Share

Jogja

Penulis: Mama Lana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jangan ngaku-ngaku kamu," ucap seorang pemuda berusia dua puluh tahun itu, tangannya berkacak pinggang sambil terus menunjuk ke arah Roy yang baru saja sampai.

Entah apa maksud dari pemuda ini yang tiba-tiba marah padanya, padahal Roy hanya mengatakan bahwa kedatang kesini hanya untuk mencari keluarga ayahnya yang masih ada.

"Tadi kamu bilang apa, Paman Edi? Memang siapa kamu?" pemuda itu kembali bersuara, membuat Roy yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara.

"Aku memang mencari Paman Edi, apa benar ini rumahnya?" ungkap Roy kemudian, laki-laki itu menatap rumah sederhana yang di penuhi tanaman-tanaman hias di sekelilingnya.

"Bapak tidak akan menemuimu, jadi pergilah."

Cih, benar-benar pemuda ini membuatku kesal.

Perjalanan yang ia tempuh selama satu jam lebih, di tambah lagi ia yang begitu kepikiran dengan Rey membuatnya tidak bisa tidur semalaman, namun ia memaksakan diri untuk melanjutakan perjalanannya demi ingin menemui saudara yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kita Hanya Menikah   Kebenaran

    "Beneran, Bibi lagi nggak bohongin El, 'kan?" tanya wanita itu sekali lagi, Elisa masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Lho, yo bener tho, Nduk? La wong Bibi juga pernah di kenalin sama laki-laki bernama Wahyu itu kok," ungkap Bi Ami meyakinkan, membuat Elisa kembali mengingat dimana ia pernah mendengar nama itu.Wahyu Aditama...Wahyu, Adi-ta-ma...Aku pernah tau nama itu, tapi dimana ya?Sekalipun hanya menjabat wakil CEO, tapi setidaknya dulu ia seringkali menjalin kerjasama dengan banyak para pengusaha.Kalo nggak salah itu kan nama belakangnya..."Nggak, nggak mungkin. Ini pasti cuma kebetulan sama."Setelah lama memutar otak, Elisa menemukan satu nama yang ia yakini sangat mirip dengan nama itu, tapi..."Kenapa, Nduk? Kepalamu pusing?" Bi Ami yang melihat Elisa gelisah sendiri pun heran, padahal ini semua tidak ada hubungannya dengan dirinya."Tidak Bi, El hanya sedikit lelah,"

  • Kita Hanya Menikah   Merusak

    Beres...Anton menyimpan kembali peralatan yang baru saja ia gunakan untuk merusak mobil Elisa, lantas berjalan menghampiri Alina yang masih terlihat sibuk mengawasi sekitar."Bagaimana?""Sip. Beres," ucapnya sambil mengerlingkan sebelah matanya ke arah perempuan itu, lantas menarik tangan Alina menjauh dari parkiran Bandara."Ingat. Ini tidak gratis, sayang."Anton melajukan mobilnya perlahan meninggalkan tempat itu, sembari terus melirik ke arah Alina yang sudah duduk tepat di sampingnya."Iya, iya. Pokoknya semaumu," janji Alina pada pria itu, meski ia sendiri bisa menebak akan seperti apa nantinya.Pasti Anton akan mengerjainya habis-habisan sampai ia lemas tak berdaya, dan anehnya pria itu selalu terlihat bugar seakan tidak mempunyai rasa lelah."Oke, kita ketempat biasa."Anton terlihat bersemangat, padahal baru kemarin mereka berlibur bersama, bahkan banyak menghabiskan waktu berdua di dalam kamar."Apa ti

  • Kita Hanya Menikah   Melepaskanmu

    Setelah sambungan telepon terputus, Elisa mencoba menghubungi laki-laki itu lagi, namun sayangnya sampai panggilan ke tiga Roy sama sekali tidak merespon. Tidak patah semangat, Elisa mengirimkan pesan singkat pada suaminya, yapi tetap saja Roy tak membalasnya, bahkan nomer yang ia gunakan sekarang tidak bisa di hubungi lagi.Elisa beralih menghubungi nomer Mbok Nah, karena ingin tau keadaan di rumah saat ini. Meski Elisa harus berulang kali menepikan mobilnya, karena tidak ingin membahayakan keselamtan dirinya sendiri. Baru panggilan pertama, terdengar suara Mbok Nah di seberang sana, membuat Elisa ingin segera tau bagaimana keadaan dirumah saat ini."Mbok, apa Kak Roy sekarang ada di rumah?""Non...?""Iya, Mbok. Apa Kak Roy...?""Den Rey....?"Elisa menjatuhkan handphonenya seketika, jujur saja sekarang pikiran wanita itu benar-benar buntu. Pantas saja Roy tadi menghubunginya berkali-kali, bahkan laki-laki itu memutuskan sambungan telepon

  • Kita Hanya Menikah   Tidak Menginginkannya Lagi

    "K-ak...?" bibir Elisa bergetar. Benarkah apa yag baru saja ia dengar, atau saat ini ia sedang bermimpi. Namun kenapa rasanya sakit sekali."Aku serius, El, bukankah itu yang kamu mau. Mulai sekarang kamu bebas melakukan apapun. Kejarlah, kejar laki-laki itu, jika dia memang bisa membuatmu bahagia."Dan akhirnya Roy memilih menyerah. Ia pikir saat Elisa mendatanginya ke kantor, wanita itu benar-benar ingin dirinya kembali, tapi nyatanya Elisa hanya ingin membuatnya semakin terikat dengan perasaan yang ia miliki."Kak, kumohon...?" tangis Elisa kembali pecah, bahkan suara tangisannya memenuhi lorong sepi itu."Jangan katakan itu lagi," pintany pada Roy.Elisa masih berharap kalau Roy tidak benar-benar mengatakan itu."Bukankah itu mau mu? Kamu sendiri kan yang bilang, Kita Hanya Menikah. Apa kamu lupa?" Roy tersenyum sinis, mengingatkan kembali syarat dari Elisa sebelum pernikahan mereka terjadi."Bahkan kamu tidak pernah sekalipun mel

  • Kita Hanya Menikah   Wanita Muda

    Seminggu telah berlalu, setelah pertengkaran itu keduanya semakin menjauh. Roy memilih tetap tinggal di apartemen, dan menemui Rey setiap akhir pekan. Sedangkan Elisa yang memang merasa bersalah masih terus berusaha mendapatkan maaf, dari menghubunginya lewat telepon, atau menemuinya langsung ke kantor. Tapi sayangnya Elisa tidak pernah bisa menemui laki-laki itu, entah sengaja atau hanya alasan Roy saja, yang pasti ia selalu tidak ada saat Elisa datang mencarinya. Mau tidak mau Elisa harus pulang dan berusaha menemuinya lagi besok.Dan hari ini saat Elisa datang ke kantor, Roy lagi-lagi menghindar. Laki-laki itu memilih pergi ke sebuah pusat perbelanjaan demi untuk menghindari istrinya.Istri?Mungkin status itu sebentar lagi tidak akan ada, karena Roy sudah bertekad untuk melepaskan Elisa secepatnya.Roy hanya berjalan dan melihat-lihat tanpa membeli satupun barang di setiap toko yang ia lewati, berharap waktu cepat berlalu dan Elisa cepat pergi dari ru

  • Kita Hanya Menikah   Menemuinya

    "Siapa...?"Sang perawat tadi diam, sambil mengingat ciri-ciri wanita muda yang tadi datang kerumah, dan membawa pergi majikan perempuannya."Wanita itu cantik, Pak. Mata bulat, kulit putih bersih, dan dia memperkenalkan diri sebagai, Elisa," jawab perawat itu begitu yakin."Elisa, siapa. Apa dia teman ibu?" Wahyu Aditama masih bingung. Seingatnya kalau sang istri tidak mempunyai teman bernama Elisa, apalagi wanita muda seperti yang di ceritan perawat tadi."Saya kira bukan, Pak. Maaf, saya hanya mendengar itu."Karena tidak menemukan petunjuk apapun selain nama wanita yang membawa istrinya tadi, Wahyu Aditama akhirnya menghubungi Alex yang sekarang masih lembur di perusahaan tempat dia bekerja."Ibumu pergi dengan seorang wanita muda, dan Ayah tidak bisa mencegahnya."Yang di seberang sana seketika panik, bahkan pekerjaan yang sedikit lagi hampir selesai terpaksa ia tinggalkan begitu saja.*****

  • Kita Hanya Menikah   Ibu yang Kecewa

    "Nak, sebenarnya kita mau kemana?" Bu Lastri menatap heran Elisa. Mungkin perempuan itu berpikir akan di ajak ke rumah wanita itu, tapi nyatanya Elisa tidak membawanya kesana."Tenang, Bu. Kita akan menemui Kak Roy," Elisa tersenyum, lalu melanjutkan lagi langkahnya menyusuri lorong apartemen tempat Roy tinggal. Setelah sampai di depan pintu kamar, Elisa mengeluarkan kunci lantas segera membukanya."Lho, kalian tinggal disini?" tanya perempuan paruh baya itu lagi, matanya meneliti seluruh ruangan yang ada di depannya."Maaf, Bu. El nggak bisa kasih tau sekarang, Ibu tunggu disini sebentar ya?"Elisa meninggalkan Bu Lastri di ruang tamu sendirian, sedangkan dirinya menerobos masuk begitu saja mencari keberadaan tuan rumah yang sedari tadi belum terlihat."Kak...!" Elisa memekik keras saat ia melihat laki-laki itu baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan menggunakan handuk sebatas pinggang, Roy yang semula santai tak kalah terkejut saat tiba-tiba me

  • Kita Hanya Menikah   Elisa Vs Alina

    Untung tidak dapat di raih, malang tidak bisa di tolak. Elisa terpaksa pergi meninggalkan parkiran apartemen, dan melajukan mobilnya kembali menuju rumah.Sudah beberapa hari ini ia berusaha mendatangi kantor Roy, tapi tidak pernah sekalipun bisa menemui laki-laki itu disana. Sedangkan malam ini, ia yang semula berniat hanya ingin menemui ibu kandung dari suaminya, harus menelan pil pahit karena lagi-lagi bukan kata maaf yang ia dapatkan, melainkan penolakan dan amarah dari suaminya yang semakin tidak bisa ia pahami. Setelah ia membawa perempuan paruh baya yang kini menjadi mertuanya itu menemuinya di apartemen.Sebenci itu kah Roy kepadanya, hingga ia begitu tega mengusirnya dari apartemennya sendiri. Bahkan sebelum pertengkaran itu terjadi, Roy masih bisa menerima sikapnya yang sejak dulu memang seperti itu.Apa ini mengenai kepergiaannya yang tidak ia ketahui?Jika memang ia, seharusnya Roy menyelidikinya lebih dulu. Atau setidaknya ia menuntut a

Bab terbaru

  • Kita Hanya Menikah   Kejutan(TAMAT)

    "jadi, maksud Anda istri saya sedang hamil?" Roy mengulangi pertanyaan untuk yang ke sekian kalinya. Menatap tak percaya pada Elisa yang ada di sebelahnya dengan pandangan sama-sama bingung."Iya, Tuan, istri Anda sedang hamil, dan usia kandungannya baru berumur empat minggu.""Apa, Dok? Saya hamil?" Elisa terlambat merespon, di raihnya hasil USG yang ia sendiri tidak paham dengan apa yang tertulis di dalamnya, "Ini beneran kan, Dokter?""Benar, Nona." Dokter pun meyakinkan sekali lagi, bahwa hasil test itu memang benar adanya."Tapi, kenapa usia kandungannya berjalan empat minggu?" Roy kembali menyahut, seingatnya ia berdamai dengan Elisa dan baru melakukan hubungan badan sekitar tiga minggu yang lalu, tapi....?Roy menatap bingung dengan penjelasan Dokter tadi, sempat ada rasa curiga dari pancaran mata lelaki itu. Bagaimana bisa?"Tidak mungkin Dokter, kami melakukannya baru tiga minggu yang lalu, ini kenapa bisa? Atau jangan-jangan----...

  • Kita Hanya Menikah   Semakin Menyebalkan

    "Jangan lupa Kak, belikan aku somay." Isi pesan dari istrinya, membuat Roy mengernyit heran, sejak kapan Elisa suka dengan makanan itu? Bukankah yang ia tahu Elisa kurang suka dengan makanan apa saja yang berbahan ikan. Lelaki itu tidak membalasnya, tapi ia tetap membelikannya untuk Elisa.Roy memacu mobilnya kembali setelah mendapatkan apa yang di minta istrinya. Lelaki itu tiba di halaman depan dan bergegas mencari di mana keberadaan wanita itu."Bik, di mana Elisa?"Bibik yang sedang berada di dapur langsung berbalik, menatap heran sang majikan yang biasanya masih ada di kantor."Nona ada di taman belakang, Tuan.""Oh ya Bik, tolong pindahkan ini ke piring, lalu antarkan segera ke taman." Roy menyerahkan sebungkus somay yang ia bawa, lalu melangkah menuju taman belakang."Kak, kamu udah sampai?" Elisa terlihat berbinar, di letakkan ponsel yang ia pegang, lalu matanya menyipit ke arah kedua tangan suaminya. "Mana pesananku? Tidak ada kah?"

  • Kita Hanya Menikah   Tingkah Aneh Elisa

    Hari-hari selanjutnya di lalui Elisa dengan sangat manis. Mereka mencoba saling memperbaiki diri dan memulainya kembali dari awal. Pernikahan mereka yang semula hanya status kini benar-benar layaknya pernikahan normal seperti biasa. Keduanya sama-sama menerima apapun kelebihan atau kekurangan dari diri mereka masing-masing."Kak, kapan kita mau jemput Rey?" tanya Elisa suatu pagi. Ini kali ketiganya wanita itu menanyakan, setelah beberapa hari yang lalu selalu Roy abaikan."Iya nanti. Kamu sabar dulu ya? Aku masih ada kerjaan penting yang nggak bisa di tinggalin." Selalu saja jawaban itu yang suaminya berikan. Sabar, sabar. Sampai kapan?"Kalau Kakak memang nggak bisa ninggalin kerjaan, bagaimana kalau aku aja yang jemput Rey sendiri?" Elisa mencoba bernegosiasi. Jika ia harus menjemput putranya sendiri, sebenarnya tidak masalah. Tapi lelaki itu yang selalu menghalanginya."Tunggu aku, El? Nanti kita pergi sama-sama." Lelaki itu terlihat sudah rapi. Di pe

  • Kita Hanya Menikah   Aku mencintaimu

    "Ayo, Nak? Katanya mau ketemu Mama?" Aditya mengingatkan pada gadis kecil tentang tujuannya datang ke sini, lagi pula pria itu merasa tidak enak sendiri saat menyadari kalau ada wanita cantik di sebelah sana yang sejak tadi terabaikan keberadaannya."Tapi Alya masih pengen sama Ayah Roy," rengek bocah itu manja. Alya benar-benar terlihat enggan melepaskan lelaki itu yang sejak tadi menggendongnya."Sini sama Ayah Adit gantian, kasiah tuh Ayah Roy capek, kan sejak tadi udah gendong Alya."Gadis itu memandang wajah Roy sejenak, lalu segera bergerak turun dari gendongan lelaki itu. "Tapi Ayah janji kan, mau nengokin Mama lagi?"Roy hanya mengangguk setuju menjawab pertanyaan Alya. Sejujurnya ia kasihan dengan gadis kecil itu, tapi mau bagaimana lagi, Alina memang harus di rawat agar bisa segera sembuh.Aditya dan Alya kembali menyusuri lorong menuju kamar di mana tempat rawat untuk Alina. Keduanya sama-sama terlihat sedih melihat seorang yang sangat d

  • Kita Hanya Menikah   Dia Benar-Benar Gila

    Elisa melangkah mendekati keduanya, lalu melipat kedua tangannya santai. "Sudah, nostalgianya?" ucap wanita itu sinis. Pandangannya masih tidak bersahabat pada sosok lelaki yang baru saja kemarin menyatakan cinta padanya."Kenapa kalian tidak balikan saja? Kalian cocok kok, yang satu penggoda dan satunya lagi..... PENGHIANAT!""El...!""Apa!!" Emosi wanita itu sudah memuncak, hingga ia tanpa sadar berteriak dan mengundang perhatian para penghuni tempat itu."Apa Kak Roy sengaja, ngajak aku ke sini untuk melihat keromantisan kalian berdua?""El, ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Percayalah." Roy mendekati Elisa, meraih tangan wanita itu, namun segera di tepisnya dengan kasar."Lihat apa? Aku bukan anak kecil, Kak? Jika kalian ingin berbalikan, kenapa mengajakku kemari?" Elisa juga terlihat menangis. Bagaimana ia tidak sakit hati mendengar ungkapan Alina tadi yang menunjukkan betapa dekatnya mereka berdua."El, kumohon, berhentilah

  • Kita Hanya Menikah   Kenapa Kita Ke Sini?

    Tiga hari berlalu, luka di tangan Rengganis sudah membaik dan hari ini dokter mengijinkannya untuk pulang. Perempuan itu bersiap-siap di bantu Arya yang sudah sejak pagi tadi datang menjemputnya untuk membereskan semua barang yang sudah di pakai selama berada di rumah sakit."Apa ada yang tertinggal?" tanya Arya saat keduanya hendak melangkah keluar. Di tatapnya wajah sang istri yang terlihat bahagia karena sebentar lagi akan bertemu dengan kedua anaknya yang selama tiga hari ini jarang ia temui."Ada."Langkah Arya terhenti, sejenak menatap ke belakang menyapu seisi ruangan yang sudah kosong. "Apa?" tanya lelaki itu bingung."Hatiku yang tertinggal. Di sini." Rengganis menyentuh dada bidang Arya, membuat sang pemilik tersenyum senang mendengarnya."Tiga hari di rumah sakit, kenapa kamu jadi pintar merayau?""Memangnya salah, merayu suami sendiri?" Perempuan itu mengerlingkan sebelah matanya, membuat sang suami gemas dan mendadak mende

  • Kita Hanya Menikah   Berdamainya Dua Wanita

    "Tan-te....?""Kamu...! Wanita tidak tau malu!" maki Mama Anggi seketika saat melihat siapa orang yang tiba-tiba saja masuk. Perempuan itu mengurungkan niatnya untuk keluar dan lebih tertarik untuk melampiaskan emosinya kepada wanita yang menjadi sumber semua masalah."Tan-te, maaf....?" ucap Elisa menunduk. Wanita itu meremas ujung kain yang membalut tubuhnya dan menyiapkan hati untuk menerima apapun yang akan perempuan itu ucapkan."Mau apa kamu datang kesini! Belum puas menyakiti menantuku?" Pandangannya menajam, seakan sebuah belati yang siap menguliti tubuh wanita itu."Ak-aku hanya ingin minta maaf, Tante.""Minta maaf? Cih, lalu nanti kamu akan mengulanginya lagi? Setelah semua yang kamu lakukan pada mereka, apa menurutmu masih pantas mendapatkan maaf?""Ma...? Tolong jangan berbicara seperti itu?" cegah Papa Pratama dari arah belakang, pria itu menghampiri istrinya dan menahan tubuh perempuan itu agar tidak semakin menyudutkan Elisa.

  • Kita Hanya Menikah   Mengingat Masa Lalu

    "Jelaskan semuanya ke aku, Kak?" Elisa masih saja menghujani Roy dengan berbagai pertanyaan,, terutama mengenai ucapan Alina yang sukses membuatnya malu di depan umum.Bagaimana tidak, setelah Alina mengatakannya, tatapan semua orang langsung mengarah padanya. Meski setengah berbisik, tapi Elisa sedikit bisa mendengar gunjingan dari orang-orang yang menyaksikan perdebatan tadi."Kak...!" Entah sudah keberapa kali wanita itu berteriak, namun Roy masih saja bungkam dan tidak sama sekali memberi jawaban. Seharusnya Elisa tau kalau semua juga berawal dari dirinya yang membuat jarak begitu jauh dengan suaminya sendiri. Bahkan ia tidak mau sedikitpun di sentuh oleh lelaki itu.Kini Elisa dan Roy tengah berada di sebuah ruang perawatan. setelah Dokter memeriksanya tadi, beruntung tidak ada sedikitpun luka yang di temukan di tubuh wanita itu, Dokter pun memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua."Kak...!""Stttt....! Jangan berisik, El? Nanti mengganggu yang

  • Kita Hanya Menikah   Tak Waras

    Sementara di dalam toilet, antara Elisa dan Rengganis tengah terjadi ketengangan. Semua terjadi bukan berasal dua wanita cantik ini, tapi karena seorang perempuan yang tiba-tiba saja muncul dan hendak melukai Elisa."Lepas! Kau gila ya!" Elisa memaki, menahan garpu yang hampir saja melukai wajahnya."Ya, aku gila! Aku memang gila, kau mau apa, hahh!" Perempuan itu sudah seperti kerasukan iblis, ia menempelkan garpu runcing itu tepat di leher Elisa setelah tadi gagal melukai wajah wanita itu."Lepas!"Saat itu Rengganis juga tengah berada di salah satu bilik toilet, ia yang mendengar ke gaduhan langsung mengintip keluar, tubuhnya bergetar, detak jantungnya berpacu dengan cepat saat melihat pemandangan dari balik pintu."El-lisa...?"Rengganis kebingungan. Jika ditanya apa dia masih membenci wanita itu? Tentu saja masih, tapi melihat keadaannya sekarang sangatlah berbeda. Kini yang ada di depannya bukan perkara soal Elisa yang dulu hendak mere

DMCA.com Protection Status