Beranda / Semua / Klorofil / Si pengejar cantik

Share

Si pengejar cantik

Penulis: MyZhafran
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-13 14:50:04

Sekelompok orang tiba-tiba mengelilingi mereka. Tiga orang wanita dan dua orang pria. Masing-masing dari mereka sudah siap dengan senjata dan kuda-kuda untuk menyerang.

“Jangan sia-siakan kesempatan ini. Cepat, tangkap dia!” titah seorang wanita yang terlihat paling muda diantara mereka. Dibanding yang lainnya, dia sendirilah yang memakai pakaian paling mewah. Sebuah gaun biru tua berpadu biru muda dengan kilatan disetiap sisinya tampak lebih indah ketika ia kenakan. Ditambah lagi dengan parasnya yang indah membuatnya terlihat seperti boneka hidup yang menghipnotis orang lain dengan kecantikannya. Siapapun yang melihatnya akan tahu jika dia bukanlah orang biasa.

Mendengar perintah dari gadis itu, kelima anak buahnya segera menyerang mereka berdua. Alva yang dari tadi sudah bersiaga ikut terbawa pertarungan yang tidak ia ketahui alasannya. Pedang kecil ia kenakan untuk menahan serangan senjata lawan yang beragam. Beberapa kali ia melempar pisaunya untuk membuat lawan menjauh. Di tempat yang sama, Bian sedang bertarung dengan seorang pria dewasa. Tubuhnya yang tinggi dan berotot serta pakaiannya yang menampilkan ciri khas seorang kesatria istana memberi tanda jika dia adalah salah satu prajurit dari salah satu kerajaan.  Terlebih lagi, pakaiannya terlihat berbeda dibanding keempat temannya yang lain.

“Tuan Putri. Ikut saja dengan kami. Kita tidak perlu bertarung seperti ini.”

Bian tidak menggubrisnya, dia melancarkan serangan dengan berlari mendekati pria itu. Berulang kali ia melancarkan pukulan ke arah pria itu, namun semuanya ditangkis dengan mudah. Didetik selanjutnya, pria itu menyerang balik dengan tendangan kaki kirinya dan pada saat yang sama pula Bian  mencoba menahan dengan pergelangan tangannya. Disaat ia menoleh ke arah Alva, barulah ia menyadari jika telah terjadi sebuah pertarungan yang tidak seimbang di sana. Tanpa apa pilihan lagi, dia mengambil kedua kipasnya dan melemparnya ke arah yang berbeda. Kipas dongker berputar dan bergerak menuju Alva, sedangkan kipas maroonnya melayang ke arah pria yang ada di hadapannya.

“Nguuuung,” begitulah suara saat kipas itu dilempar. Ketika melihat kipas itu mendekat, semuanya spontan menghindar. Semuanya tahu, jika sedikit saja terkena goresan dari kipas itu maka kulit, daging dan tulang mereka akan berpisah begitu saja. Bahkan yang lebih berbahaya, kipas itu tidak hanya bergerak seperti boomerang yang begitu dilepaskan akan kembali lagi, tetapi kipas itu akan terus berputar secara acak hingga penggunanya mengambilnya kembali.

Disaat yang lain lengah dengan bergerakan kipasnya, Bian segera berlari mendekati Alva dan menggendongnya secara paksa. Dia merangkul pinggang Alva lalu mengangkatnya ke atas pundak, persis seperti penculikan yang sering dilakukan oleh penjahat di televisi.

“Hei, ada apa ini? kenapa tiba-tiba..,” ribut Alva yang terkejut oleh perlakuan Bian. Tanpa memberi tahu apa-apa, Bian segera membawanya menjauh dari lokasi pertarungan tersebut. Anehnya, Bian berlari sangat cepat sehingga dalam hitungan satu menit saja mereka sudah meninggalkan tempat itu.

“Hei, turunkan aku. Sesak jika terus begini… turun..,” keluhnya secara paksa. Bian pun akhirnya menghentikan langkahnya dan menurunkan laki-laki yang dari tadi terus mengeluh.

“Eh..eh… itu kipas-kipasmu datang. Awas kepalamu!”

“Kltak,” kedua kipas itu kembali ke tangan Bian dengan sempurna. Tanpa melukai tangan Bian sedikit pun. Alva terkagum-kagum, ia bahkan menepuk tangannya meskipun tak bersuara.

“Bagaimana caramu mengendalikan benda itu? Saat kemaren aku memegang itu sangat berat. Bagaimana caranya? Katakan padaku!”

“Kenapa kau tenang-tenang saja disaat kau baru saja diserang oleh sekelompok orang yang tidak kau kenal?”

“Entahlah. Aku juga tidak tahu. Mungkin karena aku sudah terbiasa tiba-tiba dihadang oleh orang asing. Atau mungkin karena aku pernah menghadapi yang lebih parah dari itu? Hmm.. aku juga tidak terlalu memikirkannya. Karena sekarang aku ada kau, aku yakin kau akan membantuku..ha..ha…”

“Terserahmu, aku tidak akan bertanggung jawab jika kau mati karena hal seperti itu.”

“Wah, kau memperdulikan aku? Aku tidak tahu kau bisa berbicara lebih dari dua kata ha..ha..haa..,” Alva mulai mengejek keberanian Bian untuk berbicara.

“Tidak apa-apa, seperti yang aku katakan tadi. Aku sudah terbiasa, bahkan aku pernah diculik oleh orang yang tak kukenal, jadi biasa saja he..he…”

Alva sedikit menyikut Bian yang terus memandanginya dengan pandangan yang menghakimi jika dia adalah laki-laki yang aneh. Dia bahkan mencoba mendorong badan Bian agar melangkah pergi dan tidak memberinya kesempatan untuk menatapnya lebih lama lagi. Disaat dia menyentuh punggung gadis itu, ia mendadak menarik tangannya dengan sangat cepat.

“Ya ampun, ini diluar dugaanku. Hanya dengan sedikit menyentuh punggungnya saja aku bisa tahu jika yang aku sentuh itu adalah otot yang sudah berbentuk. Padahal badannya kurus begitu. Bagaimana bisa? Aku benar-benar iri,” pikir Alva sambil memandangi punggung Bian.

Mereka kembali berjalan mengikuti arah matahari terbit. Sinar mentari yang kian terik memaksa mereka untuk berjalan di bawah lindungan pohon yang tumbuh berjejeran di hutan. Hanya melewati satu jenis hutan saja sudah membawa kesan yang berbeda di tempat tersebut. Hutan pertama yang berlokasi di sekitaran desa sudah mulai gundul dan terang akibat musim kemarau. Sedangkan hutan yang kini mereka lewati masih tampak hijau dan gelap  di bawah bayang-bayang dedaunan pohon. Entah sejauh apa Bian membawa Alva untuk melarikan diri sehingga hutan yang mereka lalui saja sudah berbeda.

“Jadi, sudah berapa lama kau hidup sendiri? Sepertinya kau benar-benar kurang bersosialisasi,” tanya Alva sambil menoleh ke arah gadis tersebut. Tampaknya Alva sudah mulai terbiasa jika tak menerima jawaban langsung dari temannya. Namun itu tak menyulutkan semangatnya untuk terus berbicara.

“Kau tahu, ada satu aturan dasar di dunia medis. Bahkan aku rasa setiap orang bahkan yang paling awam sekali pun sudah mengetahui hal ini. Aturan itu mengatakan jika seorang tenaga medis dilarang untuk memulai pertarungan maupun terlibat pertarungan. Dalam kata lain, seorang tenaga medis dilarang terlibat dalam segala bentuk kekerasan. Bahkan disaat perang pun mereka mendapat hak istimewa untuk tetap dibiarkan hidup. Namun, semua itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Konsekuensinya, mereka harus bersiap sedia mengobati siapa pun yang membutuhkan bahkan musuh sekalipun,” Alva menghentikan ucapannya lalu sedikit melirik Bian untuk memastikan apakah gadis itu masih mendengarkannya.

“Karena hal itu banyak orang yang berpikir jika tenaga medis itu lemah karena dilarang mengangkat pedang. Tetapi dilain sisi tak sedikit pula yang berminat untuk bergelut dibidang ini karena… ya… hak istimewa itu. Tetapi untung saja aku termasuk salah satu golongan istimewa, karena itu aku diizinkan untuk bertarung,” Alva kembali melirik Bian. Dia meletakkan kepalan tangan kanannya di depan mulut lalu sedikit berdehem.

“Ehem… Jadi, maksudku jika kau pikir aku lemah kau salah. Selain belajar ilmu kesehatan aku juga belajar ilmu bela diri. Aku bahkan bisa menggunakan pedang, busur dan tombak. Aku sengaja tidak menggunakan salah satunya ya.. agar tidak ketahuan saja. Apalagi aku memakai pita ini ke mana-mana. Karena  jika ada yang melihatku menggunakan pita pengenal medis ini sambil membawa senjata besar kemana-mana, bisa-bisa mereka malah melaporkanku dan membunuhku karena mengira aku perampok. Lagian juga bagaimana bisa aku mengembara tanpa persiapan ilmu bela diri,” secara tiba-tiba Bian berhenti dan berdiri sedikit menghadap Alva. Alva sedikit terkejut dan sedikit menelan ludahnya karena tatapan dingin yang diberikan oleh Bian.

“Aturan ada untuk dilaksanakan. Jangan sombong hanya karena istimewa,” ucap Bian. Seketika mata Alva terbelalak saat mendengar pernyataan Bian. Dia ikut memperbaiki posisi berdirinya hingga berhadapan sejajar dengan si Bian. Dia menghela nafas lalu berkata.

Bab terkait

  • Klorofil   Pria dan kursi roda

    “Wah..kau bisa berkomentar padaku. Tenang saja! Jika aku adalah dokter yang bekerja untuk negara saja aku bisa dikatakan melanggar aturan. Tetapi aku bekerja bukan hanya untuk negara saja, aku juga bekerja dibawah naungan dua organisasi besar. Karena itu sistem kami sedikit berbeda. Kami tidak hanya bekerja di rumah kesehatan saja, tetapi kami dikirim untuk menangani penyakit-penyakit yang membutuhkan penelitian secara langsung,” jelasnya panjang lebar. “Lingkar Hijau?” pikir Bian. “Intinya, pertarunga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Klorofil   Harapan yang didengar

    Wanita yang berpangkat sebagai ibu tersebut terlihat kaget saat diberikan pertanyaan oleh Alva. Seketika Alva langsung merespon mimik wajah mereka.“Maaf, saya tidak seharusnya bertanya itu. Maaf.. tidak perlu menjawab,” ucap Alva.“Tidak apa-apa, aku saja yang berekspresi berlebihan. Toh kejadiannya sudah lama, mau ditangisi juga tidak akan mengubah masa depan. Ayah Hari dan Haru pergi lima belas tahun yang lalu, tepatnya saat anak-anakku masih berumur lima tahu. Tapi aku tidak punya waktu untuk bersedih, aku punya anak-anak yang harus kunafkahi,” setelah mendengar jawaban itu, Alva menjadi tersenyum. Selama dia mengembara dan menjumpai banyak orang hanya satu sosok yang membuatnya selalu terkagum-kagum. Seorang ibu yang bisa menjadi apa dan siapa pun untuk sang anak.“Seorang ibu itu hebat ya,” pujinya senang. Hari, Haru dan ibunya seketika menolehkan wajah ke arah Alva yang terlihat senang.“Ha..ha.. baru perta

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Klorofil   Tujuan utama

    Alva dan Haru berpisah saat tiba di tujuan. Sebuah bangunan yang penuh dengan kemewahan. Bukan tanpa alasan, karena bangunan itu adalah sebuah klinik yang berdiri kokok di antara sawah dan perumahan warga. Belum sempat Alva mendorong pintu klinik, pintu itu tiba-tiba terbuka. Seorang pria dewasa muncul dari sebalik pintu tersebut. Matanya langsung terbelalak saat melihat wajah Alva. “K-kau… kenapa kau di sini? Apa jangan-jangan kau dokter yang dikatakan oleh si Haru?” “Hmm… ya...tapi bagaimana kalau dokter izinkan aku masuk dulu sebelum bercerita panjang lebar?” “Ba-baiklah...ikuti aku!” Mereka berjalan menuju sebuah ruangan. Ruangan khusus yang memiliki papan nama “dr. Adi,”. Alva menyeringai saat membaca papan nama tersebut. “Silahkan duduk! Aku akan mengambil dokumennya dulu,” pria bernama Adi tersebut berpindah ke rak buku dan mengambil sebuah dokumen. Lantas dia menyerahkannya kepada Alva. “Kau...anggota lingkar hijau’kan?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Klorofil   curahan hati

    Setelah Alva meninggalkannya pergi, Bian hanya bisa berkeliling rumah tanpa ada sesuatu yang jelas bisa dia kerjakan. Sebenarnya dia sudah menawarkan jasa kepada si ibu. Tetapi wanita itu menolak dan hanya memintanya untuk menemani anaknya di rumah. Beberapa saat yang lalu dia masih bersama Hari di pondok kecil belakang rumah namun kini laki-laki itu entah ke mana perginya. Karena dia lelah berada di dalam rumah, dia pun memutuskan untuk keluar untuk mencari Hari. Seketika Hari memutar kepalanya saat terdengar suara langkah kaki mendekat. Bian memandanginya dengan wajah datarnya. Hari yang sudah menebak watak gadis itu sejak awal langsung menerima kehadirannya dengan kembira. “Duduklah di sampingku! Kau mencariku’kan?” ajaknya dengan penuh percaya diri. Bian segera membungkuk dan duduk di samping laki-laki yang sudah turun dari kursi rodanya. “Aku lebih suka menyelesaikan sovenir ini di tempat ini. Karena aku tetap bisa melihat Haru dan ibu yang sedang bersaw

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Klorofil   ketakutan yang wajar

    “Aku sudah mendengarnya. Kau yang akan menjadi dokter penggantinya’kan?” pertanyaan dari Hari membuat Alva terdiam. Dia tahu Hari hanya ingin memastikan kebenaran, hanya saja dia merasa jika Hari sedang menyudutkannya. Hari tidak melanjutkan pembicaraannya. Dia tetap menunggu jawaban dari pria yang ada di hadapannya tersebut. Mulut yang terasa berat untuk menjawab terus membungkam Alva dalam perasaan bersalah. Padahal niatnya adalah untuk membantu pria tersebut, tetapi setelah merasakan kerapuhan jiwa Hari dia menjadi bingung dengan keyakinannya. Dengan gerakan yang secara tak sadar ia lakukan, Alva mendekati laki-laki itu lalu menyentuh bahu kirinya. Sebuah kebiasaan spontan yang ia lakukan. Senyuman manis yang selalu ia lontarkan kepada siapapun. Senyuman yang ia gunakan untuk menghadapi kondisi yang ia sendiri belum tahu cara menghadapinya. “Aku tahu, Kak Hari adalah salah satu dari orang hebat yang kutemui selama ini. Manusia yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Klorofil   Hari yang dinanti dan kabar yang ditunggu

    Hari yang paling mendebarkan pun tiba. Suara debar jantung yang kuat benar-benar membuat telinga bisa mendengarnya. Namun, itu bukanlah alasan bagi mereka untuk tidak tersenyum. Mereka hanya bisa tersenyum untuk saling menyemangati dari rasa khawatir dan ketakutan. Si ibu sibuk mencari Alva untuk menunjukkan rasa hormatnya.“Ada apa Bi? Apa terjadi sesuatu dengan Kak Hari?” tanya Alva yang baru saja keluar dari ruang gantinya. Kini dia sudah mengenakan pakaian khusus operasinya dengan segala persiapannya. Bahkan rambut panjangnya dia ikat seperti sanggul agar tidak mengganggu.“Dia tidak apa-apa. Hanya saja…Bibi mau mau mengucapkan terima kasih padamu. Terima kasih sekali,” si ibu sedikit membungkukkan badannya. Hal itu membuat Alva terkejut.“Tidak-tidak perlu. Ini sudah kewajiban saya. Bibi sebaiknya juga bersiap ya. Apa pun hasilnya semoga kita semua bisa menerimanya.”“Ya. Aku sudah menunggu hari ini se

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Klorofil   Selamat jalan

    Hari keempat tiba. Hari yang dijanjikan Alva untuk segera berangkat dari tempat tersebut. Sebelum pergi Alva menyempatkan untuk bertemu dengan dokter pemilik klinik si Dokter Adi.“Tidak apa-apa, aku benar-benar berterima kasih. Aku akan merawat Hari semampuku.”“Jika…seandainya terjadi sesuatu segeralah mencari dokter untuk membantumu. Jika perlu tambahlah pekerja di sini. Ya ampun…apa yang aku katakan kepada seniorku sendiri…aku minta maaf.”“Tidak apa-apa. Akan segera kuusahakan. Terima kasih masukannya. Oh iya… kau akan segera pergi?”“Iya…temanku itu sudah tidak sabaran. Tetapi sebelum pergi aku akan melihat Hari sebentar dan pamitan. Aku pamit dulu.”“Ah…iya…terima kasih atas bantuanmu. Semoga kita bisa berjumpa lagi.”Lokasi pun berganti di kamar Hari. Si ibu sedang menenteng sebuah bungkusan lalu memberikannya kepada Bian.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Klorofil   Seorang gadis

    “Ya ampun, sejak kapan rambutku sudah sepanjang ini? Aku pikir rambutku sependek rambut Bian, ternyata sudah sebahu saja. Hmmm…aku harus segera memotongnya…jika aku ingat,” gerutunya. Setelah selesai membersihkan diri Alva segera bergantian dengan temannya itu. “Aku pikir dia tidak mau mandi. Em…setidaknya sekarang letihku sudah berkurang. Sebaiknya kami makan nanti saja,” pikir Alva. “Aku jadi penasaran kenapa dia tidak mau mandi bersama. Apa aku harus mengintipnya? Emmm…apa yang kupikirkan sih…ya ampun.” “Cepatlah kita harus segera bertemu desa berikutnya,” Alva mulai mendesak temannya itu, namun seketika dia terpikirkan sesuatu. “Eh, maksudku mandi saja sesukamu tak perlu terburu-buru,” tentu saja percakapan satu arah itu dia lakukan dengan bersorak. Karena secara pandangan mata lokasi mereka berada cukup jauh terlebih lagi suara berisik air terjun yang ikut mengoceh. Seusai membersihkan diri mereka segera melanjutkan perjalanan karena mere

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13

Bab terbaru

  • Klorofil   Kemenangan

    Syuut!Trang!Bian berhasil menangkis satu peluru yang hampir mengenainya. Ruangan itu tampak hening meskipun pasukan profesor telah bersiap-siap untuk pergi.“Dua? Tiga? Mereka hanya sedikit namun mereka menyebar dalam ruangan ini. Aku tidak tahu pasti di mana mereka. Yang bisa kulakukan adalah menunggu mereka menyerang,” pikir Bian.Profesor dan yang lain mulai bergerak.Trang!“Ketemu!”Wuush!Ngiiing!“Arrrgh!”Teriakan itu pun seketika berhenti.“Dia berniat mengejar mereka. Setidaknya itu bisa memperingatkan yang lain jika mereka lebih aman jika diam di tempat!”Syyut!Trang!“Arrgh!” Bian terduduk ketika salah satu peluru mengenai perut bagian bawahnya. Darahnya mulai mengalir deras.“Setidaknya aku menemukan satu dari mereka!”Wuush!“Arrrgh!”“Tinggal satu lagi. Aku harus mencarinya sebelum aku kehabisan darah. Di mana kau?” gerutunya. “Perasaanku mulai tidak tenang! Aku harap dia baik-baik saja!” pikir Alva.“Alva! Jangan melamun!” sorak Kevin.Dor!Suara pistol mulai kemba

  • Klorofil   Akhir-2

    Pulau Gati telah terlihat. Mereka mulai memenuhi pelabuhan yang tetap ramai seperti biasa.“Prof. Pulau ini memang memiliki banyak pelabuhan. Tetapi … melihat mereka yang sudah tahu dengan kedatangan kita. Bukannya hal yang mungkin jika mereka sudah melarikan diri atau pun mereka membunuh kita saat tiba?” bisik Alva.“Benar. Tetapi … lihatlah sekitar laut! Kapal-kapal itu bukan berlayar tanpa alasan. Mereka berpatroli dan mengepung pulau ini agar tidak ada yang melarikan diri.”“Lalu … kenapa mereka bisa menyerang kita kemaren?”“Itu karena kita sudah masuk wilayah dalam penjagaan. Maksudnya kita sudah masuk dalam sarang mereka, sedangkan para kapal hanya berjaga dalam jarak tertentu agar mereka tidak keluar. Mereka harus menjaga jarak agar tidak mudah diserang musuh. Kemungkinan besar, kemaren mereka masuk melalui penyusupan.”“Apa kalian semua tahu soal kapal penjaga itu?”“Tidak. Aku tidak percaya dengan anak buahku sekarang. Aku merasa salah satu dari teman-temanmu itu ada yang me

  • Klorofil   Akhir-1

    Angin laut mulai berhembus kencang. Dua kamar yang dipesan, satu untuk Bian dan satu untuk Alva dan Kevin secara bergantian. Cara terbaik untuk lebih menghemat uang, mengingat mereka masih harus menyewa satu kapal lagi. Namun, sebuah pertemuan yang tidak diduga. Alva kembali bertemu dengan rombongan sang profesor.“Kau … masih hidup?” tanya profesor yang melihat Bian diantara mereka.“Umurnya lebih panjang dari dugaan. Kenapa? Kalian hendak membunuhnya lagi? Jika iya, maka langkahi dulu mayatku!” terang Kevin memasang badan dengan nada tegasnya.“Kau … siapa?” tanya anggota yang lain.“Aku adalah orang yang mengobatinya setelah terjatuh dari tebing itu. Karena itu … aku tidak akan terima jika ada orang yang akan melukainya lagi!”Deg!“Sudahlah … kita tidak ada urusan lagi dengan Lingkar Hitam. Sekarang misi kita hanyalah Regu Venom,” terang profesor.“Kebetulan sekali Prof! Kami memang hendak ikut membantu penyerangan itu!” ucap Alva.“Dari mana kau tahu soal penyerangan itu?”“Seseo

  • Klorofil   Orang lama-11

    Alva sedikit menenggak ludah lantaran jendral membicarakan soal Lingkar Hijau.“Tuan … apa anda mengetahui semua urusan istana?” tanya Kevin.“Beberapa. Terkadang mereka merahasiakannya dariku!”“Apa Tuan … tahu soal Ariana?” sambung Alva.“Tentu saja. Aku sangat kecewa pada diriku sendiri yang tidak bisa ada untuknya. Saat pemindahan ke Rubi bahkan saat pengirimannya ke perbatasan … aku tidak tahu soal kebijakan itu karena aku sibuk mengurus daerah Timur. Tahu-tahu … dia sudah tidak ada di tempat. Saat aku ingin menjenguknya di Istana Rubi … aku dilarang keras oleh Petinggi. Karena itu … aku hanya bisa mengirim sedikit hadiah dariku melalui pelayan untuknya. Aku pun tidak tahu apa itu benar – benar tersampaikan padanya atau tidak.”“Bahkan anda tidak mengetahui soal pemindahan itu?”“Iya. Rasanya sedih, aku tidak tahu kenapa. Sepertinya mereka berniat menjauhkanku darinya. Padahal aku sangat menyayanginya. Meskipun banyak muncul gosip yang tidak mengenakkan, bagiku … aku sudah menga

  • Klorofil   Orang lama-10

    Ting!Bian berhasil menangkis pedang yang hampir memenggal leher pangeran.Buk!Penyusup itu tertatih – tatih lantaran kakinya yang terasa amat nyeri. Alva dan Kevin pun segera keluar dan membantu mereka.“Alva! Anak itu!” panggil Bian.Alva menoleh dan melihat pangeran yang mulai memucat. Dia mendekat dan mengecek keadaannya.Sreet!Dia pun menyobek lengan baju pangeran yang telah berlumuran darah.“Membiru!” batinnya.Dia pun menoleh kesekitaran yang terlihat sepi.“Ck … keadaan seperti ini pun tidak ada medis yang berjaga?” gumamnya.“Aku harus memberikan pertolongan pertama padanya!” sambungnya.“Arrgh!”Anindira pun mulai terkena sayatan pedang.“Mereka hanya bertiga … tetapi menjadi sulit karena mereka pengguna racun meskipun memang satu lawan satu,” batin kevin.Dengan matanya yang mulai berkunang-kunang, Anindira tetap berusaha melihat pertarungan di sekitarnya. Musuh yang mulai mengabaikannya mulai mengambil ancang-ancang untuk menyerang yang lain.Matanya terbelalak saat mel

  • Klorofil   Orang lama-9

    Semuanya langsung terfokus pada suara yang berasal dari tempat duduk sekitaran ratu. Pedang Ro telah menancap di langit-langit setelah dihadang oleh kipas Bian. Alva yang merupakan sasaran pedang itu seketika menjadi panas dingin setelah melihat kipas Bian yang menancap pada dinding batu. “Cerdik sekali Tuan Puteri! Sebaiknya jangan lakukan itu lagi! Jangan sembrono! Semua tempat ini dalam jangkauan kami!” gertak Kevin yang sebenarnya terkejut dengan kejadian itu. “Itu … karena kemampuannya! Kau sudah membunuhnya tadi! Dia menggunakan semacam sugesti pada Yang Mulia Ratu! Kami memang merubah sistem kerajaan semenjak pemerintahan Ratu Indriana. Kami memang mengasingkan Puteri Ariana karena kami takut ramalan itu benar. Kami hanya melakukan tugas kami untuk melindungi kerajaan!” “Ramalan ya! Sepertinya ramalan itu benar! Sebuah kebetulan! Dia datang kembali setelah enam tahun lamanya dengan kemampuannya yang tidak bisa dinalar oleh otak. Bagaimana menurutmu? Dia benar-benar datang unt

  • Klorofil   Orang lama-8

    Srak!Drap!Dua ekor kuda kembali berpacu. Bedanya kini Bian menunggangi kuda yang sama bersama Kevin. Alva yang telah kembali normal telah mendengar semua cerita beberapa hari yang lalu. Malu dan bersalah, setidaknya itulah yang dia rasakan saat menatap mata Bian.“Maaf, aku tidak pernah tahu apa yang terjadi ketika tubuhku berusaha melawan racun!”Itulah pembelaan yang dia katakan ketika tangan Bian mendadak dingin saat ia tarik agar mau mendengarnya berbicara. Sesudah itu, mereka masih belum ada bicara hingga saat ini.Canggung!“Aku penasaran siapa yang menyerang kita kemaren!” ucap Alva.“Sepertinya hanya perampok! Aku tidak menemukan apapun yang mencurigakan dari salah satu anggota mereka.”“Hmm … mereka hebat juga!”“Kuakui itu. Mungkin mereka mantan dari suatu perkumpulan!”“Ngomong-ngomong … kita akan masuk dari mana? Penjagaan di istana itu pasti sangat ketat!”“Aku sudah tahu jalan masuknya. Kita akan masuk dari Istana Rubi. Tempat itu sangat dekat dengan ruang kerja peting

  • Klorofil   Orang lama-7

    Drap!Srak!Dua ekor kuda berlari dengan kencang ke arah ibu kota Kerajaan Amara. Tempat yang harus di tempuh selama tiga hari dengan berkuda tanpa halangan.“Kau benar – benar sudah tidak apa-apa?” tanya Alva.“Tentu saja, aku baik-baik saja. Perasaanku jauh lebih baik setelah memukulmu!”“Haa? Tidak terdengar seperti pujian untukku!” jawab Alva.“Yaa … setidaknya kau harus meningkatkan bentuk tubuhmu agar bisa bertahan dengan serangan mendadakku. Kulihat tanganmu membiru!”“Tak bisakah sedikit saja kau merasa berdosa padaku setelah melakukan hal itu?”“Kenapa? Kau sendiri yang memanasiku! Kau harus terima resikonya!”Alva hanya bisa tersenyum mengiyakan pernyataan Kevin yang benar.“Pinggangmu tidak sakit duduk menyamping begitu?” tanya Alva pada Bian.“Ini lebih baik!”“Alva, awas!” teriak Kevin.“Ngiiik!” Kuda yang mereka tunggangi sontak menukik. Dengan sigap Alva memeluk Bian dan memposisikannya agar tidak langsung terjatuh ke tanah.Trak!Kevin melepas anak panahnya ke tempat k

  • Klorofil   Orang lama-6

    “Ternyata begini caramu memandangi nasib ya?” ejek Alva.Kevin hanya berdecak dan mengabaikannya.“Aku kira kau akan memilih balas dendam seperti sebelumnya!”Pria itu tampak terkejut dan memandangi Alva yang telah duduk di sampingnya.“Tidak ada yang memberitahuku. Aku hanya menebak ke mana kau pergi selama dua tahunan itu. ““Kenapa aku harus mencari jauh-jauh jika orang yang kucari ada di depan mata?” tanya Kevin dengan tatapannya yang tajam.“K-kau bercanda’kan?”Srak!Brak!“Uggh!” Alva terhempas jauh setelah berhasil menangkis serangan Kevin yang mendadak.“Sebaiknya kau jangan ikut campur!” gertak Kevin pada Bian yang hendak mendekat.“Sialan. Ternyata kau serius … baiklah jika itu maumu! Akan aku layani dengan serius!” ucap Alva riang.Syuut!Trak!Bian hanya bisa diam memandangi Alva dan Kevin saling beradu pukulan. Beberapa kali mereka saling terhempas akibat serangan bertenaga mereka. Dia pun berpindah ke atas pohon yang lebih teduh.Setelah tiga puluh menit berlalu, pertar

DMCA.com Protection Status