"Sudah siap semua, Bi?" "Sudah, Ma. Sudah masuk tas semuanya," jawab Abimanyu saat Zahera mengabsen satu per satu keperluan sang anak yang akan dibawa ke asrama. Mulai minggu ini, Abimanyu akan pindah sekolah di Educa Center dan itu artinya anak kecil itu juga akan mulai tinggal di asrama selama weekday, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat. Zahera masih terlihat berat hati melepas Abimanyu yang justru memperlihatkan rasa antusiasnya. Huft! Zahera menghela napasnya dengan kasar. Terlihat sekali masih belum rela tinggal terpisah dengan sang putra semata wayang. Meski hanya terpisah di saat hari kerja dan akan kembali tinggal bersama di akhir pekan."Semoga aja mama udah langsung dapat kerjaan banyak sampai lembur di hari pertama kerja," gumam Zahera dengan maksud tertentu. "Emangnya kenapa, Ma?" tanya Abimanyu yang merasa heran. Setahunya, orang normal lainnya pasti akan menghindari pekerjaan lembur terutama di hari pertama masuk bekerja. Tapi mamanya justru memiliki pemikir
"Selamat pagi Tuan Muda Lim! Selamat pagi Pak Robin!" Sapaan hangat dengan nada ceria terucap dari petugas HR yang menemani Zahera menunggu kedatangan atasan yang dimaksud tadi. Zahera yang disenggol lengannya oleh Lina — sang petugas HR, hanya bisa tergagap mengikuti sapaan seperti yang diucap Lina sebelumnya. "Se-selamat pagi Tuan Muda Lim! S-selamat pagi Pak Robin!" Zahera masih terkejut karena Tuan Muda Lim yang dilihatnya begitu mirip dengan seseorang yang menemaninya menghabiskan hari sabtu kemarin dengan banyak berjalan kaki di sepanjang jalan ibu kota. Sedangkan untuk seseorang yang disebelahnya memang sudah sempat berkenalan saat masih di lantai dasar di ruang HR. Meski penampilan seseorang yang akan menjadi atasan Zahera sedikit berbeda dan mempunyai ekspresi yang tidak sama dengan yang biasanya dilihat, tapi Zahera tetap yakin jika sosok di depannya adalah orang yang sama. "Pagi juga Bu Lina, Bu Zahera," sahut Robin yang sudah sempat berkenalan dengan Zahera sebelumnya
Hari senin selalu menjadi hari paling sibuk untuk pejuang rupiah. Tidak terkecuali Sanjaya yang sudah kembali fokus dengan pekerjaannya lagi. Ketika menurut dengan ucapan Alena untuk belajar melepaskan Zahera, Sanjaya kembali menemukan semangat baru dengan harapan setelah melepas istri dan anaknya, dia bisa membangun rumah tangga yang baru dengan si gadis kesayangannya. Bahkan demi cintanya Alena, Sanjaya juga sampai berusaha sekuat tenaga menahan diri, meski sudah lama tidak mendapatkan kebutuhan biologisnya. Rasanya Sanjaya sudah ketakutan sendiri sampai tidak berani berbuat nakal lagi, karena tidak mau kehilangan untuk yang kedua kalinya. Sanjaya sudah sangat yakin dengan Alena. Dan dia tidak mau gadisnya lepas karena kebodohannya tidak bisa menahan diri. Cukup Zahera dan Abimanyu yang tidak bisa dipertahankan, Alena jangan. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Sanjaya saat ini. "Ini gak akan lama lagi. Begitu resmi bercerai dengan Zahera. Aku akan langsung melamar dan menikahi
"Bi, mau kemana?" tanya Bara saat melihat Abimanyu hendak keluar dari kamar. "Kantin," jawabnya singkat. "Mah nitip?" "Kamu mau ambil apa di kantin, Bi?" tawaran Abimanyu justru kembali dibalas dengan pertanyaan lain. "Susu almond." Lagi-lagi Abimanyu menjawab dengan singkat. Khas sekali dengan karakternya yang sedikit tertutup meski tidak membuatnya kesulitan mendapatkan teman di sekolah barunya. Sudah dua hari sejak tinggal di asrama, Abimanyu mempunyai beberapa teman dekat, baik yang satu kelas dengannya maupun yang satu kamar dengannya. Abimanyu sengaja memilih kelas khusus laki-laki untuk dirinya sendiri. Sehingga teman-temannya yang dekat dengannya juga semuanya laki-laki. "Aku juga kalau gitu," jawab Bara dengan pasrah. Choki dan juga Davin akhirnya ikut-ikutan minta dibawakan susu almond oleh Abimanyu yang akan pergi ke kantin. Mereka memang sudah biasa seperti itu jika ada salah satu yang berinisiatif ke kantin lebih dulu. Alih-alih akan ikut, justru mereka memilih un
Alvino yang sudah selesai dengan urusan sidang tesis dan lainnya memberi kabar kepada sang kakak jika besok pagi akan melakukan penerbangan ke Indonesia dalam beberapa waktu hingga tiba saatnya untuk wisuda. Alvino sedikit terkejut saat mendengar dari Zahera jika kakaknya itu sudah bekerja di Evander Group sejak hari senin. Begitu juga dengan Abimanyu yang sudah mulai bersekolah di Educa Center dan tinggal di asrama hingga hari jumat nanti. Alvino membatin dalam benaknya akan kebetulan yang sedikit janggal. Pasalnya Alvino tahu jika baik di tempat kakaknya bekerja maupun tempat keponakannya bersekolah, pemiliknya masih satu keluarga. 'Ini Kak Zahera tau gak sih kalau pemilik Evander Group sama Educa Center itu masih sama-sama punya keluarga Lim?'Alvino juga penasaran bagaimana Zahera dan Abimanyu bisa sama-sama berada di lingkungan bisnis keluarga Lim yang bukan lain adalah keluarga temannya — Liam Evander Lim. "Terlalu janggal jika ini cuma kebetulan. Tapi kalau ini atas instruk
Seperti janjinya, pagi ini Alvino sudah menginjakkan kaki kembali ke tanah kelahiran. Penerbangan dari Singapura ke Indonesia yang tidak lebih dari 2 jam membuatnya sudah tiba di Jakarta sekitar jam sembilan pagi. Melangkah tanpa ragu meski tidak ada yang menyambut kedatangannya. Tidak seperti penumpang lain yang sudah ditunggu entah itu keluarga atau bahkan temannya. "Padahal belum lama aku ke Indonesia, tapi waktu itu jelas aku terbangnya ke Balikpapan. Ke Jakarta udah lama banget deh rasanya," gumamnya. Jika biasanya Alvino akan menginap di penginapan karena hanya pulang dalam beberapa hari dan tidak ingin tinggal di rumah kakak iparnya. Maka kali ini Alvino akan memilih tinggal di rumah sewa Zahera karena sudah pisah rumah dengan Sanjaya. Alvino menilik alamat rumah yang dikirimkan kakaknya, berikut informasi dimana dirinya bisa menemukan kunci rumah yang disimpan Zahera. [Kakak simpan kunci rumah di pot bunga mawar yang warna putih][Sepeda motormu juga ada di sebelah rumah]
"Hari ini Kakak lembur lagi?" tanya Alvino yang sedang menemani Zahera sarapan sebelum berangkat bekerja. Pasalnya semalam Zahera pulang jam 10 malam setelah diajak lembur oleh atasan yang diketahui Alvino adalah teman lamanya. Meski Zahera justru tidak tahu masalah itu. Alvino sampai ingin mengumpati Liam jika tidak ingat sedang pura-pura tidak tahu apa-apa kepada keduanya. "Belum tahu sih, tapi nanti mungkin kakak bakalan tolak kalau sampak beneran diajak lembur lagi. Soalnya hari ini kan waktunya jemput Abi ke asrama.""Emangnya Kakak berani nolak kalau diajak lembur atasan?" "Berani," jawab Zahera santai, membuat Alvino semakin curiga. Karena tidak biasanya kakaknya bersikap santai kepada atasan meski sejak dulu terkenal supel dan dekat dengan atasan maupun teman kerjanya yang lain. Tapi kali ini, jelas kakaknya tidak terlihat sewajarnya seorang bawahan. Zahera melirik ke arah adiknya yang memicingkan mata. Sangat tahu jika Alvino menaruh curiga atas jawabannya. Tapi Zahera t
Alvino sudah berdiri memindai pintu kedatangan untuk menunggu seseorang yang seharusnya sebentar lagi melewati lokasi yang dipantaunya. Meski dua hari ini mereka tidak berkirim pesan, tapi Alvino sempat membaca pesan yang dikirim kakaknya dengan seseorang yang hari ini akan datang. Dan jam kedatangan tinggal menghitung mundur sampai dirinya beraksi memberikan kejutan. "Ojek, Mbak?" ucapnya membuat seseorang yang berjalan menunduk ke bawah mendongak karena mengenali warna suaranya. Dua bola mata membulat sempurna dengan binar tidak percaya tapi berseri karena senang. Alvino mengulas senyum simpul sebelum merentangkan tangan menyambut pelukan rindu karena akhirnya bertemu. "Kamu selalu kayak gitu kalau ada tukang ojek yang nawarin jasanya?" sarkas Alvino terkekeh dengan terjangan semangat dari Alena.Dia sudah menduga Alena akan terkejut melihat keberadaannya. Tapi tidak berpikir akan sehangat ini rasanya. "Iya, kalau tukang ojeknya kamu," gumam Alena semakin memperlebar senyum si
'Ini maksudnya apa?' batin Zahera. Pertanyaan tersirat dari Evander Lim kepada Zahera tentu saja membuatnya sangat syok. Apalagi dengan tatapan dalam dari ketiga putra yang dimaksudkan oleh pria paruh baya tersebut. Zahera hanya bisa menoleh ke kanan kiri menyembunyikan kebingungannya. Sedangkan Abimanyu dan Alvino yang diam saja justru terlihat lebih tenang dan tidak sebingung Zahera saat ini. Pertama kalinya Liam tahu jika Zahera adalah kakaknya Alvino, dia sempat terkejut juga. Tapi itu tidak membuatnya mundur untuk mendekati Zahera dan anaknya. Tiga bulan ke belakang Alvino maupun Abimanyu sudah menjadi saksi bagaimana Leon, Lim dan Liam sama-sama berusaha mendekati Zahera dengan berbagai cara. Zahera memang terlihat menanggapi ketiganya dengan sama baiknya. Sayangnya tidak lantas membuat Zahera berpikir terlalu jauh tentang tujuan dari pendekatan ketiganya. "Za, ketiga putra Tante suka sama kamu sudah dari lama. Kamu gak sadar ya?" ujar Liana dengan nada menggoda. Zahera ha
Sejak pulang dari pengadilan agama, Sanjaya tidak banyak bicara meskipun Alea dan Mama Anita terus mengajaknya berbicara. Sanjaya masih syok dengan apa yang didengarnya dari Alena. Dia baru sadar jika selama ini Alena tidak benar-benar tertarik dan ada rasa dengannya. Dan Sanjaya dibuat sangat sakit hati. 'Padahal aku sungguh sayang sama dia,' batin Sanjaya masih tidak menerima takdirnya. Sanjaya sama sekali tidak menyangka jika Alena bersandiwara hanya untuk membantu Zahera memiskinkan dirinya. Benar-benar miskin karena semua aset yang dimilikinya dulu, kini sudah beralih nama menjadi milik Zahera, Abimanyu dan juga Alena. Satu-satunya yang masih dimiliki Sanjaya hanyalah pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan yang sudah beralih nama menjadi milik Zahera dan nantinya akan diwariskan kepada putra semata wayang mereka. 'Aku tidak masalah jika harus memberikan hartaku untuk mereka karena aku memang menyayanginya. Tapi kenapa harus ditinggalkan oleh mereka semua?' Sanjaya sudah bera
"Langsung ke rumah saja, Liam. Kita bicara di rumah!" perintah Evander Lim pada putra bungsunya setelah mengetahui sesuatu yang lain dari Liana — istrinya. Awalnya Evander Lim hanya tengah memberitahu kepada istrinya mengenai kedua putranya yang menyukai wanita yang sama. Tapi begitu tahu siapa wanita yang dimaksud, Liana semakin heboh karena jelas dia juga mengenal Zahera, bahkan sempat ingin menjodohkannya kepada Leon dan tanggapan Leon juga cukup positif. Evander Lim dan Liana tidak pernah menyembunyikan masalah sekecil apapun. Mereka lebih suka saling terbuka dan menyelesaikan semua permasalahan bersama tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Ini kenapa ketiga putraku malah kecantol satu janda yang sama?" gumam Evander Lim sambil menepuk dahinya. Kemudian dia keluar dari dalam ruangan kerja putranya untuk pulang karena pertemuan dan diskusi tentu berubah haluan ke rumah yang juga dihadirkan putra lainnya dan juga sang istri. Evander Lim dan Liam sampai hampir bersamaan. Sebenarnya Li
"Papa?" Belum sempat Zahera bertanya maksud dari Evander Lim mengatakan putranya yang lain itu siapa, suara sahutan dari belakangnya seakan menjawab kebingungannya dengan kebingungan yang lain. 'Papa? Mas Liam panggil Paman Lim dengan sebutan papa? Maksudnya, Mas Liam dan Dokter Lui itu saudaraan?' batin Zahera menatap bergantian antara Liam dan Evander Lim seakan tidak percaya dengan apa yang didengar. Padahal jika Zahera jeli dan memperhatikan detail garis wajah Evander Lim dengan Liam maupun Lui sama-sama memiliki garis wajah yang cukup mirip. Sama-sama berwajah oriental utamanya keturunan dari Negeri Gingseng. Liam menyampirkan blazer milik Zahera tanpa peduli papanya sudah menatap curiga pada mereka. Liam akan pura-pura tidak tahu jika kedua orang di depannya sudah saling kenal. Zahera sendiri sempat tersentak dengan perlakuan manis Liam meski sudah beberapa kali mendapatkannya sejak mereka kenal. Tapi disaksikan oleh Paman Lim seperti ini tentu saja membuat Zahera merasa ca
Jika di luar, Liam dan Zahera sedang bersenang-senang menikmati wahana flyboard, maka Robin di perusahaan menjadi tumbal untuk mengerjakan pekerjaan yang menggunung. Pertemuan dengan klien hari ini jelas harus dibatalkan semuanya. Karena Robin yang bekerja sendirian tidak mungkin meninggalkan perusahaan untuk sebuah pertemuan. "Ah sialan! Punya bos gak ada akhlak memang. Ini maksudnya aku dilatih buat jadi CEO apa gimana?" Robin tidak berhenti mengumpat sejak membaca pesan dari Liam jika dirinya dengan Zahera tidak akan ke kantor hari ini. Meskipun Liam menjanjikan libur untuk besok kepada Robin, tapi tetap saja bekerja sendirian untuk pekerjaan tiga orang sungguh sesuatu sekali. Meskipun begitu, sebenarnya Robin tidak sungguh-sungguh membenci sepupunya. Dia hanya merasa kesal karena dikerjain oleh Liam dan Zahera. Ya walaupun Robin sangat yakin jika biang keroknya tetap saja Liam. Zahera tidak mungkin dengan sengaja meninggalkan pekerjaan jika bukan karena terpaksa. Di tengah ke
"Mabal yuk?" "Mabal?" Zahera sempat loading saat Liam tiba-tiba mengajaknya mabal. Paham jika Zahera tidak mengerti bahasa gaul yang sedang dikatakannya, Liam pun segera menjelaskan jika dirinya ingin mengajak Zahera bolos kerja hari ini. Zahera sampai tertawa mendengarnya. Baru ini dia melihat seorang bos mengajak karyawannya untuk sengaja membolos dari pekerjaannya. Dia mengira Liam hanya bercanda, tapi nyatanya Liam bersungguh-sungguh saat kembali mengatakannya. "Bukanlah hari ini cukup berat? Aku bisa ajak kamu ke suatu tempat yang bagus, yang bisa bikin kamu teriak-teriak memacu adrenalin dan yang jelas happy setelah pulang dari sana. Mau?" Zahera menoleh dalam diam. Menatap lekat pada Liam yang dari wajah hingga tatapan matanya tidak ada gurauan dengan ajakannya. Semua diucapkan dengan nada serius juga ekspresi yang diperlihatkan. Zahera bingung menjawabnya. Meskipun sebenarnya Zahera bukan tipe yang suka mangkir dari tanggung jawab, tapi saat ini sejujurnya dia memang but
Sanjaya tidak mengindahkan peringatan dari Alena. Dia tetap berjalan maju dan membuat Alena melakukan hal sebaliknya. Sanjaya bahkan berani memojokkan Alena, karena merasa diabaikan setelah tahu Alena sudah berada di Jakarta. "Apa maksudnya kamu bicara begitu, Lena?" hardik Sanjaya.Untuk pertama kalinya Alena melihat Sanjaya yang bersikap kasar padanya. Alena menyembunyikan rasa takut dengan memperlihatkan galeri ponselnya yang berisi video dewasa yang pernah dikirim Alea padanya. Tindakannya itu cukup membuat Sanjaya mengalihkan pandangan dengan memberikan tatapan nyalang pada Alea. Sanjaya sangat marah dengan kelancangan Alea yang sudah membuat Alena menjauhinya. Padahal tanpa video itu pun sebenarnya Alena pasti menjauhinya karena misinya selama ini sudah selesai. Tapi kini Alena punya pengalihan amarah Sanjaya dengan memfokuskan Sanjaya pada Alea. "Ini gak seperti yang kamu pikir, Alena. Alea menjebakku dengan memberikan obat ke minumanku saat itu. Kamu harus percaya sama aku
Sidang putusan perceraian Zahera dan Sanjaya sudah selesai dibacakan. Mulai hari ini, sepasang suami istri yang sudah menikah sekitar sepuluh tahun lamanya itu akhirnya kembali menjadi orang asing seperti sebelumnya. Alena mendadak mendapatkan panggilan alam dan ijin ke toilet terlebih dahulu kepada Alvino. Alena menjadi orang pertama yang keluar dari ruang sidang. Sempat terkejut saat mendapati Liam ada di luar duduk seakan sedang menunggu seseorang. "Alena?" "Liam?" "Bukannya di dalam sedang ada sidang perceraian-" Liam memotong ucapannya dan tidak melanjutkan. Alena seakan paham dengan tatapan curiga dari Liam. Segera menjelaskan meski tidak sepenuhnya diterangkan sejelas-jelasnya."Aku temannya Mbak Zahera yang baru selesai sidang barusan," ujar Alena. "Eh, aku ke toilet dulu ya, udah di ujung soalnya," sambungnya tidak ingin dicecar pertanyaan lebih banyak lagi dari ini. Liam mengangguk mempersilakan. Alena terburu-buru bukan hanya karena sudah tidak tahan untuk membuang ha
"Za, kamu sudah siap?" Zio bertanya dengan memandang Zahera sangat dalam. Zahera yang masih berada di antara alam pikiran dan kenyataan hanya terdiam. Indera pendengarannya merekam pertanyaan dari sang pengacara dengan jelas. Tapi proses menyampaikan hingga ke dalam otaknya begitu lambat. "Za, hakimnya sudah siap," tegur Zio lagi membuat Zahera menarik diri ke alam nyata. "Iya, Mas. Aku juga sudah siap," ujar Zahera akhirnya bisa mengulas senyum tipis. "Tuhan tahu mana yang baik buat kita semua, Kak," ujar Alvino mengelus ringan bahu Zahera yang berbalut blazer berwarna hijau tosca. "Semua akan baik-baik saja, Mbak. Semangat!" ucap Alena ikut memberi Zahera semangat. Zahera kembali tersenyum. Kini senyumnya sedikit terlihat lebih tulus dan manis daripada yang tadi. "Aku tahu. Ini semua akan segera berlalu, dan aku selalu bersemangat. Kalian tahu itu dengan sangat kan?" Semua yang mendengar mengangguk dengan senyum terbaik untuk memberikan energi positif kepada Zahera sebelum m