Share

Semakin Sulit

Author: Takhingga19
last update Last Updated: 2022-11-25 19:55:59

Ray terdiam beberapa saat setelah Sepia meninggalkan ruangan itu. Ia memijat pelan keningnya, lalu duduk perlahan di ujung kasur. Urusan ibu dan istri adalah urusan paling rumit yang harus selalu ia hadapi. Ponsel Ray berdenting beberapa kali, membuatnya langsung merogoh saku celananya. Ia menggulir layar ponselnya pelan, beberapa saat raut wajahnya semakin muram dan cemas. Ia beranjak dari duduknya, berjalan mondar-mandir dekat jendela.

Langit sudah gelap sempurna terlihat dari tirai yang sedikit terbuka, gerimis juga mengguyur dengan intensitas semakin deras. Sama seperti kekhawatiran yang Ray rasakan, tampak tergambar semakin jelas.

“Sial!” umpat Ray.

Laki-laki itu mengusap kasar rambut ikalnya. Lalu menutup tirai dengan hentakan cukup keras dan pergi meninggalkan kamar Shabiru.

Di meja makan, Nawang sedang menata piring. Sajian ikan berkuah santan berada di mangkuk putih paling besar, berada di tengah dikelilingi nasi dan lauk pauk lainnya.

“Oma!”

Shabiru berlari kecil menghampir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Keributan

    “Aku juga perempuan, menginginkan hubungan yang pasti. Hubungan yang tidak membuatku takut dan khawatir. Aku menginginkan hubungan resmi yang membuatku merasa aman dan terjaga. Aku juga berhak memintanya kepadamu …,” kata Arumi.Ray tertegun beberapa saat, ia menoleh ke arah Arumi yang menatapnya penuh harapan. Ia kembali memalingkan pandangannya, ia ingin menghindari pandangan itu. Pandangan yang selalu saja berhasil menghipnotisnya selama ini. Arumi cantik dan sempurna dalam pandangan banyak laki-laki begitupun dengan Ray. Lalu Sepia? Ray seolah amnesia dengan pesona yang dimiliki istrinya.Sesaat bayangan Sepia dan awal-awal perjumpaan mereka menghantui Ray. Penyesalan dan rasa bersalah mencuat perasaannya. Ia sudah melangkah terlalu jauh dan entah seberapa besar ia menyakiti perempua itu.“A-aku Gak bisa memberikan apa yang kamu inginkan.” Ray kembali menggeleng untuk ke sekian kalinya. “Tolong mengertilah. Kita hanya dipertemukan dengan ketidaksengajaan.” “Kenapa gak bisa? Lalu

    Last Updated : 2022-11-26
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Arumi Sastya

    “Kamu pasti akan mendapatkan laki-laki yang lebih baik, yang belum berumah tangga, mapan dan akan mencintaimu dengan tulus tentunya ...,”Kalimat itu masih terbayang di kepala Arumi. Sampai kapan pun, Arumi mungkin tidak akan pernah percaya dengan sebaris kata menenangkan itu. Sikap Ray yang tiba-tiba berubah begitu mendadak benar-benar membuat Arumi merasa tidak terima dengan keputusan Ray yang meminta hubungan mereka harus berakhir begitu saja.Arumi Sastyas terjebak dalam perasaannya sendiri.Arumi duduk sendirian di sebuah coffe shop bergaya klasik dengan bangunan dominan warna cokelat. Ia menggunakan jaket yang tadi diberikan Ray untuk menutupi lututnya. Ia gerai rambut pirang yang lurus bergelombang, membuat penampilannya terlihat semakin segar.Kepulan asap di cangkir kopinya sudah berlalu sejak tadi, sudah dingin namun Arumi masih belum menyentuhnya sama sekali. Cangkir itu tidak berpindah sedikit pun, ia hanya memutar sendok dan terus mengaduk kopi itu dengan pikiran yang tak

    Last Updated : 2022-11-26
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Permintaan Terakhir

    “Apa maksudmu?” kedua alis Ray hampir saling bertaut.Ternyata saat Ray ingin benar-benar kembali, Sepia sudah kehilangan kesabarannya. Sepia tidak bisa lagi mempertahankan hubungan dengan banyak kepura-puraan.“Kurasa aku tidak harus mengulangi kalimatku.” Sahut Sepia.Suasana rumah Ray kembali dipenuhi ketegangan. Ray terus menatap Sepia, menunggu penjelasan jawaban dari sebaris kalimat yang mencengkeram lehernya. Ray tidak menyangka Sepia akan meminta sesuatu yang bahkan tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Meski ada Arumi dan meski Ray berselingkuh, ia tetap tidak pernah ingin kehilangan Sepia.“Kamu pernah bilang ‘kan bahwa kamu akan memenuhi semua permintaanku?” tanya Sepia dengan tegas seraya menahan tangis. “Itu adalah permintaan terakhirku. Tolong lepaskan aku dari ikatan kita, aku sudah tidak sanggup lagi berbohong atas kebohonganmu. Aku sudah tidak bisa lagi berpura-pura dari pengkhianatan yang kamu lakukan.”Ray berusaha memeluk Sepia, namun perempuan itu mundur dan me

    Last Updated : 2022-11-28
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Perpisahan

    Hujan telah membuat lalu lintas menjadi terhambat, juga membuat Arumi hampir terlambat mengikuti jam kuliah pagi karena tertidur lelap. Sebenarnya bukan salah hujan, tetapi karena salahnya sendiri karena semalaman tidak bisa memejamkan mata. Pukul empat pagi ia baru merasakan mengantuk dan tertidur pulas sampai pukul tujuh. Apalagi yang membuatnya susah tidur selain memikirkan Ray.Jam kuliah memang dimulai pukul delapan lebih, tapi Arumi adalah tipikal perempuan yang bisa menghabiskan waktu sangat lama di kamar mandi, belum lagi mencatok rambut dan mengenakan berbagai riasan wajah.“Sial hujan! Aku selalu membenci hujan. Aku jadi telat!” Arumi mengomel di depan cermin rias besarnya.Jam tujuh lebih tiga puluh lima menit, Arumi menyemprotkan parfum mahal yang selalu menjaga wangi tubuhnya tetap segar. Ia kembali meletakkan botol kaca kecil itu dengan tergesa, lalu berjalan tergesa meninggalkan apartemennya menuju kampus yang jaraknya tidak jauh. Ia pergi ke sana dengan taksi online.S

    Last Updated : 2022-11-28
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Melewati Batas

    [Sore nanti, pemotretan jangan terlambat]Re Kosmetik.Arumi menyeringai senyum setelah membaca pesan singkat itu. Ia terlalu sibuk dengan perasaannya, sampai-sampai lupa bahwa ia punya beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Setidaknya dengan kesibukan yang ia miliki ia bisa sejenak melupakan masalah dalam kehidupannya. Ia kembali menggulir layar ponselnya, mengetikkan nama Ray namun tidak ada sepatah pesan pun dari laki-laki itu. Padahal ia sangat menantikan pesan itu. Ia begitu cemas dan khawatir, sikap Ray perlahan menunjukkan kesungguhannya untuk meninggalkannya.“Apakah Ray benar-benar meninggalkanku? Setega itu?” Arumi menggigit bibirnya yang semerah stroberi.Kehilangan dan ditinggalkan telah menjadi ketakutan terbesar setiap orang. Sementara Arumi, ia bukan hanya takut kehilangan, ada istilah lebih buruk lagi yang mungkin akan orang-orang celotehkan. Yakni dibuang, seperti sampah atau barang yang sudah tidak berguna lagi.“Ray … kumohon jangan tinggalkan aku …” batinnya.

    Last Updated : 2022-11-29
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Rest Area

    Semua yang terjadi tetap takdir, hanya saja tidak setiap hal yang ditemui adalah sesuatu yang bisa dimiliki seumur hidup. Hati manusia bukanlah sesuatu yang tidak bisa berubah, dan pola pikir adalah sesuatu yang terus tumbuh. Benar atau salah, egois atau tidak. Terkadang semua hal itu memang tidak ada artinya lagi.“Aku harap aku cukup lapang untuk menghadapi semua ujian ini.” Sepia memejamkan matanya dalam-dalam.Hanya sebentar lagi, ia harus menghadapi proses perceraian. Lalu setelah itu ia akan memulai sesuatu yang benar-benar baru. Menjadi orang tua tunggal untuk putranya sekaligus berperan menjadi ayah dan ibu dalam waktu bersamaan. “Semoga aku bisa …,” batinnya lagi.Kedua mata Shabiru kembali terpejam dalam pangkuan Sepia, sesekali sorot cahaya masuk menerpa wajahnya. Jauhnya perjalanan membuat anak itu letih. Ya, sekarang mereka sudah pergi jauh. Tidak ada lagi sosok ayah yag selalu megisi hari-harinya, tapi bukan berarti Sepia akan egois dengan tidak membiarkan anak itu berte

    Last Updated : 2022-12-01
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Hal-hal yang Hancur

    Satu bulan kemudian…“Kenapa lama sekali?” tanya Ray sembari mengenakan kemeja berwarna abu – abu gelap.Setelah kepergian Sepia dan setelah siang itu, Ray sering sekali bermalam di apartemen Arumi. Ray sering datang dalam kondisi mabuk berat. Perihal batasan, sudah tidak ada lagi jarak diantara keduanya. Karena ia merasa tidak memiliki kesempatan atau pun jalan untuk memperbaiki kesalahannya, sudah terlanjur. Kesedihan yang ia alami membuatnya hancur, ia tidak sadar bahwa perbuatannya juga menghancurkan Arumi secara perlahan.“Sebentar Ray,” Arumi menyemprotkan parfumnya, semerbak wangi langsung memenuhi seisi ruangan. Membuat Ray beranjak dari duduknya dan berjalan pelan menghampirinya.“Lama sekali sih.” Ray mengecup rambut Arumi dari belakang. Sementara tangannya mendekap bahu Arumi.“Ray jangan lakukan itu.” Arumi menolak sentuhan-sentuhan Ray. Sentuhan yang kadang menimbulkan rasa panas bagi Arumi. “Tunggu saja di mobil, aku akan menyusulmu.” Ia mendorong tubuh Ray ke luar pintu

    Last Updated : 2022-12-02
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Aura Berbeda

    Sudah tiga puluh hari berlalu, waktu begitu cepat berlalu namun kenangan buruknya tetap begitu sulit dilupakan.Meski proses perceraian masih berjalan dan belum tuntas, Sepia sudah pergi ke Jakarta untuk pekerjannya. Ia terpaksa meninggalkan Bandung dan Shabiru demi memulihkan diri sepenuhnya. Lagipula setiap akhir minggu, ia selalu pulang ke Bandung. Beruntung Sepia juga memiliki keluarga yang selalu mendukungnya. Meski tak ditampik, pembicaraan miring masih kerap menyasar dirinya. Ia tinggal di rumah Oma Ina, selain dekat dengan kantonya, Oma Ina juga memaksanya untuk tinggal bersamanya. Karena tidak enak akhirnya ia menurut. Sepia menghela napas, menutup catatan, dan memasukkan barang-barang miliknya ke dalam tas. Suasana kantor di sore ini memang sudah cukup sepi. Hanya beberapa orang yang pekerjaannya masih menumpuk yang berada di dalam ruangan itu. [Pia, weekend ini beneran enggak pulang ‘kan? Kita jalan-jalan sekali-kali biar kayak ABG lagi hehe.] ia baru saja menerima pesan

    Last Updated : 2022-12-19

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Makan Malam

    Sore hari, ketika udara sedang hangat-hangatnya, Sepia sedang berada di stasiun.Anak kecil yang ketika berdiri tingginya sama dengan Sepia ketima berlutut itu memeluk erat Sepia, melesak dalam pundaknya cukup lama dan enggan melepas pelukannya."Sayang," panggil Sepia dengan lembut.Setelah banyak hal terlewati, akhirnya Shabiru akan pergi mengunjungi Yogyakarta, mengunjungi kota kelahirannya. Kota yang sering banyak orang sanjung sebagai kota yang istimewa. Shabiru melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah ibunya lamat-lamat dengan tatapan sendu."Ibu tidak apa-apa aku tinggal dulu?" tanyanya.Sepia tersenyum dan membelai lembut wajah anaknya. "Tidak apa-apa. Kan katanya kamu mau mengunjungi adik kecil?""Ibun, kalau ada apa-apa minta tolong sama Kak Panji saja, ya. Dia pasti akan selalu membantu ibun. Aku sudah bilang padanya agar sering-sering mengunjungi ibun."Sepia mengangguk mengiyakan permintaan anak kecil itu. "Iya, iya siap kapten!"Shabiru menghela napas berat lalu memeluk

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Ajakan

    Beberapa saat keheningan kembali meliputi Sepia dan Panji.Panji terlihat menarik embuskan napas beberapa kali, seolah ada keraguan yang menahan perkataan yang akan ia ucapkan pada perempuan itu. "Aku ... mm ...." Panji bergeming.Sepia menoleh saat Panji mulai berbicara, tetapi lagi-lagi Panji kehilangan kata-kata setiap menatap Sepia."Kenapa? Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Sepia.Panji langsung menggeleng seraya tersenyum. "Tidak.""Nanti malam kamu ada acara nggak?" tanya Panji."Sepertinya tidak, kenapa memangnya?""Aku ingin mengajakmu keluar untuk makan malam. Tapi kalau kamu sibuk atau mau istirahat, aku tidak ingin memaksa," jelas Panji setengah menahan gugup."Boleh. Udah lama juga aku nggak makan di luar," sahut Sepia tanpa pikir panjang.Kejadian yang baru ia alami cukup membekas, ia takut jika San datang lagi dan mengganggunya. Barangkali bila bersama Panji, ia bisa menghindar dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.Sepia tahu, San bukanlah laki-laki yang mud

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Malaikat Pelindung

    Jarak wajah Sepia dan San mungkin hanya satu jengkal. Sepia bisa merasakan embusan napas laki-laki itu semakin dekat. Dada Sepia benar-benar bergemuruh, ada ketakutan yang dia rasakan. Ketakutan itu berkali-kali lipat lebih besar dari ketakutan yang dulu ketika San hampir melakukan hal yang sama padanya. Bedanya, dulu San memintanya dengan lemah lembut, tidak seperti yang terjadi saat ini. Laki-laki itu benar-benar kasar, memaksa, dan tidak memiliki etika."Kamu ... bohong soal mencintaiku. Semua yang kamu katakan hanya omong kosong yang tidak bisa dilihat apalagi dibuktikan. Aku membencimu San, sangat membencimu! Aku tidak sudi bertemu denganmu lagi!" Napas Sepia terengah-engah, ia terjebak dalam situasi yang benar-benar mendesak. Ia berusaha berpikir keras, mencari cara untuk melarikan diri. "Aku peringatkan sekali lagi, menjauhlah dariku!"San sudah berubah menjadi laki-laki dewasa yang telah melihat dunia lebih luas. Dia benar-benar bisa melakukan apa pun dan Sepia tidak ingin dip

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Masa Lalu Kembali Menyapa

    Seminggu berlalu, hari-hari Sepia kembali berjalan baik. Shabiru sudah pulih dari sakitnya dan Sepia kembali disibukkan dengan urusan tokonya. "Mel, sekarang aku mau pergi belanja. Nanti kalau ada tamu penting minta hubungi lewat telepon aja ya. Soalnya aku bakalan agak lama nih. Stok toko yang harus dibelanjain udah dicatet semua, kan?"Sepia menutup laptopnya dan mengambil tas."Sudah, Kak. Sudah aku kirim lewat WA. Kain organza yang paling cepat habis Kak," jelas Melly."Oke kalo gitu, aku akan belanja kain organzanya lebih banyak."Sepia keluar dari toko dengan tergesa, dia sampai tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang memiliki tubuh tinggi dan dada bidang."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Sepia.Raut wajah perempuan itu langsung berubah tidak suka ketika melihat orang yang ditabraknya.Sungguh ia ingin segera pergi sejauh mungkin, enyah dari laki-laki itu. Namun, sebelum Sepia sempat mengambil satu langkah kecil pun laki-laki berbadan kekar itu langsung mencengkeram tangan

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Menampik Rasa

    “Aku langsung pulang, ya,” kata Panji. “Shabiru sudah tidur. Kelihatannya dia sangat merindukan tidur di kamarnya, nyenyak sekali.”Sepia yang sedang memeriksa pesanan pelanggan di laptopnya menoleh. Di luar hujan turun sangat deras, dia tahu Panji sedang dalam keadaan sangat lelah karena menemani anaknya.“Kita sarapan dulu. Aku sedang meminta pegawaiku untuk membelikan makanan. Kamu tidak boleh pergi dalam keadaan perut kosong. Kamu sudah benar-benar membantuku, jadi aku merasa tidak enak denganmu.”“Kamu merasa begitu padahal aku tidak melakukan apa-apa. Kamu makan saja bersama pegawaimu, kalau denganku lain waktu saja ya.” Panji menolak secara halus.Sepia menghela napas kesal. Dia tahu Panji sama keras kepalanya dengan dirinya, tetapi kali ini dia tidak akan membiarkan laki-laki itu pergi begitu saja. Mungkin Panji tidak menyadari bahwa walau hanya kehadirannya itu sudah sangat berarti besar, bukan untuk dirinya melainkan untuk Shabiru. Atau mungkin Sepia sendiri yang tidak bisa

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Pergi Lagi

    Ray menghela napas panjang, tubuh Sepia sudah berjalan menjauh, tetapi perkataannya tetap tertinggal dalam benaknya. Ray kembali terhempaskan oleh kenyataan. Semua yang pernah ada di antara mereka sudah berakhir, bahkan hancur. Ray sudah tidak memiliki haka pa-apa, sekecil apapun pada perempuan itu. Bahkan ia merasa tidak berhak untuk sekadar menatap bayangan perempuan itu.Helaan napas Ray terdengar cukup keras, pada waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Ia langsung merogoh sakunya sambil duduk pada kursi tunggu yang kosong.“Halo, iya saat ini aku masih di rumah sakit. Keadaan Shabiru sudah lumayan membaik, aku akan segera pulang,” sahut Ray, ia memutus panggilan, lalu berjalan meninggalkan lorong itu.Tangan Ray hampir menyentuh gagang dingin pintu ruang perawatan, tetapi suara gelak tawa Shabiru dan Panji yang terdengar berhasil membekukan waktu. Dari celah kaca, Ray bisa melihat kedekatan antara mereka. Sungguh, saat itu juga ia didera rasa cemburu yang begitu hebat.“Aku dan

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Diskusi Mantan

    “Lihatlah, Ray. Dia begitu berharap kamu akan datang dan mengajaknya berkunjung. Bahkan dia menganggap bahwa rumah yang dulu adalah miliknya, sekarang dia merasa tidak berhak lagi. Jangan biarkan dia merasa telah kehilangan rumahnya, Ray. Jangan biarkan dia merasa telah kehilangan ayahnya, hanya karena ayahnya telah memiliki keluarga baru. Apa pun yang telah terjadi dalam hidup kita, itu tidak akan pernah bisa merubah kenyataan bahwa Shabiru adalah anakmu. Anak yang berharap bisa disayangi dengan tulus, hanya sesederhana itu permintaannya ….” Sayangnya Sepia hanya mengatakan kata-kata itu dalam hatinya.Ray masih terdiam, ia sepertinya sangat terkejut dengan permintaan kecil anaknya untuk sekadar mengunjungi rumah lamanya. Ray sebenarnya ingin memberitahu bahwa rumahnya saat ini bukanlah rumah yang sama seperti dulu. Tidak ada lagi mobil memenuhi garasi, hanya tinggal dua mobil yang tersisa. Semuanya habis karena kerugian restoran yang ia alami. Ia ingin menceritakan segalanya pada Sh

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Permintaan

    Rumah sakit, Bandung.Jam menunjukan sekitar pukul delapan malam. Sekarang ayah dan ibu Sepia juga telah datang sejak sore hari. Keadaan Shabiru masih sama saja belum ada perubahan yang berarti, ia harus lebih banyak tidur untuk meredam rasa sakit yang mendera tubuh kecilnya.“Ayahnya sudah diberitahu, Pi?” tanya ibunya Sepia.Sepia mengangguk. Sebenarnya dalam situasi seperti ini ia tidak ingin melibatkan ayah dan ibunya, ia tidak ingin membuat mereka cemas, tetapi tidak mungkin juga untuk menyembunyikan hal ini. Pikiran Sepia benar-benar kalut, tidak benar juga jika ibunya terus mempertanyakan kehadiran Ray.“Lalu bagaimana? Akan ke sini?” cecar ibunya.“Aku tidak tahu, Bu. Tadi yang mengangkat telepon adalah istrinya,” jelas Sepia.“Kalau begitu telepon lagi dan minta dia untuk datang,” perintah ibunya Sepia.Sepia menghela napas. Tidak, ia tidak akan bisa menelepon Ray. Suara Arumi yang ia dengar telah membangkitkan banyak luka yang tadinya sudah lenyap tertimbun kesibukkan. “Suda

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Firasat

    “Mau makan dulu, Kak? Pasti dari pagi Kak Pia belum makan,” Afandi membawakan makan siang.Dalam kondisi seperti ini tidak ada yang namanya lapar atau haus yang ada hanyalah perasaan cemas yang semakin lama semakin menggunung tinggi. “Aku belum lapar, kamu makan saja duluan.”“Baiklah, Kak kalau begitu. Aku keluar sebentar, ya.” Afandi keluar.Hanya menyisakan Sepia dan Shabiru dalam ruangan itu. Sepia memperhatikan cairan infus yang terus menetes dan merasakan betapa heningnya ruangan itu. Ia beranjak mendekati jendela.Firasat yang kuat telah terhubung antara ibu dan anak. Perasaan Sepia yang mendadak tidak enak ternyata terbukti, tetapi ia tidak perah menduga bahwa hal seperti itu bisa terjadi. Sepia berdiri mematung di depan jendela ruangan perawatan. Ia berandai-andai seandainya ia bisa memutar waktu, maka ia tidak akan pergi kemana-mana dan ia juga tidak akan membiarkan Shabiru pergi kemana-mana. Pikirannya kembali sibuk berdebat sekaligus mengumpulkan keyakinan tentang memberit

DMCA.com Protection Status