Hari ini Dara ditugaskan di kantornya Robi oleh Arga. Membantu kakak sepupunya untuk menghadiri rapat yang sudah selesai baru saja. Kala dia sedang di kantor pria itu. Robi mengatakan. “Kamu tunggu bentar, aku ambil minuman dulu,” kata Robi yang keluar dari ruangan.Dara bersandar di sofa karena lelah. Tidak dihubungi Arvin, itu yang menyebalkan. Pria itu berkunjung ke Kalimantan untuk cek keadaan di lapangan. Memang kesibukannya sangat banyak sekali. Arvin menghubunginya setiap hari, tapi tidak untuk hari ini apalagi ketika Arvin tiba-tiba bilang kalau dirinya ada di Kalimantan tanpa sepatah kata pun waktu bertemu dengan Dara.Ponselnya Robi berbunyi.Diliriknya siap yang mengirim chat. “Aku takut hamil, Robi. Kalau terjadi apa-apa kita nikah, ya.”Mata Dara melotot sempurna melihat isi chat yang malah dari kekasih kakak sepupunya. Sejauh itu?Entah Gio, maupun orang terdekatnya merupakan predator seksual yang membuat Dara melongo melihat kalau ternyata kakak sepupunya juga mengerika
Tengah malam dibangunkan oleh rasa haus yang tidak tertahankan. Arvin bangun dari tidurnya saat dia melihat jam setengah empat pagi. Dara tidur dengan lelap sekali di lengannya sembari memeluknya. Perlahan dia memindahkan kepala wanita itu ke bantal secara perlahan. Takut membangunkan Dara yang tidur sangat lelap sekali.Arvin berhasil memindahkan kepala Dara tanpa membangunkan wanita itu.Setelah minum, ditatapnya tidur nyenyak Dara terlihat tanpa beban apa pun. Dia mengusap kepala wanita itu perlahan. Tidur bersama, tidak untuk berhubungan badan. Arvin menarik napasnya sembari memejamkan mata.Diembuskannya napas dengan perlahan.Arvin meraih ponsel yang ada di atas meja sebelahnya Dara. Melihat saldo yang ada di rekeningnya. Nominalnya memang banyak, tapi itu adalah hasil dari kerja kerasnya sendiri. Bukan dari hasil orangtuanya. Arvin bekerja di tempat orangtuanya pun hanya mengambil gaji. Tidak mau menjadi anak yang manja dengan semua harta yang dimi
Arvin telah menjual mobilnya dan memiliki janji dengan salah satu temannya juga yang memberitahukan perihal rumah yang akan dibelinya. Meskipun tidak hari ini. Akan tetapi setidaknya Arvin telah mengeceknya terlebih dahulu. Rumah siap huni dengan semua isi yang sudah tersedia. Jadi tidak perlu ribet lagi memenuhi kebutuhannya. Dengan tempat tidur yang serba baru juga dengan isi dapur yang juga lengkap.Rumah satu lantai yang dijanjikan untuk Dara.Rumah di sana masih tetap mahal. Tapi Arvin punya tabungan dan bersedia menikah dengan Dara dengan hidup sederhana. Arvin memang mengerti dengan status ekonomi yang selalu dipermasalahkan oleh Dara. Ketimbang dia dan Dara kandas. Lebih baik Arvin yang mengalah dan hidup seperti ini juga tidak akan ada masalah.Mengorbankan mobilnya yang waktu itu dengan bangga Arvin beli dengan hasil sendiri.Arvin harus menjualnya demi menambahkan uang yang akan digunakan untuk membeli rumah. Sementara dia mengambil mobil yang di bawah dua ratus juta. Entah
Suasana di rumah yang Arvin sudah mulai tempati kali ini. Tiga hari usai janji dari Haris malah semuanya sudah selesai. Rumah juga sudah dibersihkan. Meskipun perjanjiannya satu minggu. Tapi ini adalah hari keempat dan Arvin boleh menempati rumah ini. Meski begitu dia hanya memindahkan barang-barang pentingnya dari apartemen ke tempat ini sekarang.Baju dan juga komputer kerjanya sudah dia pindahkan. Satu kamar digunakan untuk tempat kerjanya Arvin nanti. Satu kamar ditempati oleh mereka. Sebelum ada anak yang nantinya mungkin akan menempati kamar itu.Usai beres-beres dibantu oleh Haris dan anak buah dari pria itu. Juga sertifikatnya diberikan oleh Haris.Saat mereka telah selesai menata rumah itu dengan sangat rapi. “Aku balik dulu, ya. Kasihan ada proyek di tempat lain lagi.”“Thanks, ya. Padahal harusnya belum selesai.”“Nggak bisa ngaret, Vin. Soalnya ini urusan serius. Kecuali kalau untuk rumah yang akan
Pernikahan yang dilangsungkan di kediaman Arvin sendiri. Tidak jadi dilaksanakan di rumah orangtuanya Arvin. Tamu juga sudah ramai sekali berdatangan. Acara dilangsungkan pagi hari atas permintaan kakeknya Arvin.Semua keluarga besar juga menyaksikan bagaimana proses pernikahan itu hingga selesai.Arvin duduk masih merasa tidak percaya kalau dia telah menjadi seorang suami. Pernikahan yang awalnya hanyalah sebuah angan-angan dari orangtuanya. Tapi justru ia sendiri yang meminta izin kepada orangtuanya untuk menikah dengan Dara.
Dara sudah bersiap dan berdandan dengan sangat cantik untuk pergi ke rumah orangtuanya atas keinginan Arvin. Pria itu ingin melihat gaun yang dijanjikan oleh Iriana. Sebentar lagi akan ada resepsi besar-besaran yang sudah dijanjikan oleh mertuanya. Meski tidak akan dihadiri oleh kakaknya Arvin.Kakinya melangkah keluar dari kamar usai diajak oleh suaminya pergi. Dara mengenakan celana berbahan katun dengan kaus berwarna navi dipakai oleh Dara hari ini untuk pergi ke rumah sang orangtua.Waktu itu Dara mengenakan tas yang juga diberikan oleh orangtuanya Arvin.Waktu sedang mengunci pintu kamar. Ponselnya Arvin berdering beberapa kali sampai diangkat oleh Arvin. “Lagi di rumah,” Dara mendengar pembicaraan suaminya entah dengan siapa itu. “Hah, udah di jalan? Oh oke.”Dara yang baru saja berdiri di depan suaminya. Ekspresi Arvin berubah. “Maaf, Dara. Teman-temanku ke sini. Kali ini cukup banyak. Kamu pergi sendiri nggak apa-apa?”“Kita pergi lain kali aja. Biar aku telepon, Mama.”“Nggak
Dara baru saja keluar dari kamar mandi usai dibantai habis-habisan oleh Arvin di sofa saat dirinya sedang asyik menonton televisi tapi Arvin meminta jatahnya. Dara tidak bisa menolak, mencerminkan istri yang taat pada suami. Di mana pun Arvin mau selama tempat itu hanya ada mereka berdua.Memang menjadi pengantin baru rasanya sangat berbeda sekali dengan pacaran waktu itu. Dara merasakan semua tentang hubungan mereka berdua yang menghangat. Sikap Arvin yang juga berbeda saat mereka pacaran dan juga saat menikah.Dara keluar dengan mengeringkan rambutnya. Arvin mandi terlebih dahulu tadi dan kembali ke sofa. “Itu Tante baru abis mandi.”Dara mendekat. “Siapa?”“Xavier tanyain kamu, Siena juga. Katanya kenapa Tante nggak diajak ke rumah mereka.”Arvin memberikan ponsel itu untuk Dara melihat dua keponakannya yang langsung heboh melihat Dara. Arvin malah tertawa karena ulah Dara hari ini yang mencoba menghindarinya
Dara baru saja keluar dari kamar, menghampiri mertuanya yang sudah ada di ruang tamu lantaran tadi suaminya meminta untuk bersiap-siap. Dan minuman juga sudah tersedia begitu Dara keluar. Dengan sopan dan ekspresi yang bahagia, Dara bersalaman pada Sabrina lalu diminta duduk di sebelah itu. “Maaf, Ma. Tadi abis mandi terus siap-siap.”“Ya sayang nggak apa-apa. Dua hari ke depan nginap di rumah, ya. Soalnya kan mau ada resepsi. Kalian juga nanti di sana istirahat yang baik. Biar kamu nggak usah beres-beres. Kamu juga harus siapkan tenaga, kalau tamu puluhan masih bisa Mama prediksi tenaga yang keluar. Tapi tamunya nggak sedikit. Di hari pertama saja sudah berapa? Kamu nggak bisa santai gitu aja.”Dara sudah bayangkan kalau dirinya pasti akan lelah sekali menghadapi tamunya, dia akan pamerkan gaun resepsi dari ibunya sendiri. Mertuanya sangat menghargai apa yang disiapkan oleh ibunya Dara bahkan dipakai di hari istimewa yaitu di hari pertama.Dara suka sekali dengan desain yang dibuat o
Tidak meleset yang dikatakan oleh Arvin mengenai acara malam ini. Beberapa karyawan meminta untuk foto bersama. Selesai itu akan langsung makan-makan dan salah seorang mengambil mikrofon setelah ada instrumen musik yang diputar.Pria itu berjoget di depan Arvin sampai Dara tertawa lepas bahkan Khadafi yang tertawa melihat kelakuan anak buahnya.Lagu dangdut sambil berjoget sampai Arvin malah tertawa melihat kelakuan orang yang menyanyikan lagu untuknya. Tidak sedikit juga yang datang untuk menyawer si pria sampai Arvin juga malah merasa lucu dengan pernikahannya.Arvin mau menyangkal kalau ini bukan konsep yang diinginkan, tapi inilah yang terjadi. Pernikahan dengan segala keseruan dari orang kantornya. Khadafi malah ikut mendekat dan ikut berjoget di sana. Jatuh sudah wibawa seorang bos besar yang malah berjoget di depan banyaknya karyawan yang lain sambil mengeluarkan uangnya dan berjoget di sana.“Papa malah ikutan juga,” kata Arvin yang terus tertawa melihat beberapa orang yang ma
Dara sudah mendengar keputusan dari Sabrina, bahwa ia positif tidak diperbolehkan bekerja oleh mertuanya. Meskipun keinginan itu sangat besar, tapi benar-benar diperlakukan seperti anak kandung. “Itu muka kenapa cemberut, sih?” Arvin menghampiri sembari mengunyah makanan.Dara menatap suaminya yang terus makan. “Kamu kenapa sih makan terus?”“Namanya juga lapar. Kamu datang bulan? Emosian amat sih,”Arvin menyindirnya dan pria itu duduk di sofa menaikkan sebelah kakinya. “Mama nggak bolehin aku kerja.”“Ya nggak masalah kalau nggak dibolehin.”Dara malah tidak dibela oleh suaminya. “Kamu setuju aku nggak kerja?”“Ya gimana, kalau Mama sudah bilang begitu aku nggak bisa komentar. Aku sudah pernah bilang kalau ada pilihan antara kamu sama Mama. Aku nggak bakalan pilih keduanya.”“Jadi, aku nggak boleh kerja?”Arvin masih mengunyah makanannya. “Emang Mama bilang apa sama kamu?” tanya Arvin masih santai menanggapi istrinya.Dara masih sedikit kesal lalu kemudian menjawab. “Mama bilang kal
Pagi-pagi Dara sudah bangun dan mendapati suaminya masih dalam keadaan tidur. Waktu dia melihat suaminya yang tertidur sangat lelap sekali di dekatnya, Dara mengusap pipi Arvin yang bahkan begadang semalam lantaran teman-temannya yang datang dan mengajak mengobrol sampai larut.“Ayo tidur, ngapain coba?” Arvin malah terbangun tapi malah Dara yang tersenyum karena suaminya.Arvin ikut bangun dari tidurnya. “Mas, bangun!”“Aku bangun nggak mau lepasin kamu ntar. Lanjut tidur aja.”Dara tidak mau tidur lagi tapi malah mengganggu suaminya, dia menarik hidung Arvin. Sampai pria itu benar-benar membuka matanya dan menarik Dara ke dalam pelukan. “Sayang, ayo tidur! Aku ngantuk lho.”Dara melepaskan pelukan dan mengambil ponselnya, sudah jam sebelas. “Mas ini jam sebelas lho.”“Masih pagi.”“Pagi apanya, kita yang tidurnya kelamaan. Itu juga gorden nggak dibuka ya kita mikirnya pagi.”“Tidur kenapa sih?”Dara tidak mau tapi Arvin malah terus memeluknya. “Jalan-jalan yuk!”“Eh nanti malam acar
Pengantin baru dengan gaun yang sangat indah di desain sendiri oleh Iriana yang dikhususkan untuk Dara. Tampak begitu cantik dengan balutan gaun indah serta make up yang sangat disukai oleh Dara.Apalagi ketika melihat penampilan Arvin mengenakan kemeja yang serasi dengannya. Pria itu sangat tampan, Dara tersenyum melihat suaminya yang juga sudah siap untuk keluar dari tempat make up mereka.Menikah, dulu pernah diinginkan dengan sangat oleh Dara. Begitu terwujud pun sekarang justru di luar nalarnya kalau ia akan jadi secantik ini di hari pernikahannya. Berterima kasih kepada sang mama yang telah mendesain gaun secantik ini.Dijadikan ratu oleh mertua sendiri di hari bahagianya. Dara berpikir ini akan jadi pesta yang paling bahagia seumur hidupnya. Tidak pernah dibahagiakan dengan cara seperti ini pada waktu yang lalu. Namun khusus untuk hari ini dia merasa sangat bahagia sekali.Arvin menatap istrinya sangat bahagia sekali di hari yang indah ini. “Apa hutangku sudah lunas, sayang?”“
Arvin malah gugup malam harinya pasalnya besok malam adalah acara untuk pesta mereka. Menikah? Berkali-kali kamus di dalam hidupnya berusaha dibuka oleh Arvin untuk mencari itu. Namun tetap tidak ada. Akan tetapi setelah bertemu dengan Dara. Semua itu berbeda sekali dengan apa yang telah direncanakan oleh Arvin.Sewaktu ada di dalam kamar bersama sang istri. Wanita ini malah membaca novel yang ada di kamarnya Arvin. “Apa aku sedang diselingkuhi sama buku?”Dara menoleh ke arahnya. “Kenapa bilang begitu?”“Aku dari tadi ngomong sendirian.”Tapi wanita itu malah kembali fokus lagi terhadap bacaannya. Benar-benar mengabaikan apa yang sudah dikatakan oleh Arvin. Jujur saja kalau Dara terlihat malah makin dewasa setelah menikah. “Sayang, kapan ulang tahun?”Arvin tidur di paha istrinya lalu menyingkirkan buku itu karena tidak terima ditinggalkan oleh istrinya yang hanya fokus pada buku. “Kasih aku hadiah kalau aku ulang tahun.”Pria itu menaruh tangan istrinya di atas kepalanya sendiri. “Y
Dara baru saja keluar dari kamar, menghampiri mertuanya yang sudah ada di ruang tamu lantaran tadi suaminya meminta untuk bersiap-siap. Dan minuman juga sudah tersedia begitu Dara keluar. Dengan sopan dan ekspresi yang bahagia, Dara bersalaman pada Sabrina lalu diminta duduk di sebelah itu. “Maaf, Ma. Tadi abis mandi terus siap-siap.”“Ya sayang nggak apa-apa. Dua hari ke depan nginap di rumah, ya. Soalnya kan mau ada resepsi. Kalian juga nanti di sana istirahat yang baik. Biar kamu nggak usah beres-beres. Kamu juga harus siapkan tenaga, kalau tamu puluhan masih bisa Mama prediksi tenaga yang keluar. Tapi tamunya nggak sedikit. Di hari pertama saja sudah berapa? Kamu nggak bisa santai gitu aja.”Dara sudah bayangkan kalau dirinya pasti akan lelah sekali menghadapi tamunya, dia akan pamerkan gaun resepsi dari ibunya sendiri. Mertuanya sangat menghargai apa yang disiapkan oleh ibunya Dara bahkan dipakai di hari istimewa yaitu di hari pertama.Dara suka sekali dengan desain yang dibuat o
Dara baru saja keluar dari kamar mandi usai dibantai habis-habisan oleh Arvin di sofa saat dirinya sedang asyik menonton televisi tapi Arvin meminta jatahnya. Dara tidak bisa menolak, mencerminkan istri yang taat pada suami. Di mana pun Arvin mau selama tempat itu hanya ada mereka berdua.Memang menjadi pengantin baru rasanya sangat berbeda sekali dengan pacaran waktu itu. Dara merasakan semua tentang hubungan mereka berdua yang menghangat. Sikap Arvin yang juga berbeda saat mereka pacaran dan juga saat menikah.Dara keluar dengan mengeringkan rambutnya. Arvin mandi terlebih dahulu tadi dan kembali ke sofa. “Itu Tante baru abis mandi.”Dara mendekat. “Siapa?”“Xavier tanyain kamu, Siena juga. Katanya kenapa Tante nggak diajak ke rumah mereka.”Arvin memberikan ponsel itu untuk Dara melihat dua keponakannya yang langsung heboh melihat Dara. Arvin malah tertawa karena ulah Dara hari ini yang mencoba menghindarinya
Dara sudah bersiap dan berdandan dengan sangat cantik untuk pergi ke rumah orangtuanya atas keinginan Arvin. Pria itu ingin melihat gaun yang dijanjikan oleh Iriana. Sebentar lagi akan ada resepsi besar-besaran yang sudah dijanjikan oleh mertuanya. Meski tidak akan dihadiri oleh kakaknya Arvin.Kakinya melangkah keluar dari kamar usai diajak oleh suaminya pergi. Dara mengenakan celana berbahan katun dengan kaus berwarna navi dipakai oleh Dara hari ini untuk pergi ke rumah sang orangtua.Waktu itu Dara mengenakan tas yang juga diberikan oleh orangtuanya Arvin.Waktu sedang mengunci pintu kamar. Ponselnya Arvin berdering beberapa kali sampai diangkat oleh Arvin. “Lagi di rumah,” Dara mendengar pembicaraan suaminya entah dengan siapa itu. “Hah, udah di jalan? Oh oke.”Dara yang baru saja berdiri di depan suaminya. Ekspresi Arvin berubah. “Maaf, Dara. Teman-temanku ke sini. Kali ini cukup banyak. Kamu pergi sendiri nggak apa-apa?”“Kita pergi lain kali aja. Biar aku telepon, Mama.”“Nggak
Pernikahan yang dilangsungkan di kediaman Arvin sendiri. Tidak jadi dilaksanakan di rumah orangtuanya Arvin. Tamu juga sudah ramai sekali berdatangan. Acara dilangsungkan pagi hari atas permintaan kakeknya Arvin.Semua keluarga besar juga menyaksikan bagaimana proses pernikahan itu hingga selesai.Arvin duduk masih merasa tidak percaya kalau dia telah menjadi seorang suami. Pernikahan yang awalnya hanyalah sebuah angan-angan dari orangtuanya. Tapi justru ia sendiri yang meminta izin kepada orangtuanya untuk menikah dengan Dara.