Sungguh sesuatu yang tidak nyaman saat kita bertemu dengan seorang yang sudah menjadi mantan, karena karena akan membuat terbayang kembali pada saat-saat bersama yang seharusnya sudah terlupakan. Hal itulah yang kini sedang dirasakan oleh Tegar, sehingga dia lebih memilih untuk segera menjauh dari Aura karena dia harus menjaga perasaan Cinta yang saat ini telah menjadi istrinya.Serasa seperti terjebak di lantai mezzanine. Tegar hanya bisa duduk terdiam tanpa menggunakan atasan, dia lupa jika semua pakaiannya masih berada di laci di kursi ruang tamu yang saat ini sedang diduduki oleh Cinta dan Aura.Setelah menunggu hampir tiga puluh menit menghabiskan waktu dengan memainkan ponselny, akhirnya Cinta datang juga. Tegar segera menghampiri wanita yang telah dia nikahi dan memeluknya, lelaki yang sedang kasmaran itu seakan tidak bisa menahan rindu walaupun baru beberapa jam berpisah dari istrinya."Dia sudah pulang?" tanya Tegar sambil berusaha untuk mendaratkan bibirnya ke bibir sang ist
Tegar sama sekali tidak pernah menduga jika Cantika akan menemuinya di kantor. Hingga dengan sangat terpaksa karena harus menunda beberapa pekerjaannya, Tegar harus menemani Cantika untuk mencari bahan-bahan untuk tugas kuliahnya.Tidak bisa dipungkiri jika saat ini Tegar merasa sangat bahagia bisa berkumpul dengan adik tirinya yang lain selain Damar. Ya, Cantika adalah gadis yang lahir dari rahim ibu yang sama dengan Tegar. Dalam angannya, Tegar berharap bisa berkumpul dengan kedua adiknya dan mereka hidup berdampingan dengan bahagia.Jika pada awalnya Tegar dan Cantika berjalan beriringan sambil berbincang, tetapi lama kelamaan tangan Cantika yang bergelayut manja pada lengan kiri Tegar saat mereka sedang berjalan menyusuri mall bersama, hingga membuat Tegar merasa tidak nyaman, karena mereka tidak lagi terlihat seperti sepasang kakak beradik tapi lebih seperti pasangan kekasih."Kita makan siang dulu ya, Mas!" ajak Cantika dengan suara manjanya."Bagaimana dengan tugasmu? Kita belu
"Apa kau bilang? Coba ulangi sekali lagi!" Senyum mengejek tersungging di bibir Hesti setelah mendengar ucapan Aura. "Apa yang bisa kamu lakukan? Bukankah selama ini bisamu hanya ngangkang?"Ejekan dan hinaan yang dilontarkan oleh Hesti terdengar semakin menyakitkan bagi Aura. Jika biasanya Aura bisa mengabaikan ucapan dan sikap buruk Hesti kepadanya, tetapi untuk kali ini tampaknya Aura tidak bisa menahan derai air matanya."Aku hanya ingin membantu Sanjaya keluar dari masalah," ucap Aura sambil menyeka air matanya yang jatuh bercucuran."Lalu apa yang bisa kamu perbuat? Katakan padaku, apa keahlianmu hingga kau merasa bisa membantu Sanjaya keluar dari masalahnya saat ini?" tanya Hesti sekali lagi dengan nada yang semakin merendahkan harga diri Aura.Hesti yang sedang duduk di sofa segera menyilangkan kakinya, begitu juga dengan kedua tangannya kini terlipat di depan dada. Hesti menatap tajam ke arah menantunya yang sedang berdiri di hadapannya sambil menundukkan kepala."Aku tidak t
Bukan bermaksud untuk tidak patuh pada suami, tetapi Cinta merasa hidupnya tidak akan tenang jika harus pergi meninggalkan Aura tanpa memastikan terlebih dahulu kebahagiaan sang adik."Tapi …." Cinta menggantung kalimatnya, bingung untuk mengungkapkan alasan keengganannya untuk pindah ke Solo."Aku tahu alasanmu, kau boleh ragu dengan pilihanmu untuk tetap tinggal di sini atau pindah ke Solo. Tetapi, jangan kau ragukan hatiku padamu, di sini hanya ada namamu, Ta!" ucap Tegar sambil meraih tangan cinta lalu meletakkan di dadanya. Betapa pandainya Tegar bertutur kata hingga kini berbalik dan justru Cinta yang menjadi merasa bersalah karena tidak patuh pada suaminya. Untuk kepentingannya sendiri Cinta mengabaikan kebahagiaan dan masa depan rumah tangga bersama Tegar."Aku hanya ingin bisa tetap bekerja agar aku bisa memberimu nafkah yang layak. Aku tahu apa yang aku lakukan bersama dengan Bu Lisa, aku tahu batas-batasnya, Ta! Aku melakukan semua ini untukmu, untuk kita," ucap Tegar deng
Amarah dan dendam kini menguasai hati Randy, pemuda yang sejak kecil kehilangan belaian kasih dari kedua orang tuanya. Isi kepalanya saat ini hanya ada rencana-rencana untuk menghancurkan kehidupan Lisa, entah melalui Tegar atau melalui Cantika.Rasa iri semakin menggunung di hati Randy kala menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, kebahagiaan Tegar dan Janmo saat berhasil meyakinkan salah satu customer mereka untuk membeli salah satu produk terbaik dari Mulia Abadi Mebel. Bahkan dari informasi yang didapat oleh Randy, tangan dingin Tegar mampu membuat cabang baru yang dia Pimpin menjadi yang berperforma paling baik. Tentu informasi tersebut adalah kabar buruk bagi Randy yang begitu terobsesi untuk menghancurkan Tegar.Dengan tangan yang mencengkeram erat kemudi dan tekad yang sudah bulat, di dalam hati, Randy bersumpah akan melakukan segala cara untuk menghancurkan kehidupan Lisa dan kedua anaknya.***Entah karena tidak sadar atau memang tidak peduli, Cinta dan Tegar menikmati keb
“Kau akan menemui Damar sekarang juga?” tanya Cinta sambil melangkah mendekati Tegar.“Ya,” jawab singkat Tegar.“Bagaimana dengan Bu Hesti? Aku harap kau tidak membuat masalah dengannya, karena itu bisa membuat keadaan semakin runyam.”“Damar sedang di luar, kami tidak bertemu di rumah.”Jarak semakin terpangkas hingga pasangan suami istri itu kini saling berhadapan dalam jarak yang sangat dekat. Tegar merapikan anak rambut yang menjuntai ke wajah Cinta dengan menyelipkannya ke belakang daun telinga. Dari sorot matanya, Tegar menangkap adanya rasa takut dan waswas yang sedang melingkupi hati sang istri.“Gar!”Cinta tidak tahu harus berucap apa lagi, dia sadar keadaan rumit yang saat ini sedang mereka hadapi tak lepas dari andilnya. Hingga begitu berat rasanya melepas kepergian Tegar untuk bertemu dengan Damar, seolah melepas sang suami ke medan perang.“Semua akan baik-baik saja, Ta! Percayalah!” ucap Tegar berusaha menenangkan hati Cinta sambil merapikan jaket parka yang dia gunaka
Dengan langkah tergesa-gesa seorang wanita paruh baya membuka pintu rumah keluarga Sanjaya. Betapa terkejutnya dia saat melihat sang majikan pulang dalam keadaan mabuk berat."Siapa Bi!" tanya Hesti sambil menuruni tangga"Den Damar, Nyonya!" Wanita paruh baya yang berprofesi sebagai ART itu tampak takut untuk memberi jawaban."Apa yang kau lakukan pada putraku?" tanya Hesti yang terlihat kaget dan sangat khawatir saat melihat Damar dalam keadaan tidak berdaya dan papah oleh Tegar."Di mana kamar Damar?" tanya balik Tegar yang terlihat sangat kepayahan memapah Damar yang sedang mabuk."Apa yang terjadi pada Damar?"Tanpa memberi bantuan sedikitpun Hesti justru terus mencecar Tegar, hingga membuat Tegar semakin kepayahan. Karena kebenciannya kepada Tegar yang sudah mendarah daging membuat Hesti mengabaikan keadaan Damar hanya untuk menyudutkan dan mencari-cari kesalahan Tegar."Di mana kamar Damar?" tanya Tegar sekali lagi dengan suara yang volumenya lebih tinggi dari sebelumnya.Amara
Tegar terdiam mendengar permintaan Hesti, permintaan yang dia anggap sangat konyol. Permintaan yang sangat merendahkan kesakralan sebuah pernikahan, seolah pernikahan hanyalah sebuah permainan."Aku tahu tidak sulit bagimu untuk menceraikan Cinta karena pernikahan kalian baru sebatas pernikahan siri. Cukup dengan mengucap talak, selesai sudah hubungan kalian," ucap Hesti yang sedang berusaha membujuk agar Tegar menceraikan Cinta."Jangan paksa aku untuk melakukan kekonyolan itu!" balas Tegar yang menolak permintaan Hesti."Lepaskan cinta! Bukankah sekarang kau sedang menjalin hubungan dengan Lisa?""Apa?" tanya singkat Tegar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar."Kamu dan Lisa itu pasangan yang sangat serasi, saat kalian berciuman di atas panggung terlihat sangat romantis. Jadi daripada kau menyakiti Cinta dengan menduakannya, sebaiknya kau melepaskan Cinta dan biarkanlah Damar yang membahagiakannya."Tegar sama sekali tidak menduga kebersamaannya dengan sang Ibu
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit