Beranda / Historical / Keris Darah Candramaya / 123. Kebohongan Kumala

Share

123. Kebohongan Kumala

Penulis: Songdeok eunjoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 16:43:18

Pengawal yang berjaga membuka pintu, mereka berdua tampak marah jadi berbicara dengan keras karena suara mereka teredam oleh suara air hujan. Tentu saja kedua pengawal itu tidak akan memberi izin, "Jangan lancang! Kenapa terus berteriak?"

"Aku ingin menyampaikan sesuatu! Tolong antarkan aku menghadap Gusti Prabu. Aku tahu di mana Arya Balaaditya berada," Kumala membungkuk dan menyatukan tangannya. Wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil.

Dua pengawal itu tentu tidak percaya begitu saja. Mana mungkin buronan seperti Arya Balaaditya yang sudah hampir 15 tahun menghilang bagaikan di telan bumi itu kembali. "Jika kamu ingin mengeluh, datang besok saat ada pertemuan di balai istana. Gusti Prabu sedang istirahat," ujar salah satu pengawal.

"Tidak! Ini sangat penting. Ini masalah Arya Balaaditya. Aku harus bertemu sekarang," ujar Kumala dengan gigi gemeletuk karena kedinginan. Mereka telah menghinanya jadi sekarang mereka harus mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan harus lebih kejam.

Dua
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Keris Darah Candramaya   124. Menjemput Tamu

    Pupil mata Adi Wijaya melebar, namun dengan cepat Adi Wijaya menutupi rasa keterkejutannya dengan tertawa, "Kamu cucu menantuku rupanya. Siapa orang tuamu?""Hamba anak yatim piatu. Hamba sebatang kara, maka dari itu hamba mohon keadilan dari Gusti Prabu. Hanya Kang Mas Indrayana yang hamba miliki di dunia ini, hiks ... " Kumala menangis dengan pilu. Kebohongannya semakin menjadi-jadi.Akting Kumala memang hebat, hanya saja Adi Wijaya tidak peduli. Dia juga tidak suka cucunya menikah dengan gadis yang tidak jelas asal-usulnya. Adi Wijaya memijit keningnya, bagaimana bisa cucunya menikahi sembarang gadis. Dan lebih parahnya, dia juga menjalin hubungan dengan putri Damarjati. Bagaimanapun Indrayana adalah cucunya. Dia membenci Arya Balaaditya tapi tidak dengan cucunya. Darahnya mengalir di dalam tubuh anak itu.Adi Wijaya menghela nafas dan mencoba menahan diri untuk mendapatkan simpati gadis itu. Tujuannya adalah mendapatkan banyak informasi tentang Arya Balaaditya dari gadis itu. "Apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Keris Darah Candramaya   125. Pulau Wijaya Kusuma

    Saat pintu terbuka mata Saka terbelaklak, dia tercengang bukan main. Bukan karena terpesona melainkan kaget dengan dandanan Kumala yang begitu mewah dan terkesan norak. Dia memakai kain sutra terbaik dan rambutnya terlihat begitu berat dan ramai dengan banyak hiasan yang terbuat dari emas. Begitu juga dengan riasannya yang begitu tebal. Dan perhiasan emas yang dia kenakan."Apa gadis ini benar-benar waras," batin Saka. Pria yang biasa selalu acuh dengan sekitar dan sibuk dengan dunianya kini teralihkan.Pemandangan itu benar-benar membuat matanya sakit."Aku sudah selesai," ujar Kumala, dia mengangkat dagunya dan berjalan lebih dulu.Ketakutan Saka saat ini bukanlah pertempuran yang mengancam hidupnya. Dia lebih takut jika perahu yang nanti mereka tumpangi terbalik dan Kumala akan tenggelam ke dasar laut akibat tubuhnya yang terlalu berat karna emas-emas yang dia kenakan.Saka naik ke atas kuda, sedangkan Kumala hanya berdiri dengan wajah masam. Gadis itu mulai bertingkah, " Apakah k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Keris Darah Candramaya   126. Pertumpahan Darah

    "Kang Mas!!" Asri Kemuning bangkit. Rasa lega dan bahagia bercampur membuatnya semakin terharu. Air mata kebahagian mengalir dari matanya yang indah. Dia hendak pergi menuju sumber suara, namun sayang Saka menghalanginya. Wajah pria itu terlihat semakin dingin, dia bahkan memberi isyarat agar Asri Kemuning kembali duduk dengan tenang.Suara riuh itu semakin kencang dan semakin mendekat. Mata Asri Kemuning semakin liar, bergerak-gerak mencari sosok yang dia kenal.Tangan Kumala bergetar, dia sedikit panik kalau kebohongannya akan terbongkar. Tapi dalam sekejab dia berusaha mengendalikan emosinya dan bersikap wajar. Asalkan mendapatkan dukungan Ibu dan Kakek Indrayana, pemuda itu pasti akan patuh.Arya Baladitya dan pasukannya yang dipimpin oleh Baladewa telah sampai di pulau Wijaya Kusuma. Indrayana, Candramaya, Cempaka dan Danumaya juga ikut bersama mereka.Perasaan Arya Balaaditya berkecambuk. Kerinduannya semakin besar dan tak terkendali lagi. Rasa ingin bertemu semakin menggebu-geb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Keris Darah Candramaya   127. Tekad Saka

    "Sebentar Romo," Candramaya berlari dan mengambil air dalam sebuah kendi besar. Ada gayung yang terbuat dari cangkang kelapa. "Ini Romo, basuh mata Romo," ujar Candramaya.Arya Balaaditya membasuh matanya, perlahan matanya terasa lebih baik dan pandangannya kembali membaik."Siapa gadis itu?" tanya Asri Kemuning. Dia tersenyum melihat perlakuan manis gadis itu. Dia kira gadis itu sangat kejam, terlihat dari wajahnya yang dingin dan galak. Apalagi saat gadis itu membunuh satu persatu para pemanah dengan keji dan sadis. Seperti pembunuh berdarah dingin.Asri Kemuning mulai semakin meragukan kata-kata Kumala.Indrayana sedang bertarung dengan Saka. Dia menyerang dengan membabi buta, Marah karena orang itu berani melukai ayahnya.Kumala semakin terdesak, dia kira Candramaya tidak ikut. Dengan begitu dia bisa membujuk Asri Kemuning untuk membujuk Putra dan suaminya.Beraninya Paman melukai Romoku!" teriak Indrayana dengan marah. Karena dia mulai kewalahan jadi Indrayana menarik cemetinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Keris Darah Candramaya   128. Tamu Tak Di Undang

    Kesedihan meliputi semua orang, gadis ceria seperti Cempaka sekarang hancur karena kematian orang yang dia Cintai. Cempaka terus menangis di atas jasad Saka, cinta pertama dan mungkin cinta terakhirnya.Sebuah tangan terulur dan menyentuh pundak Cempaka yang bergetar, "Lepaskan dia, biarkan dia beristirahat dengan tenang."Cempaka mendongak dan membiarkan Indrayana dan Baladewa mengangkat jasad Saka. Cempaka memeluk tubuh Candramaya dan menangis di pelukannya."Menangislah Cempaka! Itu akan membuatmu semakin lebih baik," ucap Candramaya dengan penuh kasih sayang."Terima kasih, Adik," ujar Cempaka dengan suara parau.Memang benar kata pepatah, 'Hanya wanita yang bisa mengerti wanita.'Asri Kemuning sangat tersentuh, dia tidak menyangka gadis dengan wajah dingin itu sangat begitu lembut dan dewasa. "Mungkin ini alasan Indrayana berselingkuh dengannya. Tapi alangkah baiknya jika aku memastikannya lebih dulu," batinnya.Setelah semua mayat di kebumikan termasuk Saka. Cempaka berdiri di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Keris Darah Candramaya   129. Pesan Singkat Seorang Saka

    Wanita lemah lembut itu menatap ke arah Kumala yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang, matanya berkilat dengan amarah. "Pantas putraku tidak menyukaimu! Selain kasar, kamu juga tidak tahu malu. Bagaimana bisa kamu berteriak dan mengumpat di depan orang tua. Apa kamu tidak tahu adab dan sopan santun?"Kumala merasa malu, pipinya memerah dan wajahnya tertunduk. Dia kembali duduk dan berkata lirih tanpa berani menatap mata Asri Kemuning, "Maaf, Tuan Putri."Suasana menjadi hening, semua orang tertunduk dan kembali melanjutkan makannya. Berbeda dengan Candramaya yang terang-terangan menatap wajah Ibu Mertuanya. Dia merasa kagum terhadap wanita yang begitu lembut namun sangat tegas.Dia jadi teringat dengan ibunya, mereka sangat mirip.Merasa sedang diamati, Asri Kemuning ikut menatap Candramaya. Mereka saling memandang untuk beberapa detik. Hingga tatapan itu berubah menjadi tatapan canggung. Wajah Candramaya yang dingin melembut, dia tersenyum tipis. Asri Kemuning juga ikut tersen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Keris Darah Candramaya   130. Omelan Emak-emak

    "Huaaa!!!" Kumala jatuh terjerembab di dalam perahu dengan menyedihkan. Perahu yang Kumala naiki juga bergoyang-goyang di atas air. Kumala segera bangun dan menyesuaikan duduknya agar perahu bisa seimbang. Dia memegangi dua sisi perahu dan berteriak marah, "Jangan keterlaluan! Kamu ingin aku tenggelam!" Danumaya tertawa sinis sambil melempar dayung ke arah Kumala, "Cepat pergi!" Mata Kumala seketika melotot dan giginya berkertak, "Awas kamu!" "Jika lain kali kamu mendapatkan kesulitan. Aku tidak akan pernah menolongmu lagi," ujar Danumaya dengan sinis. Dia tidak seharusnya menyesal karena telah menolong seseorang. Hanya saja orang yang dia tolong ternyata orang yang tidak tahu diri. Kumala membuang muka lalu berbalik badan, sejenak dia merenung. Gadis itu menggenggam dayung kayu itu dengan erat. Dia harus melawan rasa takut yang dia rasakan. Jarak antara pulau Wijaya Kusuma dan pulau Jawa memang tidak terlalu jauh. Hanya saja dua pulau itu di pisahkan oleh sebuah lautan. Jad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Keris Darah Candramaya   131. Kelinciku Yang Manis

    Bima Reksa tidak mengucapkan sepatah katapun, dia melengos dan pergi menaiki kudanya. Tentu membuat Kumala semakin bingung. Akhirnya Kumala mengambil salah satu kuda yang berjejer terikat di pohon. Dia sekilas melirik kereta kencana yang kemarin mengantarnya dengan perasaan sedih. Baru saja dia merasakan kemewahan dan sekarang dia sudah tidak punya harapan lagi. Di tepi pantai ada Ki Sentot dan Darma yang berjaga di tempat itu. Mereka tampak acuh dan dingin seolah-olah tidak perduli dengan keberadaan Kumala. Mereka hanya sibuk membakar ikan dan saling berbincang ringan. Kumala juga tidak menyapa, dia memilih mengikuti kakeknya yang terlihat marah. "Pulang! Jangan sampai Aki bersikap kasar padamu," ancam Bima Reksa tanpa menoleh sedikit pun. Kumala menghela nafas dalam-dalam dan naik ke atas kuda dengan patuh, dia bergumam, "Untuk saat ini aku patuh, Aki!" Mereka berdua melakukan perjalanan menuju desa Kuningan. Menembus gelapnya malam dan rimbunnya pepohonan. Hanya menga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31

Bab terbaru

  • Keris Darah Candramaya   141. Pesan Rahasia

    "Ada hal penting, Kang Mas?" tanya Asri Kemuning. Wanita itu merasa khawatir setelah melihat perubahan wajah suaminya.Merasa tidak puas dengan jawaban Ayahnya, Indrayana menggunakan kekuatan Batu Merah Delima yang ada di keningnya. Pesan itu berisi 'Pangeran Narendra telah menganiaya seorang gadis bernama Kumala. Gadis itu sudah berhasil selamat.' Setelah membaca pesan itu, Indrayana cukup kaget. Apa Kumala yang ada di surat itu adalah Kumala yang dia kenal atau orang lain.Entahlah!Tapi yang pasti adalah tugas dari Respati adalah menjadi mata-mata. Indrayana melirik Candramaya, dia membelai wajah dingin istrinya lalu bertanya, "Kamu bosan ya?"Candramaya hanya mengangguk lalu berbisik, "Bawa aku dari sini."Indrayana menyeringai lalu berkata, "Romo ... Ibu ... Aku akan membawa istriku jalan-jalan.""Baiklah ... " ujar Asri Kemuning."Candramaya izin keluar dulu," ujarnya dengan canggung. Asri Kemuning dan Arya Balaaditya mengangguk. Setelah memastikan putra dan menantunya pergi,

  • Keris Darah Candramaya   140. Rumor itu seperti Bola Api

    "Oh maaf ... Kisanak! Silahkan lanjutkan," ujar pria yang menyela dengan canggung.Kebo Ireng melanjutkan ceritanya dengan wajah yang tegang dan serius, "Untungnya tidak ada korban, kebetulan bukit itu tidak pernah di jamah oleh orang. Jika saja tidak terjadi longsor, pasti jasad-jasad itu tidak akan pernah ditemukan."Seno Aji ikut menimpali, "Jasad-jasad itu dikumpulkan dan kebetulan ada jasad yang masih baru. Jasad gadis itu dalam keadaan tanpa busana, tubuh dan wajahnya penuh memar. Bahkan di area kemaluannya penuh darah. Sepertinya selain dianiaya, gadis itu juga di lecehkan. Karena penasaran kami datang dan melihat proses pemakaman masal itu. Dan mulai detik itu, aku selalu mual saat makan. Benar-benar mengenaskan, aromanya sangat busuk dan menusuk hidung. Hoek!"Seseorang di belakang tubuh Seno Aji memijit lehernya. Seno Aji kali ini benar-benar muntah, semua isi perutnya keluar. Pria itu tampak lemas dan pucat.Pemilik warung dengan sigap menyodorkan minuman, "Ini minum lagi,

  • Keris Darah Candramaya   140. Rumor

    Bima Reksa menaruh kapaknya, dia berjalan mendekati cucunya yang dalam keadaan menyedihkan. "Kumala ... katakan! Apa yang terjadi?" tanyanya dengan perasaan hancur. Pria tua itu membelai kepala cucunya dengan kasih sayang.Bima Reksa dipenuhi dengan banyak pertanyaan atas hal buruk yang telah di alami cucunya.Lidah Kumala terasa keluh, dia hanya bisa berhambur memeluk tubuh kakeknya dan menangis. Bima Reksa merangkul cucunya untuk masuk ke dalam rumah, "Bibi ... " panggil Bima Reksa.Pelayan rumah itu datang, namun langkahnya terhenti dan tenggorokannya tercekat, "Hah! Raden Kumala?"Kumala terus saja menangis, "Hiks! Aki ... to-long! Pangeran Narendra!"Deg!Jantung Bima Reksa rasanya mau copot, dia menggelengkan kepalanya dan menampik pikiran buruknya. "Nak! Pangeran Narendra tidak memaksamu kan?"Kumala kembali menangis, dia mengangguk. Sorot mata gadis itu terlihat sedih dan putus asa, "Pria itu telah menganiayaku, Aki!" ujar Kumala lirih. Tangisnya pecah dan semakin pilu.Pria

  • Keris Darah Candramaya   139. Burung Merpati Pembawa Pesan

    Pertanyaan itu membuat Damayanti Citra berhenti bersenandung, wajah dinginnya semakin dingin. Tiba-tiba bulir bening jatuh dari sudut matanya namun bibirnya membentuk seringai iblis. Ada pergolakan batin yang wanita itu rasakan, namun lagi dan lagi. Damayanti Citra memilih menjadi monster dengan membunuh hati nuraninya. Suasana hangat di ruangan perjamuan berubah menjadi hening dan mencekam. Saat mereka merasa terancam, mereka langsung berdiri dan ingin segera pergi. Namun mata mereka seketika terbelaklak dan jantung yang seolah di paksa untuk berhenti berdetak. Saat para pengawal setia Damayanti Citra yang berdiri di belakang mereka mengangkat pedang. Dan dengan gerakan cepat pedang yang mengkilap itu menebas tubuh yang ada di depannya. Zrak!! Akkkkhh! Suara jeritan kesakitan mereka menggema memenuhi ruangan perjamuan yang luas. Bruk! Satu persatu tubuh-tubuh itu jatuh bergelimpangan di lantai. Darah mereka menciprat ke segala tempat. Dinding berwarna putih pucat kin

  • Keris Darah Candramaya   138. Perjamuan Maut

    Seperti ada petir yang menyambar hati Puspita Sari, dia tidak menyangka suaminya akan mengungkit itu semua. Dia pikir selama 15 tahun ini Adi Wijaya telah sepenuhnya ada di kendalinya. Ucapan Adi Wijaya berhasil membungkam mulutnya, bahkan remasan tangannya melonggar dan matanya melebar. Dia tertegun sekarang dan tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi.Setiap kali Adi Wijaya ingin menjenguk putri dan istrinya, Puspita Sari selalu melarang. Dia selalu berkata jika kepergiannya akan menarik perhatian dan membuat orang curiga.Walaupun Puspita Sari selalu mengatakannya dengan nada lembut. Tapi larangannya terdengar seperti ancaman.Melihat reaksi Puspita Sari, Adi Wijaya sontak menampik tangan istrinya dengan jijik. Sebelum dia pergi dia mengatakan hal yang membuat istrinya itu hampir pingsan, "Kalau kamu sangat mencintai putramu itu, maka pertaruhkan saja posisimu sebagai permaisuri negeri ini. Dan bela putramu sampai mati. Heh!!""Itu tidak mungkin, Kang mas!" teriak Puspita Sari tidak t

  • Keris Darah Candramaya   137. Angkat Tangan

    "Gadis itu pasti tidak akan bisa keluar dari tempat ini, Romo," ujar Damayanti Citra lirih. Dia merasa ragu sebenarnya karena sampai detik ini para pengawal itu belum datang dan membawa gadis itu di hadapannya."Kamu yakin?" tanya Adi Wijaya dengan sebelah alis terangkat.Tenggorokan Damayanti Citra seketika tercekat, wajahnya kini memucat. Dia tidak bisa berkata apa-apa karena sebenarnya dia juga ragu. Melihah reaksi menantunya, Adi Wijaya berdecis sinis, "Kamu juga ragukan!!"Bulu mata Damayanti Citra terkulai, dia mulai resah, terlihat dari kedua tangannya yang saling meremas kuat. Wanita itu takut rahasianya dan Narendra terbongkar. Dia memang tidak berharap suaminya naik tahta karena perangainya itu yang gila akan wanita. Dia hanya takut jika rahasia yang sudah tersimpan selama 15 tahun terkuak ke halayak ramai. Itu pasti akan berpengaruh pada posisi putranya sebagai Putra Mahkota.Karena ambisi besar Damayanti Citra adalah putranya harus naik tahta dan garis keturunannya lah ya

  • Keris Darah Candramaya   136. Pertolongan Respati

    Respati membeku di tempat setelah membuka pintu, tanaman yang dia pegang jatuh dari tangannya saking terkejutnya. Bagaimana tidak? Ada seorang gadis yang berpenampilan berantakan, pakaiannya koyak dan wajahnya babak belur sedang meringkuk di dalam dapur istana. Dia sebenarnya ingin merebus tanaman obat, tapi yang dia lihat sungguh membuatnya tercengang.Dalam sekejap, rasa terkejutnya berubah menjadi rasa takut. Respati bahkan merasa gemetar, takut dan iba secara bersamaan. Namun dia juga harus waspada, takut jika kelak dia yang akan disalahkan mengenai kondisi gadis tersebut."Pengawal!!" teriak Respati, dia segera berbalik badan berniat meninggalkan tempat itu.Mendengar pria itu berteriak memanggil pengawal membuat Kumala terbelaklak, tubuhnya semakin gemetaran. Rasa takut kini telah memenuhi hatinya.Dalam ketakutan itu, Kumala melakukan satu-satunya hal yang bisa dia lakukan. Gadis itu merangkak lalu menyentuh kaki Respati. Dia langsung bersimpuh di depan pria bernama Respati. Ta

  • Keris Darah Candramaya   135. Dapur Istana

    Setelah para pengawal pergi dari hadapannya. Damayanti Citra menghapus air matanya. Mata sendu Damayanti Citra berubah dingin, "Malam ini akan sangat seru!" ujarnya dengan sudut bibir terangkat. Wanita itu masih berdiri, menyaksikan para pengawal pergi dari hadapannya. Gerombolan para prajurit itu memecah menjadi beberapa grup untuk menunaikan perintah dari Putri Damayanti Citra. Mereka menyisir area Istana Kanoman dan bagian istana lainnya. Damayanti Citra begitu percaya diri, bahwa gadis itu pasti akan segera tertangkap. Sebenarnya dia memang sedih dengan keadaan suaminya, tapi dia juga kesal karena kesenangannya tertunda. Dia sakit hati karena ulah suaminya. Namun dia senang saat melihat gadis yang bercumbu dengan suaminya meregang nyawa, setelah menenggak racun racikannya. Ada kepuasan yang dia rasakan saat para gadis itu mati dengan cara perlahan. Namun sekarang kepuasan itu tidak bisa dia rasakan karena gadis itu telah kabur. Mata Damayanti Citra memerah, dia berkata dengan

  • Keris Darah Candramaya   134. Kumala Melarikan Diri

    Kumala merintih ketika bangun karena area sensitivnya sangat sakit, "Ooowww!" Gadis itu akhirnya kembali duduk, dia meringis sambil memegang area bawah perutnya. Kumala bahkan melihat bercak merah yang ada di atas seprei, rasa sakitnya bertambah. Air matanya tak mampu dia bendung. Kesuciannya benar-benar telah di renggut. Masa depan Kumala memang sudah hancur tapi dia harus tetap hidup. Gadis itu segera bangun walaupun langkahnya begitu berat, rasanya sangat sakit. Saat dia berdiri darah kesuciannya mengalir sepanjang kakinya. Dia berjalan dengan tertatih seperti berjalan di atas duri. Karena tidak ingin mati konyol. Gadis tu memilih kabur lewat jendela kamar yang terhubung dengan taman istana Kanoman. Dia mengabaikan rasa sakit yang dia rasakan. Saat Kumala berhasil keluar dari kamar terkutuk itu, dia bergegas untuk segera melarikan diri. Dia berjalan dengan darah yang masih menetes di sepanjang rumput yang dia pijak. Saat berjalan menyusuri ruang tamu kediaman Narendra. Dia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status