Home / Romansa / Kisah cinta Naomi / 34. Seperti Anak Ayam Kehilangan Induknya

Share

34. Seperti Anak Ayam Kehilangan Induknya

Author: Vieneze
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ponselku berkali-kali berdering. Aku tahu itu pasti Zhou Tian. Mungkin dia sudah menyadari aku yang pergi. Ingin sekali aku menjawab panggilan itu, mendengar suaranya sekali lagi. Tetapi aku takut. Takut akan membatalkan niatku dan kembali kepadanya. Ayah Zhou Tian bahkan menyuruh anak buahnya mengawasi aku. Memastikan aku meninggalkan negara ini. 

”Apakah ini akan aman?” tanyaku kepada pria berbaju hitam itu.

”Ya, kau tenang saja. Yang di tanganmu itu paspor asli.” Sahutnya datar.

Kupandangi Visa dan Paspor yang di tanganku, ”asli? Tapi bagaimana bisa kalian mendapatkannya?”

”Nona, Tuanku memiliki banyak koneksi di birokrasi. Ia tidak perlu bersusah payah mendapatkan itu. Kau hanya perlu pulang kembali ke rumahmu menyusul ayahmu. Aku yakin ia pasti akan senang melihat kau kembali.”

Aku diam seribu bahasa melihat keluar jendela mobil. Aku masih ingin berlama-lama d

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kisah cinta Naomi   35. ”Aku Ingin Bermain Rodeo Denganmu”

    Di luar sana ayah Zhou Tian berdiri berkacak pinggang dan berteriak keras. Juga beberapa pria kekar berdiri di sampingnya. Wajahnya merah padam dengan sorot mata yang membara. Satu hal yang kutahu pasti, itu karena aku.”Zhou Tian!” Teriak Tuan Zhou Yuan keras.Aku begitu ketakutan melihat tuan Zhou Yuan. Takut Dengan ancamannya pagi tadi. Sekarang pria tua itu pasti sangat marah mengetahui aku masih berada di sini dan bersama putranya. Zhou Tian memandang ayahnya dengan tajam dari balik kaca. Jua aku melihat amarah yang sama di matanya. Apa yang akan terjadi dengan ayah dan anak ini. Rasa bersalah menyelimutiku.”Tian-tian, apa yang harus kita lakukan? Ayahmu terlihat sangat marah. Aku tidak mau kau dan ayahmu bertengkar hanya karena aku.” Kugenggam erat-erat tangannya.”Tunggu di sini dan jangan keluar. Tetaplah di dalam. Aku akan mengatasinya.” Zhou Tian m

  • Kisah cinta Naomi   36. Si Tudung Merah dan Serigala-I

    Kemudian ia mulai melancarkan aksinya lebih liar lagi. Mengelus perlahan-lahan kulitku yang pori-porinya melebar akibat sentuhan lembut darinya. Dunia serasa milik berdua, hanya ada aku dan dirinya. Saling melengkapi, saling melepaskan hasrat, pada akhirnya saling kelelahan dan tersenyum puas ketika sesuatu yang membara itu terlampiaskan.”Tian-tian,” kupandangi wajahnya.”Hmm,” Ia melirikku dengan sebelah mata yang tertutup.”Bisakah kau tidak bertengkar dengan ayahmu lagi? Kau tahu, aku mengerti mengapa beliau begitu membenci aku. Ia seorang ayah, walaupun cara yang ia lakukan terkadang menyebalkan. Dia sangat menyayangimu. Aku bisa melihat itu dari matanya. Saat ia menatapmu ada kasih sayang di sana. Darah lebih kental dari air. Hubungan keluarga tidak bisa diputuskan.”Ia terdiam menatap langit-langit kamar. Aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan dalam kepa

  • Kisah cinta Naomi   37. Si Tudung Merah Vs Serigala

    Ia berjalan dengan percaya diri, senyuman licik dan jahat menghiasi wajahnya itu. Ia hanya sendiri, tetapi sedikit unggul sebab ia menggunakan senjata. Mataku mulai berair dan perih. Untuk apa dia datang kemari dan menghabisi semua anak buah Zhou Tian? ”Halo sayangku, merindukan aku, heh?” ia terkekeh. Aku benci mendengar suaranya itu. Melihatnya saja aku sudah muak. ”K-kau, mengapa datang kemari? Apa itu di tanganmu? Kau ingin membunuhku?” suaraku bergetar. Ia semakin mendekati aku, membuat aku terus mundur. Hingga tersudut di tembok dingin itu. Terpojok dan tak ada celah. ”Aku ingin bersenang-senang denganmu. Mengapa kau menghindar, sayang.” ia berbicara tepat di sebelah telingaku. Aroma tembakau dan cengkeh mencuat dari jaket kulitnya. Membuat aku sedikit pusing. Aku tidak suka aroma itu. ”Tian-tia

  • Kisah cinta Naomi   38. Bloody day, bloody girl

    Kepalaku semakin pusing, bau anyir yang semakin menyengat seakan membiusku. Langit-langit kamar terlihat berputar-putar. Pandanganku mulai kabur dan sedikit berkunang-kunang. Inginku tak sadarkan diri, agar aku tidak bisa melihat kubangan darah itu. Aku meringkuk di bawah selimut, menutupi diriku yang kalut. Bahkan kain sprei pun ikut berwarna merah terkena darah yang menempel di kulitku. Sebuah suara terdengar memanggil namaku. Juga derap beberapa langkah kaki berkejaran di atas lantai. Aku mengenali suara itu. ”Naomi!” Selimut yang menyembunyikan aku tersingkap. Zhou Tian ada di depanku. Raut wajahnya terlihat kelam. Aku melompat ke dalam pelukannya. Menangis keras-keras menumpahkan semua sesak dan kecemasanku. ”Kau baik-baik saja? Maafkan aku. Seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendiri.” Ia membelai kepalaku dan mengecup keningku. ”Aku

  • Kisah cinta Naomi   39. ”Mau tahu rahasiaku?”

    Tangannya memegang sebilah gunting besar. Ekspresi wajahnya sangat menyeramkan. Fan Yin Segera meremas tanganku. Menenangkan aku yang mulai panik. ”Dia penjaga villa ini. Kau jangan takut. Dia memang agak sedikit aneh. Mari kita turun.” Ujar Fan Yin. Aku mengangguk. Begitu kami turun dari mobil, pria itu membungkuk seperti memberi hormat. ”Selamat datang, Tuan. Sudah lama anda tidak berkunjung kemari.” Ujarnya, kemudian melirik aku dengan tatapan awas. ”Hmm, kami akan di sini untuk beberapa waktu.” Sahut Fan Yin. Lalu Fan Yin meraih jemariku yang dingin dan menarik aku ikut bersamanya masuk ke dalam. Interior dalam bangunannya tampak modern dan terawat, bersih dari debu. Setengah dindingnya menggunakan kaca yang besar dengan gorden tile putih, menampakkan pemandangan di luar sana. Pepohonan yang masih asri dan rimbun sangat menyejukkan mata.

  • Kisah cinta Naomi   40. Serigala Berbulu Domba

    ”Rahasia?” ”Ya, rahasia kecil. Sebenarnya aku senang Zhou Tian tertangkap polisi menggantikanmu di sana.” Ia cekikikan hingga wajahnya semakin merah. Aku tidak menyangka ia akan mengatakan itu. Mungkin karena sedang mabuk, ia jadi meracau sembarangan. Lalu ia melanjutkan kalimatnya sambil menggeserkan tangannya bahkan botol-botol kosong yang berserakan di meja juga ikut berguling akibat senggolan Fan Yin. ”Seharusnya ia tidak meninggalkanmu dengan aku. Kau tahu, aku bisa jadi leluasa mendekatimu tanpa harus dibayangi Zhou Tian. Ah, karena si brengsek Lei Wulong sudah mati, bukankah seharusnya aku berterima kasih kepadanya? Jika bukan karenanya aku tidak mungkin mendapatkan kesempatan ini.” Fan Yin mulai terkekeh sesekali ia meneguk cairan berwarna merah itu. Ia semakin di luar kendali bahkan aku benci melihatnya tertawa seperti itu. Bagaimana bisa ia mengatakan hal yang melukai hatiku. Laki-l

  • Kisah cinta Naomi   41. Terkungkung ( Zhou Tian POV)

    Zhou Tian POV Sudah tiga jam aku berada dalam ruang interogasi ini. Dua petugas di depanku ini tidak hentinya menanyakan hal yang sama. Aku mulai jenuh. Kemudian kualihkan pandanganku ke cermin dua arah itu. Memantulkan bayangan diriku yang tampak acak-acakan. ”Tuan Zhou, apakah kau punya dendam dengan Lei Wulong?” tanya petugas itu sambil fokus ke layar komputer yang di hadapannya itu. Tangannya sibuk menekan setiap tombol keyboard itu dengan lincah. Setiap jawaban yang aku beri selalu jadi pertanyaan baru untuknya. Sangat gigih. ”Tidak ada.” Jawabku singkat. Ia kembali mengetik sementara detektif yang duduk di sebelahnya diam mengamati aku. Penampilannya tidak tampak seperti seorang polisi. Sangat berantakan seperti preman saja. ”Lalu mengapa anda membunuh Lei Wulong?” tanyanya lagi. Aku terkekeh merasa lucu dengan p

  • Kisah cinta Naomi   42. Semburat Merah Merapi

    Beberapa malam aku lewati dengan gelisah, tidur tidak tenang dan makan pun tak enak. Menunggu kabar tentang Zhou Tian. Setiap saat aku tidak merasa tenang. Selalu kepikiran dengannya. Suara-suara hewan malam terdengar sangat jelas di keheningan ini. Hanya sendiri menatap kelap-kelip cahaya lampu yang jauh di sana. Dari atas sini semuanya tampak kecil. Beberapa kapal yang baru berlabuh juga yang beranjak pergi, kelihatan dari sini. Pemandangan yang sangat indah. Paman tukang kebun baru saja pergi. Ia bilang mau belanja kebutuhan dapur. Stok makanan memang sudah menipis di lemari. Tetiba aku teringat sedang memanaskan air di ketel. Aku segera berbalik ingin pergi ke dapur, namun Fan Yin tepat berdiri di belakangku. Hingga aku bertabrakan dengannya. Dia tersenyum manis. Aku masih kesal dengannya. Kualihkan pandanganku ke sisi lain dan pergi. Segera ia menarik tanganku dengan keras hingga aku jatuh ke dalam rangkulannya. Kudorong ia dengan kekuatan pen

Latest chapter

  • Kisah cinta Naomi   Epilog

    [Jika kau terlalu fokus, maka yang lain tak tampak bagimu. Jika kau terlalu jatuh ke dalam, maka kau akan sulit untuk naik. Jika kau terlalu memaksa mengejar sesuatu, segalanya belum tentu berakhir seperti yang kau inginkan.] Saat aku menulis cerita ini, aku menangis di pojokan karena merasa bersalah telah membuat ending yang menyedihkan seperti ini. Tapi dari awal aku buat cerita ini, memang sudah aku seting endingnya seperti ini. Jangan bully author ya😁 Tolong dimaafkan 😁😍 Memang tragis sih endingnya 😭😭😭😭 Sumpah aku nulisnya sambil mewek. Ga tega sama karakternya. Tapi cerita harus terus berlanjut. Terima kasih banyak buat kalian yang sudah baca Kisah Cinta Naomi. Aku bangga dan bahagia banget ceritaku ada yang baca. Pokoknya terima kasih, dear! Oh ya, kalian bisa baca buku aku yang lainnya. Seperti : KAU MILIKKU, kisah si cewek bar-bar dan superstar yang menderita philophobia Atau kalian suka genre Fanta

  • Kisah cinta Naomi   55. Akhir kisah kita (Fan Yin POV)

    Dulu aku tidak pernah peduli dengan yang namanya cinta. Wanita hanyalah mainan saja bagiku. Namun, kini semuanya berubah sejak aku bertemu dengan Naomi. Hanya dengan sebuah senyuman polos ia berhasil memikat hatiku. Segalanya kulakukan untuk menarik perhatiannya, tetapi di dalam pandangannya hanya ada Zhou Tian.Kini aku memiliki dirinya seutuhnya setelah melenyapkan Zhou Tian, tetapi aku tidak merasa bahagia. Kupikir jika Zhou Tian mati, Naomi akan membuka hatinya untukku. Namun sekarang ia malah seperti mayat hidup. Setiap harinya ia hanya membisu memandangi langit. Tubuhnya semakin kurus karena tak ingin makan.Dan aku semakin frustrasi melihatnya yang menyedihkan seperti itu. Apa yang aku cari? Apa yang aku kejar? Aku telah dibutakan cinta, tetapi cinta itu sendiri menyiksaku sampai ke tulang. Setiap hari aku membujuknya dan memohon maaf kepadanya. Sedikitpun ia tidak peduli dengan semua yang kulakukan.

  • Kisah cinta Naomi   54. Luka Untuk Semuanya

    Sepasang tangan terulur dan merangkul pinggangku lalu menarik aku dengan keras. Hingga kami terjungkal ke atas lantai. Dia meringis kesakitan karena aku mendarat di atas tubuhnya. Aku begitu marah telah diselamatkannya. Saat ini aku hanya ingin menemui Zhou Tian.”Kau sudah gila! Untuk apa kau berdiri di sana? Apa yang ada dalam pikiranmu, hah?!” Sergah Fan Yin.Dalam sekejap tatapan mata serta raut wajahnya berubah lembut, ”Nao, kumohon jangan lakukan lagi hal bodoh seperti itu. Aku tidak mau kehilanganmu, Nao.”Aku menatap lurus ke dalam matanya lalu tanganku reflek menampar wajahnya. Sangat keras sampi meninggalkan bekas merah di sana. Ia tertegun dengan sikapku. Aku tak ingin berbicara. Semua suaraku seakan pergi dengan Zhou Tian. Diam.Kemudian aku bangkit berdiri dan duduk di kursi yang mengarah langsung ke luar jendela. Menatap kosong ke luar sana. Menangis

  • Kisah cinta Naomi   53. Air Mata Darah

    Saat aku membuka mata, cahaya-cahaya putih membutakan mataku beberapa saat. Di sekeliling, tembok-tembok putih dengan sedikit warna keemasan di garis tepiannya mengelilingi aku. Tempat ini sangat asing bagiku. Aku tidak tahu ada di mana. Mengapa aku bisa ada di sini? Kupegangi kepalaku dan mengacak-acak rambutku. Tetiba aku teringat dengan Zhou Tian. Pikiranku kembali kalut. Aku mulai panik. Pintu besar berwarna coklat itu jadi sasaran kemarahanku. Kugedor-gedor pintunya bahkan aku menendang pintu itu hingga kakiku sakit. Tak hentinya aku berusaha membuka pintu. Kursi kayu yang ada di depan meja rias, aku ambil dan melemparkannya ke pintu, namun seinci pun tidak bergerak. Suara teriakanku bergema di ruangan ini. Berkali-kali aku minta tolong tak satupun suara dari luar sana yang terdengar. Sunyi. Sedari tadi hanya suaraku saja yang memenuhi ruangan ini. Zhou Tian, bagaimana keadaanmu sekarang? Aku sangat ingin bertemu denganmu. Kau harus

  • Kisah cinta Naomi   52. Pilar istana yang runtuh

    Tuxedo putih yang di kenakan Zhou Tian berubah menjadi merah gelap dan berbau anyir. Darah segar keluar dari lubang bekas timah panas itu, terus mengalir hingga mengenai gaunku. Aku tidak henti-hentinya menekan lubang kecil itu. Suara tangisanku meraung-raung, pikiranku kalut. Rasa takut kehilangan akan dirinya berhasil membuatku seperti orang gila. Walaupun pandanganku mulai gelap akibat tidak kuat melihat darah, aku tetap bertahan di sisinya. Memukul-mukul pipinya agar tetap tersadar. ”Tian-tian, jangan tinggalkan aku. Kau harus bertahan! Kau tidak boleh mati. Aku akan membunuhmu jika kau lakukan itu!” isakan tangisanku semakin menjadi. Duniaku sudah runtuh. Pilar istanaku sudah roboh. Tetapi pria ini masih bisa tersenyum di saat sedang sekarat. Dia bukan kucing yang memiliki sembilan nyawa. Apa ia pasrah dengan semua ini? Aku benci melihatnya tersenyum seperti itu. Aku merasa itu seakan yang terakhir kulihat.

  • Kisah cinta Naomi   51. Di Ujung Tanduk

    Seketika tubuhku gemetaran dan kalut. Aku takut hal buruk terjadi dengan Zhou Tian. Suaraku memekik berusaha meredakan ketegangan di antara mereka. Segera aku berdiri di depan Zhou Tian untuk menghalangi arah revolver Fan Yin.”Menyingkirlah, Nao! Aku tidak mau melukaimu. Aku hanya perlu menyingkirkan penghalang jalanku saja.” Fan Yin berusaha keras menguatkan genggamannya pada batang revolver itu. Bahkan revolver itu bergetar mengikuti getaran tangan Fan Yin.”Biar aku saja yang menggantikanya. Lakukanlah, aku harap itu bisa meredakan amarahmu. Tembak saja aku!” Aku berteriak kencang sampai-sampai tenggorokanku terasa sakit.Walaupun saat ini aku ketakutan dengan segala kengerian yang mungkin terjadi padaku, tetapi seinci pun kakiku tak bergeser. Kesunyian seketika melanda dikala matahari semakin menghilang. Gelap. Hanya ada cahaya dari lampu-lampu di garis batas pelabuhan. Gemuruh ombak yang men

  • Kisah cinta Naomi   50. Air susu dibalas dengan air tuba

    Samar-samar aku mendengar suara bising dan aroma amis yang kuat di sekitarku. Perlahan aku membuka mata masih tampak buram. Kepalaku masih pusing dan perutku terasa mual. ”Hei, Nao. Kau sudah sadar?” suara yang sangat aku kenali memanggil namaku. Itu suara Fan Yin. Kini aku bisa melihat jelas wajahnya. Kualihkan pandanganku ke sekitar. Kapal-kapal tampak berjejer, aku ada di pelabuhan. Bau amis yang menyengat mencuat dari kapal ikan yang bersandar di sana. Mengapa aku bisa ada di sini? Di mana Zhou Tian? Apa yang sedang terjadi? Semua pertanyaan itu bermunculan di kepalaku. Lalu aku menatap Fan Yin dengan sinis. ”A Yin, mengapa kita di sini? Mengapa kau membawa aku kemari?” aku memekik. Kupegangi kepalaku yang masih pusing. Ia berjalan mendekati aku dan duduk selonjoran di sampingku. Ia menyandarkan kepalanya di pundakku, menangis tersedu-sedu. ”Maafkan aku, Nao.

  • Kisah cinta Naomi   49. Bukan hari bahagiamu

    Suara berisik dari burung camar juga deburan ombak yang menghantam karang, membangunkan tidurku. Dari celah-celah tenda, semburat cahaya putih menelisik masuk, menerpa netra yang masih setengah sadar. Rupanya pagi datang lagi. Kubuka dengan keras ziper tenda, pemandangan yang disuguhkan sungguh memanjakan mata.Zhou Tian masih malas-malasan, ia semakin menarik selimutnya. Ia menutup matanya dengan tangannya, menghalau sinar matahari yang tumpah ke wajahnya. Bergeser ke kiri dan ke kanan. Aku menikmati tingkahnya yang menggemaskan seperti itu. Aku tergoda untuk mengusili dia yang sedang tertidur itu, lalu kuambil rambutku dan menggoyangkannya di hidung Zhou Tian. Ia menggerakkan wajahnya dan mengusap hidungnya. Namun, ia tetap tertidur. Ah, aku semakin menjahilinya hingga ia terbangun dan tampak kesal.”Bangunlah, hari sudah terang,” perintahku.”Nao, aku masih ngantuk. Tolong nanti saja bangunkan

  • Kisah cinta Naomi   48. Will You Marry me?

    Zhou Tian segera bangun dari posisi tidurnya dan duduk menghadapku. Lalu ia menggerakkan kepalanya, memberikan kode agar aku bangun mengikutinya. Aku merasa agak kebingungan dengan sikapnya yang terlihat canggung dan sedikit salah tingkah. Mataku menelisik jauh ke dalam bola mata berwarna coklat itu, ia terlihat gelisah. ”Ada apa? Mengapa kau sangat gusar? Apakah ada yang mengusik pikiranmu?” tanyaku. Zhou Tian menggelengkan kepalanya beberapa kali lalu meraih tanganku dan meremasnya dengan lembut. Sebuah senyuman terbit di wajahnya yang sedikit berpasir. Tatapannya pada saat itu sangat dalam dan penuh cinta. ”Nao, hmm sebenarnya a-aku...” bahkan suaranya terdengar bergetar, ”ada yang ingin aku berikan, tetapi pejamkan dulu matamu dan jangan mengintip.” Rasa bingung bercampur penasaran mengaduk-aduk hatiku. Dan sedetik kemudian aku memejamkan mataku. Sungguh, ia membuatku penasara

DMCA.com Protection Status