Warning...!!! Konten untuk 21+++ Bijaklah dalam membaca !
“Nyai”. ucap Bintang sedikit terkejut saat menyadari keadaan dirinya, Bintang mencoba untuk bangkit, tapi Nyai Kembangsari langsung menahannya. “Beristirahatlah dulu kang, kakang pasti masih lelah”. ucap Nyai Kembangsari lagi tersenyum. Anehnya Bintang tidak mampu menolak tolakan tangan Nyai Kembangsari yang menyuruhnya kembali untuk bersandar, memang saat itu Bintang benar-benar merasakan keletihan disekujur tubuhnya, apa yang telah dilakukannya malam tadi bersama Nyai Kembangsari benar-benar merupakan pengalaman pertama yang takkan pernah bisa terlupakan bagi Bintang. Saat keduanya terlihat saling menatap satu sama lain dan tiba-tiba saja Nyai Kembangsari langsung memeluk dan merebahkan dirinya dipelukan Bintang. “Hari ini aku sangat bahagia sekali kakang”. ucap Nyai Kembangsari. Cukup lama Nyai Kembangsari menjatuhkan dirinya dipelukan Bintang. Hingga akhirnya dia kembali mengangkat wajahnya. “Nyai.”. terdengar akhirnya Bintang mengeluarkan ucapan, Nyai Ke
“Apakah kakang ingin tahu kejutan apa yang akan kuberikan malam ini pada kakang.”. kembali terdengar suara Nyai Kembangsari dari balik tirai sutra itu. “Tapi sebelum aku memberitahukannya, aku ingin kakang meminum ramuan yang khusus kubuatkan untuk kakang diatas meja itu”. mendengar ucapan Nyai Kembangsari Bintang segera berpaling kearah meja tersebut dan Bintang dapat melihat hidangan minuman seperti yang dikatakan oleh Nyai Kembangsari tadi. Dan begitu Bintang mendekat dan mengangkat minuman itu, Bintang langsung tahu kalau minuman itu adalah sebuah jamu. Tapi karena Bintang ingin segera mengetahui kejutan yang telah dipersiapkan oleh Nyai Kembangsari padanya, Bintangpun dengan cepat segera meminumnya. “Sekarang mendekatlah kemari kang”. kembali terdengar suara Nyai Kembangsari dari balik tirai sutra itu dan dengan perasaan berdebar Bintang mulai melangkah mendekat. Beberapa langkah didepan tempat peraduan itu, Bintang menghentikan langkah kakinya saat sesosok tubuh keluar dari ba
Hari demi haripun berganti tanpa terasa satu minggu sudah Bintang dan Nyai Kembangsari berada di desa Rantangpuri. Dan selama itu pula hubungan antara Nyai Kembangsari dan Bintang semakin mesra, kedua-duanya telah benar-benar seperti sepasang suami istri yang tengah menikmati bulan madu mereka didesa tempat kelahiran Nyai Kembangsari sendiri. Bahkan kini tidak ada rasa sungkan diantara keduanya untuk saling menunjukkan rasa cinta diantara mereka, dimana diantara keduanya telah tercipta satu hubungan yang saling membutuhkan dan saling mengerti satu sama lain. Bagi Bintang sendiri, pelayanan dan kehangatan cinta yang diberikan oleh Nyai Kembangsari kepadanya benar-benar telah membuat Bintang tergila-gila kepada Nyai Kembangsari, dan secara perlahan tapi pasti Bintang mulai melupakan tujuan utamanya yaitu mengembara dalam menumpas keangkara murkaan. Sementara bagi Nyai Kembangsari, keperkasaan dan kejantanan yang diberikan oleh Bintang benar-benar membuatnya tak bisa lepas dan jauh dar
“Byuuuurrrrr..”. tiba-tiba saja dua sosok tubuh keluar begitu saja dari dalam air dan kini terlihat kedua sosok tubuh yang baru saja keluar dari dalam air tersebut, ternyata kedalaman air itu hanya setinggi dada keduanya hingga kini kedua sosok itu terlihat berdiri diantara kedua kaki mereka, tapi bukan itu pemandangan yang paling mengejutkan dari keduanya, melainkan kedua sosok tersebut ternyata adalah sosok Bintang dan Nyai Kembangsari sendiri dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh keduanya terlihat polos tanpa selembar benangpun yang menempel ditubuh keduanya dan tubuh keduanya terlihat sudah saling merapat satu sama lain bahkan bibir keduanya terlihat saling melumat satu sama lain, rupanya kedua muda-mudi ini tengah memadu birahi ditempat itu. Untunglah tidak ada seorangpun manusia lagi yang berkeliaran ditempat itu, jika tidak tentu pemandangan panas itu dapat disaksikan dengan jelas. Entah sudah seberapa lama keduanya saling bergelut birahi ditempat itu, dinginnya air terjun itu
“Paman.....bibi.”. sebuah suara mengejutkan keduanya yang langsung berpaling, dari kejauhan terlihat sosok seorang bocah kecil yang tengah berlari kearah mereka. “Layung”. ucap Bintang dan Nyai Kembangsari hampir bersamaan saat mengenali sosok yang telah mendekat itu. Dan bocah kecil itu terlihat langsung menghela nafasnya karena tadi telah berlari. “Paman, bibi, bopo menyuruh cepat pulang” ucap Layung lagi. “Yah, kami memang baru saja mau pulang Layung”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum. “Anu, itu...kata bopo, ada orang dari desa Tawung Sari yang datang mencari bibi”. ucap Layung lagi hingga mengejutkan Bintang dan Nyai Kembangsari yang kini saling pandang satu sama lain. “Siapa Layung. ?” “Layung juga tidak tahu bi, tapi jumlah mereka banyak sekali”. ucap Layung lagi sehingga semakin membuat Nyai Kembangsari dan Bintang heran dan bertanya-tanya, tapi tak mungkin anak sekecil Layung bisa menjelaskan semuanya, maka ; “Kalau begi
Malam menyelimuti kegelapan alam, alam terlihat begitu sepi dan sunyi, sementara sang rembulan malam itu tampak bersinar dengan terangnnya, bahkan Bintang-Bintangpun tampak bertaburan dengan indah diangkasa raya malam itu seakan ikut menemani sang rembulan. Malam itu memanglah malam Bulan Purnama hingga sinar sang rembulan bersinar cukup terang dari malam-malam biasanya. Suasana yang hening mencekam itu tampak menghiasi dataran sebuah lembah yang cukup curam yang ada disebuah kaki bukit, tak ada sesosok mahlukpun yang terlihat berkeliaran dilembah itu, hanya sesekali suara binatang malam terdengar membahana. Dua ekor kuda terlihat dipacu dengan cepat menembus kegelapan malam mengitari lembah tersebut, penunggangnya adalah dua sosok lelaki, dan salah seorang diantara mereka terlihat langsung menghentikan langkah lari kudanya saat dihadapan mereka terbentang satu jalanan yang begitu terjal dan curam yang tidak mungkin untuk dilewati oleh kuda mereka. Sosok pemuda yang berada t
“Sawungpati, bawa Ki Tayub menjauh, aku akan menyelesaikan urusanku dengan mahluk itu!”. ucap Bintang lagi seraya menyerahkan sosok tubuh Ki Tayub kepada Sawungpati yang ada didekatnya. Tanpa banyak membantah Sawungpati segera memapah tubuh Ki Tayub menjauhi tempat itu, sementara itu Bintang sendiri kini telah kembali berhadapan dengan sosok mahluk penghisap darah. “Kenapa kau lakukan semua ini Sunarya. ?”. ucap Bintang. “Bagaimana kau bisa tahu namaku anak muda ?”. ucap lelaki itu lagi dengan sedikit keras. “Aku hanya menduganya Sunarya, tidak ada orang yang memiliki alasan yang lebih kuat untuk membunuhi orang-orang terdekat Nyai Kembangsari selain dirimu. ?”. “Ha ha ha...!!! kau benar anak muda, takkan kubiarkan seorangpun didunia ini yang ingin memiliki Kembangsari kekasihku itu, siapapun yang berani melakukan hal itu, maka dia harus mati ditanganku”. “Untuk itu kau telah mempersekutukan dirimu dengan iblis” “Benar dan dengan
Tapi untunglah Bintang sudah menduga akan hal itu, maka ; “Huppp”. dengan cepat sosok Bintang melompat tinggi untuk menghindarinya, hingga ; “Duarrr....duarrr...duarrrr”. batu-batu yang ada dibelakang Bintang langsung hancur berantakan saat terkena hantaman sinar merah yang tadi keluar dari 10 jari mahluk penghisap darah tersebut. Untung saja tadi Bintang bergerak cepat menghindar, kalau tidak tentu tubuh Bintangpun akan mengalami hal yang sama dengan batu-batu tersebut. Melihat buruannya lolos, Sunarya kembali menggeram dan kembali memburu kearah Bintang dan lagi-lagi mahluk penghisap darah itu melepakan cahaya-cahaya merah dari kuku runcingnya. “Duarr....duarrrrr.....dduuuaarrrrrrr”. dan kembali batu-batu yang menjadi sasaran kosong oleh mahluk penghisap darah itu hancur berantakan, dan kini terlihat tempat itu benar-benar berubah menjadi hancur lantak akibat serangan-serangan mematikan yang dilepaskan oleh Sunarnya. Sementara itu Bintang masih terus berger
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu