“Kau ….” Hesti menggantungkan ucapannya, amarah jelas terlihat saat melihat Tegar berdiri di hadapannya. “Bagaimana dia bisa ada di sini?” tanya Hesti dengan sorot mata tajam yang membidik ke arah Tegar.“Saya yang mengajaknya ke sini, Ma!” jawab Damar dengan jujur, karena merasa tidak ada yang perlu untuk ditutupi lagi.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” tanya Hesti sambil berteriak hingga memperlihatkan urat-urat lehernya.“Ma!” sergah Damar sambil mengalihkan pandangan ke arah Cinta, seolah memberi kode kepada Hesti jika ada orang lain yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka saat ini.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” Seolah tidak mempedulikan kode dari Damar, Hesti justru mengulangi lagi pertanyaannya.“Tidak ada, Ma! Itu murni inisiatif saya sendiri, karena saya membutuhkan bantuannya di Sanjaya.”Damar sudah menduga jika kehadiran Tegar akan mendapat penolakan dari Hesti, sehingga sejak awal dia sudah mempe
Di sebuah ruang tidur yang mewah, tampak Aura sedang rebahan sambil memainkan ponselnya, hingga dia tidak mengetahui apa pun yang sedang terjadi di rumah tempat dia tinggal. Menghabiskan waktu berchatting ria dengan teman onlinenya dan menonton web series terbaru menjadi kegiatan Aura setelah menikah dengan Damar.Sebagai suami, Damar memberi kebebasan kepada Aura untuk melakukan apa pun yang dia inginkan, tanpa pernah menegur atau memberi larangan kepada sang istri. Bahkan Damar memberikan ATM dan juga kartu kredit kepada Aura untuk memenuhi segala kebutuhannya, asalkan Aura tidak mengganggu hidupnya lagi. Ya, dengan kata lain Damar tidak peduli dengan apa pun yang dilakukan oleh Aura.Jenuh dan bosan pun sering menghinggapi Aura kala tidak ada yang mempedulikan dirinya. Seperti apa yang menjadi tujuan awal Aura, hanya kemewahan yang Aura dapatkan dari pernikahannya dengan Damar. Pernikahan yang harus Aura jalani, sebuah pernikahan tanpa cinta dari sosok yang bergelar suami, dan tan
“Aku tidak apa-apa,” lirih Aura berucap setelah siuman dari pingsannya sambil membuang muka karena merasa bingung harus berbuat apa saat menghadapi Tegar nanti. “Istirahatlah! Kakak pulang dulu, kasihan ibu sendiri di rumah,” ucap Cinta sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh Aura. “Jaga dirimu baik-baik!” lanjut Cinta sebelum mulai melangkahkan kakinya. “Kak!” panggil Aura dengan meraih tangan sang kakak. “Bantu aku, Kak!” pinta Aura dengan lelehan air mata yang mulai membasahi pipinya. “Apa kau bahagia menjadi istri Damar?” tanya Cinta dengan menatap tajam mata Aura. Masih lekat dalam ingatan Cinta bagaimana Hesti menghina Aura di depan matanya. Bahkan sebagai seorang suami, Damar tidak membelanya sama sekali. “Ya,” jawab singkat Aura dengan kepala yang tertunduk. Dalam hal cinta dan kasih sayang, tentu Aura merasa tidak bahagia, tetapi kemewahan dan harta benda yang sangat mudah dia dapatkan seolah menutup semua kekurangan tersebut. Cinta menghembuskan
“Kau tidak apa-apa?”Tegar menatap Cinta yang terdiam dengan pandangan lurus ke depan, napasnya tidak beraturan karena kaget saat mobil yang mereka tumpangi hampir menabrak mobil yang berada di depannya.Tegar memukul kemudi dengan keras, dia menyadari kesalahannya yang kurang berhati-hati saat mengemudi. Pengalaman pertama mengemudi di kota besar, Tegar langsung membawa sebuah mobil merah yang pijakan gasnya tidak seberat truck engkel yang biasa dia bawa untuk mengantarkan mebel-mebel kepada pelanggan.Mungkin karena sudah mengenal kota Solo sehingga Tegar bisa mencari jalur alternative untuk mencapai tujuannya dengan lebih cepat. Sedangkan dalam perjalanan kali ini Tegar hanya mengandalkan sebuah aplikasi penunjuk jalan yang ada di ponselnya. Hingga saat tiba-tiba jalanan macet Tegar pun langsung menjadi bingung.“Maaf,” ucap Cinta dengan suara yang nyaris tidak terdengar.Kakak kandung Aura itu pun merasa bersalah karena menyudutkan Tegar, dan dia menduga hal itulah yang membuat Te
Dengan air mata yang jatuh berderaian membasahi pipinya Aura menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Perempuan yang sedang hamil muda itu merubah posisi tidurnya menjadi miring dan membelakangi Damar yang terlihat tertidur pulas setelah menyalurkan hasratnya. Setelah pernikahannya dengan Damar, ini adalah malam pertama mereka. Dan Aura harus menelan kekecewaan karena Damar hanya menyalurkan hasrat biologisnya, tanpa ada cinta dari setiap sentuhannya. Damar mendatanginya saat pikirannya sedang kalut hingga dia membutuhkan pelarian dari permasalahan yang sedang dia hadapai saat ini.Jika bekas kepemilikan yang berwarna merah yang tertinggal, kini di tubuh Aura ada banyak bekas gigitan Damar yang meninggalkan rasa perih. Tetapi tampaknya ada yang lebih perih lagi karena hati Aura yang tersayat, selama Damar menyentuh tubuhnya, Aura harus menulikan telinga saat nama Cinta berulang kali terlontar dari bibir Damar.Dalam tubuh yang menahan lara, dalam ha
Dengan langkah yang terburu-buru, Adnan memasuki ruang kerja Damar. Seperti halnya Damar, Adnan pun mengetahui jika keberadaan Tegar di Sanjaya Furniture pasti akan menimbulkan masalah. Penolakan dari Hesti adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari lagi.“Ada masalah apa sih, Ta?” tanya Moelyana sambil menggeser kursinya mendekat ke Cinta.“Itu masalah mereka, Pak! Bukan masalah kita,” jawab Cinta sekenanya.“Tapi kalau ada masalah dengan mereka, kita pasti juga kena imbasnya.”Cinta mengalihkan pandangan sejenak ke arah pintu ruang kerja Damar yang masih terlihat dari tempatnya berada. Mantan kekasih Damar itu teringat dengan foto yang keluarga Sanjaya yang tanpa sengaja lihatnya. Kemiripan wajah Tegar dengan Dharma Sanjaya bisa saja meruapakan suatu yang kebetulan, tetapi sikap buruk dan penolakan Hesti terhadap Tegar, seolah menunjukkan siapa Tegar bagi keluarga Sanjaya.“Baru kali ini Bu Hesti tidak bisa menerima orang bawaan Pak Adnan. Biasanya Bu Hesti akan menerima dengan tangan
Saking nikmatnya masakan ibu Bella hingga membuat Cinta lupa jika selama ini dia alergi dengan semua jenis kerang. Karena tubuh Cinta terasa lemas setelah memuntahkan semua isi perutnya, membuat rencana untuk melihat tempat yang akan dijadikan tempat usaha oleh keluarga Bella harus diundur sementara waktu.Setelah tiba di rumah dan membersihkan diri, Cinta pun segera mengistirahatkan tubuhnya. Melihat keadaan putri sulung yang begitu lemas, membuat Utari sangat khawatir, karena setelah kematian suaminya, Cinta lah yang menjadi tulang punggung keluarga.“Makan dulu, Ta! Ibu angetin, ya?” tanya Utari dengan lembut dan penuh kasih.“Nanti saja, Bu! Saya mau istirahat sebentar,” balas Cinta yang sudah tidak bisa membukan matanya.“Ibu belikan obat di warung, ya?”“Nggak usah, Bu! Paling karena kemarin kurang tidur, kepala jadi kliyengan. Tidur sebentar juga sembuh, Bu! Ibu istirahat saja!”“Ya sudah kalau begitu,” pungkas Utari mengakhiri perbincangan dengan putri sulungnya.Utari merapik
“Bisa kita bicara sebentar?” tanya Tegar yang sudah berdiri di dekat kubikel Cinta. “Saya sedang sibuk,” jawab Cinta yang terlihat enggan untuk berbincang dengan Tegar, gadis yang jago desain itu menyibukkan dirinya untuk bisa segera menyelesaikan desain custom sebuah kafe yang sudah mendekati dead line. “Untuk urusan pekerjaan sebaiknya tanya sama Pak Moel saja, dia lebih senior dan lebih berpengalaman.” “Ada hal penting yang harus kita bicarakan.” “Ada pekerjaan penting yang harus segera aku selesaikan,” jawab Cinta yang menyiratkan penolakan. “Aku bisa langsung menarikmu dari sini dan membuat kita menjadi pusat perhatian semua orang,” bisik Tegar, penekanan dalam setiap kata terasa mengandung ancaman. “Atau pillih dengan suka rela, agar kita terlihat layaknya sepasang rekan kerja.” “Ya, Pak Tegar! Ada perlu apa ya, Pak?” sahut Cinta secara tiba-tiba dan terdengar seperti dibuat-buat membuat Tegar terkaget dengan ulah gadis itu. “Kita bicara di kantin saja.” “Aku sudah sarapa
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit