Walau usaha pertamanya gagal, Pudjasari tidak putus asa untuk aksi-aksi berikutnya. “Terima kasih kakang karena telah menyelamatkan Pudja” terdengar suara lembut Pudjasari dibelakangnya hingga membuat Bintang berbalik. Pudjasari kini sudah mengenakan jubahnya hingga tak memperlihatkan lagi bagian-bagian tubuhnya yang tadi sempat menggugah birahi Bintang. “Nona berasal darimana, mungkin hamba bisa antarkan nona pulang kerumah” ucap Bintang lagi. “Pudja berasal jauh dari sini kang, tapi saat ini Pudja bersama rombongan sedang berada di Setyo Kencana” ucap Pudjasari dengan lembut, wajah Bintang berubah untuk sesaat “Pudja” ulang Bintang lagi. “Oh ya, Pudja belum memperkenalkan diri, namaku Pudja, Pudjasari... kakang siapa?” tanya Pudja menggoda. “Namaku Bintang” “Bintang.. Kang Bintang” terlihat Pudja mengulang-ulang nama Bintang seperti berusaha mengingat sesuatu. “Setyo Kencana cukup jauh dari sini. Apa nona Pudja mau hamba antarkan malam ini juga?” ucap Bintang lagi. “Kakang
“Kalian bertiga bersembunyilah dulu, jangan jauh-jauh, agar bila aku membutuhkan kalian, kalian bisa cepat datang” ucap Pudja lagi. “Baik den ayu” ucap ketiga lelaki berpakaian hitam itu lagi seraya menghilang kembali dari hadapan Pudja. Tak lama kemudian, Bintang sudah kembali dengan membawa seekor ayam hutan ditangannya. Pudja terkejut melihat hal itu. “Maaf, hanya ini yang bisa hamba temukan dihutan ini... tunggu sebentar ya nona” ucap Bintang lagi. Pudja hanya melempar senyum tipisnya dan hanya memperhatikan sosok Bintang yang tampak mulai membersihkan ayam hutan tersebut, lalu kemudian mengolahnya dengan bahan dedaunan yang tadi dibawa juga oleh Bintang. Diam-diam Pudja mengagumi ketelatenan Bintang dalam mengolah masakan. “Seorang raja yang bisa masak. Hhmm..hebat juga” batin Pudja seraya terus memperhatikan apa yang dikerjakan oleh Bintang. Tak lama kemudian, ayampun sudah siap diatas panggangan api unggun. “Bolehkah Pudja bertanya sesuatu yang pribadi kang?” tanya Pudja
Malam semakin larut, Pudja terlihat gelisah berbaring berasalkan dedaunan pohon kering, karena memang ini pertama kalinya dia tidur dialam bebas. Hingga tidurnya gelisah, balik kiri balik kanan, berkali-kali dicobanya untuk tidur, tapi matanya tak mau terpejam.Saat berbalik kembali kearah kanan, didepan matanya Bintang tampak tengah tenggelam dialam meditasinya, dan Pudja menggunakan kesempatan ini untuk menatap dalam-dalam sosok Bintang.“Di hutan ini kesempatanku untuk membunuhnya dan melarikan diri, tapi aku tak punya kesempatan untuk melakukannya. Gusti prabu terkenal akan kesaktiannya. Hanya saat berada dipelukanku, baru aku bisa membunuhnya” batin Pudja lagi memikirkan berbagai macam cara untuk membunuh Bintang.“Tapi kenapa aku harus membunuhnya, dia raja yang baik juga bijak untuk rakyatnya” batin Pudja lagi bimbang dengan keputusannya. Sesaat terbayang dibenaknya, sosok ibunya yang saat ini ditawan dipenjara Blambang Sewu.“Tidak, demi ibu, apapun akan kulakukan. Aku harus b
UNDANGAN pihak istana Setyo Kencana segera dipenuhi oleh group ronggeng purnama, seluruh pejabat hingga petinggi istana Setyo Kencana hadir untuk menyaksikan pertunjukan ronggeng purnama yang memang diundang khusus oleh gusti prabu. Bersama para penari ronggeng lainnya, kini sosok Pudjasari sudah berdiri dihadapan Bintang dan para pejabat istana lainnya, walaupun sudah tau siapa gusti prabu Setyo Kencana, tapi Pudjasari terlihat pura-pura terkejut saat melihat sosok Bintang yang duduk disinggasananya.Dengan diiringi lantunan musik khas ronggeng, Pudjasari dan para penari ronggeng lainnya segera menunjukkan keahlian mereka dalam menari ronggeng. Sebagaimana isi surat yang Bintang kirimkan kepada group ronggeng purnama, Bintang meminta mereka menampilkan pertunjukan yang memang menunjukkan keahlian mereka dalam menari ronggeng, tidak menampilkan tarian yang memancing hasrat birahi lelaki yang melihatnya. Makanya kali ini, Pudjasari dan para penari ronggeng lainnya benar-benar menunjuk
Malam itu, group ronggeng purnama diberikan tempat menginap di istana, dan Pudja langsung memerintahkan para anggota ronggeng purnamanya untuk pertemuan dadakan.“Jadi den ayu telah memutuskan hal ini” ucap salah seorang anggota ronggeng purnama.“Benar. Karena ini adalah kesempatan terakhirku untuk membunuh gusti prabu” ucap Pudjasari lagi.“Apa yang akan den ayu lakukan?”“Aku akan menemui gusti prabu dengan alasan untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikannya karena telah menerima kita disini” ucap Pudjasari lagi.“Tapi ini sangat berbahaya den ayu” ucap salah seorang anggota ronggeng purnama lagi.“Karena itulah aku ingin kalian secara diam-diam, malam ini untuk meninggalkan Setyo Kencana... karena bila rencanaku berhasil, aku ragu apakah bisa selamat dari sini atau tidak, jika aku tidak selamat, sampaikan berita ini kepada Blambang Sewu untuk membebaskan ibuku” ucap Pudjasari lagi hingga membuat wajah-wajah anggota ronggeng purnama berubah terkejut mendengar hal itu.Malam sema
“Katakan padaku, ada masalah apa sebenarnya Pudja?” ucap Bintang lagi yang meyakini kalau memang ada permasalahan yang saat ini dialami oleh Pudja. Tiba-tiba saja Pudja menangis sesugukan dihadapan Bintang dengan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Secara naluri Bintang lalu menarik pundak Pudja dan merengkuhnya dalam pelukan. Tangis Pudja semakin menjadi-jadi ketika Bintang menyuruhnya untuk menumpahkan segala kepedihan melalui tangisan untuk melegakan perasaannya. Tanpa terasa tangan Bintang ikut mengelus-elus rambutnya dengan lembut dan penuh perasaan. “Sekarang katakan padaku, ada masalah apa Pudja?” ucap Bintang lembut. Pudja terlihat mendongakkan wajahnya dan memandang wajah Bintang dengan tatapan sayu. Dengan nafas berat, Pudjapun menceritakan misinya yang diperintahkan oleh Rakryan Tumenggung Subali yang kini berada dipihak Blambang Sewu untuk membunuh Bintang. Bintang tampak mengangguk mengerti setelah mendengar cerita Pudja secara keseluruhan. “Aku sudah tau sejak p
PAGI ITU, Bintang meminta Sawungpati untuk datang menghadapnya. Hal ini tanpa diketahui oleh siapapun di Setyo Kencana.“Ada apa Bintang?” tanya Sawungpati lagi, memang bila hanya berdua, Sawungpati hanya menyebutkan nama saja, dan Bintang tidak pernah mempermasalah hal itu.“Bagaimana perkembangan latihan anak buahmu Sawungpati?”“Semakin hari semakin baik Bintang. Semua yang diajarkan tuan Danzo, sudah kami kuasai dengan baik, walau masih belum sempurna” ucap Sawungpati lagi.Sebagaimana kita ketahui, ada 10 orang anak buah Sawungpati yang diserahkan Bintang kepada Danzo untuk dilatih menjadi ninja-ninja terlatih, dan saat Bintang diangkat menjadi gusti prabu Setyo Kencana, Bintang menyerahkan 5 orang untuk ikut Danzo tinggal di Bukit Bayangan, baik untuk terus belajar maupun sebagai penjaga Bukit Bayangan. Sedangkan 5 sisanya ikut Sawungpati ke istana Setyo Kencana.“Ayo kita lihat mereka berlatih Bintang” ucap Sawungpati lagi seraya melangkah meninggalkan tempat itu. Bintang dan S
“Kau benar-benar luar biasa, Sawungpati” ucap Bintang tertawa ringan. Sawungpatipun ikut tertawa.“Sawungpati” ucap Bintang lagi seraya berhenti sejenak. Sawungpati menoleh kearah Bintang, tapi tetap menunggu apa yang akan diucapkan Bintang karena sepertinya memang ada sesuatu yang sangat penting.“Lusa aku akan pergi ke Blambang Sewu” ucap Bintang lagi, hingga langsung membuat wajah Sawungpati berubah.“Ada urusan apa kau kesana?”“Ingin menyelamatkan seseorang. Saat ini sedang berada di penjara Blambang Sewu” ucap Bintang lagi hingga lagi-lagi membuat wajah Sawungpati berubah.“Apakah tuan mahapatih tau akan hal ini?” tanya Sawungpati lagi, Bintang menggeleng.“Saudara-saudara kita?” tanya Sawungpati lagi dan lagi-lagi Bintang menggeleng.“Hanya kau yang kuberitahu mengenai hal ini” jelas Bintang lagi.“Apakah orang yang ingin kau selamatkan ini sangat berarti untukmu?” tanya Sawungpati lagi. Kali ini Bintang mengangguk.“Aku sudah berjanji pada seseorang” ucap Bintang singkat.“Jan
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu