“Setttttt...!” puluhan anak panah melesat lepas dari busur panah, bila dilihat dari udara, puluhan panah itu seperti hujan panah.
Ditempatnya Bintang tampak menoleh kearah putri Gwang yang masih tampak cemas menatap kearah Bintang.
“Panahnya kak... panahnya!” Gwang mencoba berteriak memperingatkan Bintang.
“Gwang, perhatikan baik-baik jurus yang akan kakak perlihatkan sama Gwang” tiba-tiba saja dipendengaran Gwang terngiang sebuah suara yang tentunya sangat dikenalnya, suara Bintang. Bintang sendiri tampak berbalik dan menatap keatas, dimana hujan puluhan panah seakan menutupi langit.
Tiba-tiba saja hawa panas ditempat itu mendadak berubah dingin. Disekitar tubuh Bintang sendiri tampak hawa putih mulai berputar-putar disekeliling tubuh Bintang.
“Wuushhh..!!!” segelombang hawa dingin terpancar keluar, begitu Bintang mengarahkan telapak tangannya keudara.
“Sreggg..sreeegggg..” gelomba
“Buka matamu Gwang..” terdengar suara lembut ditelinga Gwang yang masih menutup matanya dan memeluk erat-erat pinggang Bintang dari belakang, saat Sembrani terjun kedalam jurang, Gwang merasakan nyawanya bagaikan terbang dari tubuhnya, jantungnya mendadak berhenti, nafasnya terasa sesak, dan kini mendengar suara lembut didekatnya yang diyakininya adalah suara Bintang, tentu saja membuat Gwang keheranan. Sedikit demi sedikit Gwang membuka kedua matanya.“Aahhh..” Gwang terpana kaget melihat pemandangan dibawahnya, pohon-pohon, dataran bukit yang menjulang, awan putih yang bersusun rapi yang sesekali menyentuh kakinya yang menjuntai.Wajah Gwang semakin berubah saat melihat dari punggung Sembrani terlihat secara samar-samar kilauan sinar membentuk sepasang sayap.“Kuda terbang..” ucap Gwang seakan baru menyadari apa yang terjadi. “I..in...ini kuda terbang kak!” ucap Gwang dengan kaget. Bintang hanya tersenyum kearah
“Oh iya, Gwang ingat.. kakak suruh memperhatikan baik-baik jurus yang akan kakak perlihatkan sama Gwang” ucap Gwang lagi, Bintang tersenyum melihat ingatan Gwang yang luar biasa. “Hebat sekali jurus dingin yang kakak perlihatkan.. panah dan meriam berhasil kakak kalahkan” sambung Gwang lagi.“Itu adalah hawa dingin dari tenaga dalam Rembulan Dingin yang kakak miliki Gwang, tenaga yang digunakan untuk berlatih jurus Bulan Purnama” ucap Bintang lagi.“Tenaga dalam Rembulan Dingin, jurus Bulan Purnama..” ulang Gwang lagi.“Benar, karena itu kakak membawa Gwang kemari, kakak akan memberikan dasar tenaga dalam Rembulan Dingin dan jurus-jurus Bulan Purnama kepada Gwang” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Gwang berubah.“Bb..be..benarkah kakak akan mengajarkan Gwang?” ucap Gwang seakan tak percaya.“Benar, dan tempat ini
Bintang sendiri terus berkonsentrasi mengirimkan hawa tenaga dalam Rembulan Dingin miliknya kepada Gwang, dan ;“Buka matamu Bintang, apakah kau tidak tertarik dengan tubuh indah putri Gwang..” sebuah suara mengejutkan Bintang, sebuah suara yang tiba-tiba saja terlintas dibatinnya.“Siapa???”“Aku adalah hawa nafsumu.. nikmati tubuhnya Bintang, ini kesempatanmu untuk menyetubuhinya..” terdengar lagi suara itu dibatin Bintang.“Tidak...tidak.. aku takkan melakukan itu” ucap Bintang dibatinnya.“Putri Gwang takkan menyalahkanmu, karena sesungguhnya dia sangat mencintaimu. Dia pasti rela menyerahkan tubuhnya padamu. Apakah kau tak ingin, wanita secantik dan seindah putri Gwang dalam pelukanmu” ucap suara tanpa wujud dibatin Bintang lagi.Kali ini bukan hanya Gwang yang berusaha mati-matian melawan hawa dingin ditubuhnya, tapi sesungguhnya, Bintangpun tengah berjuang mati-matia
MALAM itu rembulan tampak bersinar terang, bintang-bintangpun tampak bertaburan disana sini, semakin menambah indahnya malam itu, tapi di ujung pandangan tampak awan hitam datang bergerombol dengan sesekali terlihat guntur kilat menyambar. Hal ini pula yang menjadi perhatian seorang nahkoda kapal yang tampak berdiri di haluan dengan teropong panjang ditangannya. Kapal yang dinahkodai sang ketua terlihat cukup besar, karena kapal itu memang kapal seorang saudagar. “Bagaimana nahkoda, apakah kita harus memutar untuk menghindari badai?” tanya seorang lelaki muda yang berdiri disebelah sang nahkoda. Dia adalah wakil nahkoda. “Terlalu jauh bila kita harus memutar, bisa-bisa kita tiba sampai ditempat tujuan akan terlambat” ucap sang nahkoda. “Tetap maju terus kedepan, gunakan kecepatan penuh” ucap sang nahkoda lagi. “Kecepatan penuh!” teriak wakil nahkoda lagi. “Kecepatan penuh!” ulang para kelasi kapal. Kapal layar mewah itupun melaju dengan cepat menuju ke arah badai yang ada dihadap
Malam itu, badai laut membuat kapal layar yang ditumpangi Bintang terombang ambing, untunglah nahkota kapal sudah berpengalaman dilautan, hingga kapal tersebut mampu berlayar ditengah badai. “Cleetarrr!”. guntur menggelegar dengan dahsyat memecah gelombang lautan. Di kamarnya, Bintang tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya, kedua mata Bintang yang terbuka mengalami keanehan, semuanya menghitam, tapi saat Bintang menutup kembali matanya, dan membukanya, mata itu sudah kembali seperti biasa, dan muncul seringai aneh diwajah Bintang, seringai yang baru pertama kali terjadi. Bintang tampak menatap kearah sosok Gwang yang tidur dengan memeluk dirinya, dan lagi-lagi Bintang mengeluarkan seringai aneh. “Uffhhh” Gwang terbangun saat merasakan ada sesuatu yang menempel dibibirnya, begitu kedua mata Gwang terbuka, betapa kagetnya Gwang saat melihat ternyata Bintang telah melumat bibirnya dengan buas, secara reflek Gwang mendorong tubuh Bintang yang ada diatasnya. “Kak” Gwang bingung kenapa
PAGI datang, menyambut datangnya sinar mentari yang begitu cerah pagi itu, dilautan yang maha luas, segerombol burung camar tampak terbang beriringan, sesekali burung camar terbang menukik untuk menyambar ikan yang ada dibalik air.“Agghh” Bintang baru saja terbangun dari tidurnya, Bintang sedikit terkejut saat mengetahui kalau dirinya tidak mengenakan pakaian bagian atasnya, diatas tubuhnya tampak terbaring sosok gadis jelita yang tentu saja Bintang kenali. Putri Gwang Oamsinn, keduanya tampak terbaring ditutupi sebuah selimut yang terbuat dari sutra, yang paling mengejutkan Bintang adalah saat dia membuka selimut tersebut, ternyata mereka berdua sama sekali tidak mengenakan pakaian alias bugil.“Apa yang terjadi?”“Apa yang telah aku lakukan?” batin Bintang tak habis fikir, Bintang mencoba memejamkan kedua matanya untuk mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi tadi malam. Samar-samar Bintang mulai dapat mengingatnya da
Perjalanan menuju Kyoto (jepang) ternyata cukup memakan waktu lama. Hari ini sudah tiga minggu perjalan berlangsung, tapi belum ada tanda-tanda akan tiba ditempat tujuan.Pagi itu. “Nahkoda! Lihat!” wakil nahkoda terlihat menunjuk kearah utara. Sang nahkoda tampak memandang kearah utara, diketebalan kabut pagi, terlihat sebuah kapal besar tengah menuju kearah mereka. Sang nahkoda tampak mengambil teropong panjang dan menggunakannya untuk melihat lebih jelas. Kini sang nahkoda dapat melihat dengan jelas sebuah kapal layar besar berbendera tengkorak.“Perompak lagi” batin sang nahkoda. Sang nahkoda tampak memutar teropongnya untuk melihat lebih jelas lambang tengkorak yang ada dibendera. Tiba-tiba saja wajah sang nahkoda berubah, dicoba teropongnya lebih jelas, wajah sang nahkoda terlihat pucat.Wakil nahkoda yang ada disebelah tampak terkejut melihat perubahan diwajah nahkodanya.“Ada apa nahkoda?”“P-peromp
DI LUAR pertempuran tengah berlangsung sengit, antara para pendekar penjaga kapal, menghadapi serbuan para anak buah Lilith. Walaupun awak kapal Perompak Lima Samudra semuanya adalah wanita, tapi semangat juang pertempuran mereka sangat dahsyat dan terkesan sadis. Mereka tak segan-segan membunuh orang-orang yang ada dihadapan mereka. Sementara itu Lilith sendiri masih berdiri gagah di anjungan kapalnya memperhatikan pertempuran yang terjadi. Pertempuran yang tidak seimbang terjadi, dimana jumlah anggota Perompak Lima Samudra lebih banyak, membuat dalam sekejap anak buah kapal sudah terdesak hebat. Satu demi satu anak buah kapal tewas ditangan anggota Perompak Lima Samudra.Hal ini bukan saja membuat cemas nahkoda kapal dan para kru kapal, tapi para tamupun terlihat ketakutan. Disaat seperti itulah ;“Serrrr” sebuah bayangan biru, tiba-tiba saja melesat masuk kedalam pertempuran dan langsung melumpuhkan beberapa orang anggota Perompak Lima Samudra. Sosok itu
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu