perlakuan manis Liam meski sudah beberapa kali mendapatkannya sejak mereka kenal. Tapi disaksikan oleh Paman Lim seperti ini tentu saja membuat Zahera merasa ca
Jika di luar, Liam dan Zahera sedang bersenang-senang menikmati wahana flyboard, maka Robin di perusahaan menjadi tumbal untuk mengerjakan pekerjaan yang menggunung. Pertemuan dengan klien hari ini jelas harus dibatalkan semuanya. Karena Robin yang bekerja sendirian tidak mungkin meninggalkan perusahaan untuk sebuah pertemuan. "Ah sialan! Punya bos gak ada akhlak memang. Ini maksudnya aku dilatih buat jadi CEO apa gimana?" Robin tidak berhenti mengumpat sejak membaca pesan dari Liam jika dirinya dengan Zahera tidak akan ke kantor hari ini. Meskipun Liam menjanjikan libur untuk besok kepada Robin, tapi tetap saja bekerja sendirian untuk pekerjaan tiga orang sungguh sesuatu sekali. Meskipun begitu, sebenarnya Robin tidak sungguh-sungguh membenci sepupunya. Dia hanya merasa kesal karena dikerjain oleh Liam dan Zahera. Ya walaupun Robin sangat yakin jika biang keroknya tetap saja Liam. Zahera tidak mungkin dengan sengaja meninggalkan pekerjaan jika bukan karena terpaksa. Di tengah ke
"Mabal yuk?" "Mabal?" Zahera sempat loading saat Liam tiba-tiba mengajaknya mabal. Paham jika Zahera tidak mengerti bahasa gaul yang sedang dikatakannya, Liam pun segera menjelaskan jika dirinya ingin mengajak Zahera bolos kerja hari ini. Zahera sampai tertawa mendengarnya. Baru ini dia melihat seorang bos mengajak karyawannya untuk sengaja membolos dari pekerjaannya. Dia mengira Liam hanya bercanda, tapi nyatanya Liam bersungguh-sungguh saat kembali mengatakannya. "Bukanlah hari ini cukup berat? Aku bisa ajak kamu ke suatu tempat yang bagus, yang bisa bikin kamu teriak-teriak memacu adrenalin dan yang jelas happy setelah pulang dari sana. Mau?" Zahera menoleh dalam diam. Menatap lekat pada Liam yang dari wajah hingga tatapan matanya tidak ada gurauan dengan ajakannya. Semua diucapkan dengan nada serius juga ekspresi yang diperlihatkan. Zahera bingung menjawabnya. Meskipun sebenarnya Zahera bukan tipe yang suka mangkir dari tanggung jawab, tapi saat ini sejujurnya dia memang but
Sanjaya tidak mengindahkan peringatan dari Alena. Dia tetap berjalan maju dan membuat Alena melakukan hal sebaliknya. Sanjaya bahkan berani memojokkan Alena, karena merasa diabaikan setelah tahu Alena sudah berada di Jakarta. "Apa maksudnya kamu bicara begitu, Lena?" hardik Sanjaya.Untuk pertama kalinya Alena melihat Sanjaya yang bersikap kasar padanya. Alena menyembunyikan rasa takut dengan memperlihatkan galeri ponselnya yang berisi video dewasa yang pernah dikirim Alea padanya. Tindakannya itu cukup membuat Sanjaya mengalihkan pandangan dengan memberikan tatapan nyalang pada Alea. Sanjaya sangat marah dengan kelancangan Alea yang sudah membuat Alena menjauhinya. Padahal tanpa video itu pun sebenarnya Alena pasti menjauhinya karena misinya selama ini sudah selesai. Tapi kini Alena punya pengalihan amarah Sanjaya dengan memfokuskan Sanjaya pada Alea. "Ini gak seperti yang kamu pikir, Alena. Alea menjebakku dengan memberikan obat ke minumanku saat itu. Kamu harus percaya sama aku
Sidang putusan perceraian Zahera dan Sanjaya sudah selesai dibacakan. Mulai hari ini, sepasang suami istri yang sudah menikah sekitar sepuluh tahun lamanya itu akhirnya kembali menjadi orang asing seperti sebelumnya. Alena mendadak mendapatkan panggilan alam dan ijin ke toilet terlebih dahulu kepada Alvino. Alena menjadi orang pertama yang keluar dari ruang sidang. Sempat terkejut saat mendapati Liam ada di luar duduk seakan sedang menunggu seseorang. "Alena?" "Liam?" "Bukannya di dalam sedang ada sidang perceraian-" Liam memotong ucapannya dan tidak melanjutkan. Alena seakan paham dengan tatapan curiga dari Liam. Segera menjelaskan meski tidak sepenuhnya diterangkan sejelas-jelasnya."Aku temannya Mbak Zahera yang baru selesai sidang barusan," ujar Alena. "Eh, aku ke toilet dulu ya, udah di ujung soalnya," sambungnya tidak ingin dicecar pertanyaan lebih banyak lagi dari ini. Liam mengangguk mempersilakan. Alena terburu-buru bukan hanya karena sudah tidak tahan untuk membuang ha
"Za, kamu sudah siap?" Zio bertanya dengan memandang Zahera sangat dalam. Zahera yang masih berada di antara alam pikiran dan kenyataan hanya terdiam. Indera pendengarannya merekam pertanyaan dari sang pengacara dengan jelas. Tapi proses menyampaikan hingga ke dalam otaknya begitu lambat. "Za, hakimnya sudah siap," tegur Zio lagi membuat Zahera menarik diri ke alam nyata. "Iya, Mas. Aku juga sudah siap," ujar Zahera akhirnya bisa mengulas senyum tipis. "Tuhan tahu mana yang baik buat kita semua, Kak," ujar Alvino mengelus ringan bahu Zahera yang berbalut blazer berwarna hijau tosca. "Semua akan baik-baik saja, Mbak. Semangat!" ucap Alena ikut memberi Zahera semangat. Zahera kembali tersenyum. Kini senyumnya sedikit terlihat lebih tulus dan manis daripada yang tadi. "Aku tahu. Ini semua akan segera berlalu, dan aku selalu bersemangat. Kalian tahu itu dengan sangat kan?" Semua yang mendengar mengangguk dengan senyum terbaik untuk memberikan energi positif kepada Zahera sebelum m