Damar mengangsurkan tangannya untuk menyambut kedatangan Cinta, tetapi wanita yang pernah menjadi kekasihnya mengabaikannya. Cinta tidak butuh basa-basi lagi, yang terpenting baginya sekarang adalah bisa bertemu dengan sang adik.“Di mana Aura?” tanya Cinta dengan suara lirih dan wajah lelah.“Dia ada di dalam … sedang istirahat.”Jika dahulu Damar selalu bersikap hangat kepada Cinta, tetapi kali terasa sangat dingin dan kaku, hingga membuat sepasang anak manusia yang dahulu pernah saling mencintai kini seperti dua orang asing yang baru bertemu. Saat keduanya saling bertukar pandang, Cinta merasa tidak mengenali Damar lagi, sosok Damar yang dilihatnya saat ini bukanlah Damar yang dahulu pernah menjadi kekasihnya.“Aku ingin bertemu dengan Aura,” ucap Cinta dengan memohon, perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Damar membuat Cinta semakin mengkhawatirkan keadaan Aura.“Masuklah! Aura ada di dalam.” Dengan menunjukkan senyum menyeringai di bibirnya, Damar membuka pintu lebar-lebar memper
Dengan langkah lebar dan tergesa-gesar Damar segera mengangkat tubuh Cinta yang lemah tak berdaya. Darah yang membasahi celana Cinta membuat Damar menjadi semakin panik. Dibukanya pintu seat belakang mobilnya, lalu Damar merebahkan Cinta yang sudah dalam keadaan tidak sadar.Mobil pun segera melaju dengan kencang meninggalkan vila. Malam yang telah larut membuat suasana jalanan menjadi sepi dan lengang sehingga mobil yang dikemudikan oleh Damar bisa melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Tidak butuh waktu yang lama kini Damar telah sampai di sebuah klinik.Meskipun terlihat lelah, tetapi para tenaga medis yang sedang berjaga dengan sigap langsung memberikan pertolongan kepada Cinta. Brankar langsung didorong menuju ke instalasi gawat darurat untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan oleh Cinta.Damar hanya bisa diam terpaku saat dirinya dilarang memasuki ruang tindakan. Beberapa menit kemudian, dengan langkah gontai Damar melangkah menuju ke kursi tunggu untuk mengistirahatkan diri
“Tolong, Pak! Beri tahu saya alamat vila tempat pertama kali saya bertemu dengan Damar.”“Ini sudah malam, Gar! Besok pagi saja,” ucap Adnan yang masih sangat mengantuk dan terlihat enggan untuk menemui Tegar.“Damar berada di sana … bersama Cinta.”“Mereka selingkuh? Dan kau ingin mengerebek mereka?” cecar Adnan dengan pandangan menyepelekan Tegar.“Tidak seperti, Pak! Saya yakin saat ini Cinta dalam bahaya.”Adnan mendengus kasar, terlihat keengganan dalam dirinya membahas tentang Cinta. Sampai saat ini Adnan sendiri tidak tahu alasan pasti dirinya tidak menyukai Cinta. Saat pertama kali melihat Cinta yang menjelaskan kepada Damar tentang desain interior yang banyak dicari oleh pengunjung pameran waktu itu, Adnan menganggap Cinta sedang merayu Damar.“Cinta menemui Damar untuk melepaskan Aura.”“Jadi dia dengan suka rela menemui Damar?” tanya Adnan untuk memojokkan Cinta.“Pak! Saya mohon, berikan alamat vila tersebut.” Tegar tampak sudah kehabisan kesabarannya menghadapi Adnan. “Mu
“Tenangkan dirimu! Kita cari mereka ke klinik terdekat. Damar sangat mencintai Cinta, tidak mungkin Damar akan membiarkan Cinta celaka.” Adnan berusaha menenangkan Tegar yang tampak merasakan cemas dan amarah bercampur menjadi satu.“Cinta sedang hamil, Pak! Dan saya takut jika saat ini Cinta mengalami pendarahan. Saya tidak ingin kehilangan anak saya lagi,” ucap Tegar dengan sendu.Adnan kembali mendengus kasar kala mendengar kabar kehamilan. Setelah kabar kehamilan Cantika yang sangat mengejutkan, kini kabar kehamilan Cinta dan rasa takut Tegar jika sang istri mengalami pendarahan. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu menaikkan kecepatan laju mobilnya agar bisa segera sampai ke klinik terdekat.Seperti yang telah menjadi keyakinan Adnan, Damar benar-benar membawa Cinta ke klinik terdekat agar Cinta bisa segera mendapat pertolongan yang memadai dari tenaga medis profesional. Setelah mendapat informasi di ruangan mana Cinta di rawat, dengan langkah setengah berlari Tegar segera
Hari telah berganti dan pagi pun menjelang, sinar matahari mulai memasuki ruang perawatan Cinta. Dengan perlahan Cinta mengerjapkan matanya, dia mulai terbangun dari tidur panjangnya. Betapa terkejutnya Cinta saat melihat sosok pria yang tidur sambil duduk dengan menyandarkan kepala di brankar."Gar!" Dengan suara yang lirih Cinta Memanggil suaminya.Bukan suara cinta yang membuat Tegar langsung terbangun, tetapi pria berkulit sawo matang itu merasa terganggu saat Cinta mulai menarik tangannya dari genggaman. Karena tidak ingin melepas tangan Cinta sehingga membuat pasangan suami istri itu seperti sedang saling tarik menarik."Kau sudah bangun?" Sebuah tanya yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban, karena tegar menyaksikan sendiri Cinta telah membuka matanya."Mengapa aku di sini?" tanya cinta seperti mencoba mengingat peristiwa terakhir sebelum dirinya jatuh pingsan."Kau mengalami pendarahan," jawab Tegar dengan sendu sambil mencium punggung tangan sang istri."Pendarahan?" tanya
Adnan menyaksikan betapa Tegar sangat perhatian dan tanggung jawab terhadap Cinta. Dengan sangat berhati-hati Tegar memapah Cinta saat berganti mobil memasuki mobil pemberian Lisa.“Terima kasih, Pak!” ucap Tegar sambil menyerahkan kunci mobil kepada Adnan. “Saya harus segera membawa Cinta pulang agar bisa istirahat. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas bantuan Pak Adnan.”“Ya, hati-hati!” ucap Adnan sambil menepuk pundak Tegar. “Saya akan segera mengurus legalitas pernikahan kalian. Agar saat anak kalian lahir nanti, kalian bisa mengurus aktanya dengan mudah.”“Terima kasih, Pak!” balas Tegar sambil menganggukkan kepalanya. Senyum indah pun terukir di bibir Tegar mendengar kesungguhan hati Adnan untuk membantunya. “Saya permisi dulu, Pak!” pamit Tegar sambil memberikan pelukan hangat kepada lelaki yang sudah dia anggap seperti ayah sendiri.Hubungan yang begitu hangat antara Tegar dengan Adnan tidak lepas dari perhatian Randy, dengan terpaksa putra semata wayang Adnan itu menun
“Aku ingin pulang ke rumah, aku harus memastikan Aura baik-baik saja,” ucap cinta saat menyadari mobil yang dia tumpangi bergerak menuju ke apartemen yang di tempati oleh Tegar.“Kau juga harus menjaga kandungan dan juga kesehatanmu. Bukan hanya Aura, tetapi calon anakmu juga butuh perhatian darimu.” Tegar berusaha sabar menghadapi Cinta yang masih terus saja memikirkan keadaan adiknya dan terkesan mengabaikan dirinya sendiri. “Keadaanmu belum pulih benar, Ta! Kau dengar sendiri apa kata dokter yang memeriksamu tadi, sangat berisiko untuk kehamilanmu jika kau terlau banyak bergerak. Seandainya aku bisa menunggu di sana, tentu aku akan memilih untuk tidak mengambil risiko yang bisa membahayakanmu dengan membawa dalam perjalanan jauh.”Penjelasan panjang lebar yang telah Tegar berikan tampaknya masih tetap membuat Cinta tidak bisa mengabaikan Aura begitu saja. Cinta masih berpikir mencari alasan agar bisa menemui adiknya.“Dompet dan HP-ku masih dibawa Aura, aku harus mengambilnya.”“Ka
"Maaf karena aku telah lancang masuk ke apartemen kalian," ucap Janmo yang terlihat salah tingkah di hadapan cinta. "Aku datang ke sini atas perintah Tegar, dia menyuruhku untuk mengantar Bi Ani, dan juga HP dan dompetmu," sambung Janmo sambil meletakkan ponsel dan dompet cinta di nakas.Pandangan cinta beralih ke arah wanita paruh baya yang datang bersama janmo. Dua wanita berbeda generasi itu saling melempar senyum sebagai salam perkenalan."Karena kau harus bedrest, Tegar mengirim Bi Ani ke sini untuk membantumu, agar kau tidak banyak gerak," terang Janmo yang berusaha akrab dengan cinta. "Semoga kau cepat pulih dan bahagia menjalani kehamilanmu.":Terima kasih," sahut Cinta sambil tersenyum."Kalau begitu aku pergi dulu, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk menghubungi aku.""Tegar?""Maksudnya, kalau dia sibuk dan tidak bisa datang, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungiku."Cinta terdiam, ada rasa malu yang ingin dia sembunyi
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit