“Den ayu... Den ayu raden”. ucap wanita yang disebut mbok Diyah itu dengan suara bergetar, penasaran dengan apa yang dimaksud oleh mbok Diyah, Sebaya bersama beberapa orang kepercayaannya langsung memasuki pintu kamar tersebut, dan ;
“Aaaahhhh”. beberapa orang terlihat langsung terkejut, bahkan tak terkecuali Sebaya sendiri, wajahnya langsung memucat, Sebaya benar-benar seperti melihat sambaran halilintar yang dahsyat didepan wajahnya, satu pemandangan yang benar-benar membuat jantungnya terasa berhenti berdetak. Bahkan beberapa orang yang bersamanya langsung keluar dari kamar itu karena tak kuasa menyaksikan pemandangan yang ada dihadapannya.
Apa yang terjadi ?
Sosok seorang gadis yang tak lain adalah Sangkawuni terlihat tergantung disalah satu tiang yang ada dikamar tersebut, Sangkawuni telah mengakhiri hidupnya dengan jalan menggantung dirinya dengan seutas tali.
“Sangkawuni ! Sangkawuni !! Sangkawuni...!!!”. S
“Anak muda, tadi kau menyebut nama guru besar Duwandaru dan guru besar Sangkawaru dengan sebutan paman, siapa kau ini sebenarnya. ?”. ucap salah satu tetua itu lagi.“Nama hamba Jaka Laksono dan ini adik hamba Ayuandira, kami berdua adalah putra putri dari romo Suwandaru”. ucap Jaka Laksono dengan lantang. Ucapan Jaka Laksono ini jelas langsung membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah.“Dasar pembohong licik, dulu kau juga mengaku-ngaku seperti itu tapi nyatanya kalian semua hanyalah mata-mata yang ingin menghancurkan Perkumpulan Pengemis”. bentak Sebaya lagi dengan keras.“Kau tak perlu bersandiwara lagi Sebaya, Sangkawuni bisa membuktikan kalau kau adalah dalang dari semua ini”. ucap Bintang tiba-tiba hingga kembali membuat wajah Sebaya berubah. Kini para tetua Perkumpulan Pengemispun ikut menatap kearahnya.“Benar, sejak tadi kami tak melihat Sangkawuni, dimana dia Sebaya. ?”. tanya s
“Kita semua ini bersaudara, kenapa kita harus saling bertempur.”. ucap gusti Patih Suwandaru lagi dengan keras.“Sebaya, sekarang katakan apa maumu. ?”. ucap gusti Patih Suwandaru lagi, ucapan mengalah gusti Patih Suwandaru jelas mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu, sementara Sebaya hanya tersenyum penuh kemenangan.“Aku hanya ingin diberi kesempatan untuk menjadi guru besar di Perkumpulan Pengemis ini gusti patih. Aku yakin ditanganku Perkumpulan Pengemis akan menjadi semakin kuat dan akan sangat disegani keberadaannya dirimba persilatan”. ucap Sebaya lagi dengan yakinnya.“Huh !! kau salah Sebaya, ditanganmu justru Perkumpulan Pengemis ini akan semakin hancur”. ucap salah seorang tetua lagi tak kalah keras.“Kalian jangan terlalu meremehkan kesaktianku, aku bisa membuktikan kalau aku mampu untuk menjadi guru besar di Perkumpulan Pengemis”. ucap Sebaya tak kalah sengit.Suasana
“Keparat”. maki Sebaya dengan amarahnya.“Crabbb.”. Sebaya terlihat langsung memendamkan hulu tongkatnya ketanah, sesaat kemudian terlihat Sebaya langsung memejamkan kedua matanya dengan mulut berkomat kamit.Semua perhatian kini tertuju kearah Sebaya, menantikan apa yang akan dilakukan oleh Sebaya, dan ;“Creaabbb.....werrrr...”. tiba-tiba saja tongkat yang sejak tadi tertanam dihadapan Sebaya melenting keudara, bahkan bersamaan dengan itu sosok Sebayapun ikut melesat keudara dan menangkap tongkatnya dengan tangan kanannya.“Tongkat Darah.”. ucap Gusti Patih Suwandaru dengan wajah berubah. Ucapan Gusti Patih Suwandaru rupanya cukup terdengar oleh para tetua Perkumpulan Pengemis yang saat itu berada tak jauh dari Gusti Patih Suwandaru.“To....ongkat Darah....”. ulang salah satu tetua lagi dengan suara bergetar.“Maksud gusti patih itu adalah jurus Tongkat Darah milik Pengemis
“Gusti patih... Para tetua.”. ucap Sebaya dengan terbata-bata. “Tolong maafkan semua kesalahan saya, saya benar-benar menyesal atas apa yang selama ini telah saya lakukan”. ucap Sebaya lagi.“Sudahlah Sebaya, yang terpenting kau sudah menyadari kesalahanmu dan mau memperbaikinya.”. ucap Gusti Patih Suwandaru dengan bijaknya.“Terima kasih gusti patih. Dan jika gusti patih berkenan saya ada satu permohonan terakhir”. ucap Sebaya lagi dengan mengerahkan segenap kekuatannya untuk berbicara. Gusti Patih Suwandaru terlihat langsung menempelkan telapak tangannya ketubuh Sebaya untuk menyalurkan hawa murninya, walau Gusti Patih Suwandaru menyadari kalau tidak mungkin bagi Sebaya untuk tertolong, jurus Rahasia Tongkat Raja Pengemis yang tadi dipergunakan oleh Jaka Laksono dengan telak menghantam jantungnya, seperti jurus Tongkat Darah jurus Rahasia Tongkat Raja Pengemispun merupakan jurus yang tak kenal ampun kepada lawanny
PERKUMPULAN PENGEMIS adalah sebuah perkumpulan persilatan yang keberadaannya sudah sangat diakui dirimba persilatan, kebesaran nama dan begitu banyak pengikutnya membuat kehadirannya didunia persilatan amat dihormati dan disegani, baik oleh teman maupun lawan. Sebagaimana dikisahkan pada kisah sebelumnya (Kemelut Perkumpulan Pengemis) telah terjadi satu pemberontakan besar-besar yang dilakukan oleh Sangkawaru yang diakhiri dengan tewasnya guru besar Duwandaru, Sangkawaru sendiri akhirnya tewas ditangan muridnya sendiri, Sebaya. Untunglah bencana dan perpecahan yang terjadi di Perkumpulan Pengemis dapat dihindari dengan ikut campur tangannya Bintang dan akhirnya Sebaya harus tewas setelah bertarung sengit dengan Jaka Laksono putra tertua dari Gusti Patih Suwandaru. Malam ini semua tetua Perkumpulan Pengemis dari berbagai daerah telah berkumpul, sesuai perintah Gusti Patih Suwandaru, malam ini akan diadakan rapat penunjukan guru besar untuk memimpin Perkumpulan Pengemis. Di aula utama
“Bagaimana menurut Jaka Laksono, semua keputusan romo serahkan padamu”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi. Cukup lama Jaka Laksono terdiam memikirkan hal itu, hingga akhirnya Ratih Kumala istri tercintanya terlihat menganggukkan kepalanya. “Baiklah saya akan menerima tanggung jawab ini, tapi tetap saja saya butuh dukungan dan nasehat-nasehat dari para tetua apabila saya melakukan kesalahan”. ucap Jaka Laksono akhirnya hingga terlihat para tetua dapat menarik napas lega mendengar hal itu. “Kalau begitu baiklah, tapi sekali lagi saya ingin tanyakan kepada kalian semua, apakah ada yang tidak setuju dengan keputusan ini”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi. Dan kembali para tetua didalam ruangan itu saling pandang satu sama lain, dan ; “Tidak, kami semua sangat setuju dengan hal ini gusti”. ucap salah seorang tetua lagi mewakili yang lain dan Gusti Patih Suwandaru terlihat mengangguk tersenyum. “Baiklah kalau begitu dalam beberapa hari kedepan pelantikan akan segera dilaksanakan”. ucap Gust
“Ada apa Ayu ?”. ucap Bintang tersenyum. “Ah tidak apa-apa kang”. ucap Ayuandira tersenyum. “Jangan bohong, kakang tahu pasti ada apa-apanya”. goda Bintang. Ayuandira hanya tersenyum tipis melihat Bintang yang menggodanya, padahal selama ini ada begitu banyak hal yang ingin dibicarakannya dengan Bintang, tapi saat berhadapan seperti ini, justru Ayuandira tak berani untuk mengutarakan semuanya. “Ada apa Ayuandira ?”. ucap Bintang lembut dan Ayuandira lebih terkejut lagi saat tiba-tiba saja Bintang telah menggenggam lembut jemari tangannya. “Kang... Apakah benar besok kakang akan pergi ?”. akhirnya terucap juga ucapan itu dari bibir tipis indah milik Ayuandira. Mendengar hal itu Bintang justru terlihat menarik napas panjang. “Benar ayu, ada urusan diluar sana yang harus kakang selesaikan”. “Aku ikut ya kang”. “Jangan ayu, saat ini romo dan kakang Laksono sangat membutuhkanmu.”. ucap Bintang lagi. “Tapi aku... Aku..”. Ayuandira tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya. Hal ini membua
Senja baru saja menyapa saat langkah seorang pemuda tampan berjubah biru memasuki pintu gerbang sebuah desa, melihat raut wajah dan sosok penampilannya, tak salah lagi kalau sosok pemuda itu adalah Bintang adanya. Bintang sudah meninggalkan Perkumpulan Pengemis sejak siang tadi dan meneruskan perjalanannya untuk menuju ke Bukit Bayangan. Desa itu ternyata cukup ramai penduduknya, ini terbukti dari ramainya penduduk yang berlalu lalang dijalan desa tersebut, bahkan beberapa diantaranya langsung menjura hormat saat berpapasan dengan Bintang, rupanya mereka cukup mengenal sosok Bintang, saat melewati sebuah kedai makan yang juga tempat penginapan, langkah Bintang terhenti, pandangan Bintang terlihat mengarah kearah tempat yang tampak dipenuhi oleh para pengunjung tersebut. Sejenak masih terbayang dibenak Bintang beberapa waktu yang lalu Bintang pernah menginap ditempat tersebut, dimana saat beberapa waktu yang lalu pula Bintang baru mengetahui kalau tempat penginapan milik Ki Lantuk itu
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu