Monster tingkat legendaris selalu berada di puncak rantai makanan para monster. Monster tingkat legendaris juga dapat berbicara dan punya kepintaran yang jauh lebih baik dari monster yang berada di bawah peringkatnya.
Karena kekuatan dan kepintarannya itu, monster tingkat legendaris cenderung punya sifat yang sangat sombong dan angkuh terhadap siapapun yang lebih lemah darinya. Harga diri para monster tingkat legendaris ini sangatlah tinggi.
Para monster tingkat legendaris ini hanya bisa menghargai atau menghormati seseorang yang lebih kuat darinya.
Melihat Cerberus hanya terdiam dan tidak menanggapi ucapannya, Allein pun berkata “Ayolah dimana kesombonganmu itu? Kenapa kau diam saja dan terlihat seperti pengecut?”
“Ahaha, tenang saja. Aku bukan pengecut, dan aku juga jauh lebih kuat dari dua ribu tahun lalu!”
Meskipun jawaban Cerberus terasa sangat meyak
Dari sekian banyak monster yang berpihak kepada raja iblis dua ribu tahun lalu, Cerberus dan Fenrir merupakan monster yang sangat dekat satu sama lain. Dari segi kekuatan, keduanya tidak berbeda jauh. Kedua monster itu masuk dalam kategori monster tingkat legendaris. Cerberus berperan penting dalam segi pertahan, sementara itu Fenrir berperan dalam segi penyerangan. Dalam kondisi terbaiknya tubuh Cerberus sangat kuat dan juga memiliki indra penciuman dan pendengaran yang sangat baik karena tiga hidung serta enam telinganya. Sementara itu, Fenrir memiliki kecepatan dan stamina yang sangat luar biasa. Tak jarang monster serigala itu mampu mengacak-acak pertahanan pihak aliansi. Allein tentu sangat bingung dengan ucapan Cerberus yang seolah-olah kini sangat membenci Fenrir. “Kenapa kau berkata begitu, bukankah kalian adalah monster yang bersahabat?” ejek Allein. “Kau hanya mengejekku! Tapi baikl
Cerberus pun mulai menjelaskan semua yang dia ketahui, dimulai dari konflik internal yang di alamai ras iblis, perubahan Fenrir, dan alasan kenapa dia sampai bisa ada di pulau ini. Pertama, Cerberus kembali menjelaskan konflik internal ras iblis. Konflik yang diakibatkan ketidakpuasan dan dendam sebagian ras iblis karena kalahnya mereka dalam perang. Dan juga karena sebagian ras iblis sudah merasa lelah dengan peperangan yang terus terjadi. Kedua kubu itu terus berselisih. Namun, karena kosongnya takhta tidak ada yang menjadi penengah atas konflik tersebut. Sehingga konflik tersebut terus melebar dan akhirnya menyebabkan kedua kubu tersebut saling berebut atas takhta yang kosong. Calon ratu iblis sama sekali tidak diketahui lokasinya. Karena sebelumnya anak raja iblis ini memang jarang muncul di depan umum dan hanya sebagian iblis saja yang mengetahui wajahnya. Rumor jika calon ratu iblis sud
Allein benar-benar kebingungan. Otaknya terus bekerja mencerna setiap informasi dari Cerberus. Namun, tetap saja. Banyak hal yang tidak bisa ia pahami. Terlalu banyak misteri dari setiap kejadian yang Cerberus ceritakan. “Oy! Endymion, kenapa kau malah melamun seperti itu? “Ah....” Ucapan Cerberus pun menyadarkan Allein dari perenungannya. Ia terlalu banyak memikirkan setiap kemungkinan yang menjadi penyebab dari setiap kejadian yang dialami oleh Cerberus. “Aku sudah berbicara semua yang ku tahu. Endymion, sekarang apa yang akan kau lakukan?” ucap Cerberus. “Sekarang kita akan berangkat menuju Benua Skoupidia!” seru Allein. Cerberus hanya mengangguk dan bertanya. “Baiklah, sekarang bagaimana caraku agar bisa menjadi asap dan masuk ke dalam bayanganmu seperti undeadmu yang lain?” “Apa yang kau katakan? Sekarang kau akan menja
Pemandangan di depan matanya masih sama seperti delapan tahun lalu. Semuanya masih berwarna hijau, hamparan padang rumput yang luas itu sama sekali tidak berubah. “Tidak ada yang berubah,” ucap Allein. Sambil menunggani Cerberus, dirinya terus memandangi padang rumput tersebut. “Endymion, lihatlah pemandangan di belakangmu.” Cerberus tiba-tiba saja berbicara. Allein langsung mengalihkan pandangannya ke belakang. Ia sedikit terkejut. Berbeda dengan padang rumput yang tetap masih sama, pemandangan di belakangnya sangat jauh berbeda dari delapan tahun lalu. “Indah sekali,” gumamnya. Jurang yang terlihat sangat hitam itu kini terlihat sangat jauh berbeda. Sejauh matanya memandang, hanya ada jurang yang sangat luas dan indah. Luas jurang itu hampir setengah luas pulau ini. Dengan teriknya cahaya matahari, warna hijau rerumputan dan sungai di bawah jurang terlihat begitu jelas. Delapan tahun lalu, Allein masih lemah. Ia harus terus w
Tujuan Allein memanggil Bergunn hanya satu, yaitu wyvern. Allein menginginkan undead wyvern sebagai tunggangannya di udara. Sudah jelas jika saat ini ia bisa terbang di udara dan tidak perlu tunggangan sama sekali. Hanya saja, Allein tak ingin terlalu menarik perhatian orang-orang di Benua Skoupidia nanti. Di kehidupannya yang sebelumnya, sudah jadi pengetahuan umum jika penyihir yang bisa terbang dan menciptakan sayap dengan sihir adalah penyihir yang kuat. Setidaknya, jika terbang dengan menunggangi wyvern, Allein bisa sedikit menyamarkan kekuatannya. Lagi pula selain digunakan menjadi tunggangan, wyvern juga adalah monster yang cocok digunakan untuk mengintai situasi dari udara. Mungkin dalam segi kekuatan wyvern tidak terlalu kuat seperti naga, tetapi dalam hal karakteristik dan sifat, wyvern memiliki banyak kesamaan dengan naga. Wyvern juga sering disebut saudara jauh naga. Keseimbangannya yang baik saat terbang serta kemampuan bertarungn
Kemampuan penciuman Cerberus dalam kondisi terbaiknya begitu luar biasa. Monster anjing berkepala tiga itu mampu mencium keberadaan manusia dan elf dari jarak yang sangat jauh. Sehingga hanya butuh waktu beberapa jam saja untuk sampai di tempat tujuan. Dan benar saja, ada dua orang manusia dan dua orang elf yang kini sedang duduk termenung di tepi pantai. Mereka berempat terus termenung melihat salah satu kawan mereka yang kini sudah terbujur kaku. Mereka semua masih terlihat sangat muda dengan umur yang berkisar antara 15 sampai 17 tahun. Sepertinya mereka sedang terpukul karena kehilangan seorang teman. Allein pun terus mengamati gerak-gerik dari keempat orang itu dari balik pepohonan yang tak jauh dari tepi pantai. “Kesedihan karena kehilangan teman sangatlah menyakitkan. Tidak tepat sepertinya jika aku menunjukan diri pada mereka sekarang. Kondisi mereka sedang sang
“Tentu kami belum menyerah. Apa kau lupa masih ada aku disini,” sahut seorang wanita elf. “Oh, jadi kau juga akan ikut bertarung ... Ayo serang aku secara beramaan!” Mereka berempat pun saling bertukar pandang satu sama lain. Seolah saling memberikan aba-aba untuk menyerang secara bersamaan. “Nessira!” Derald berteriak. Seorang wanita manusia yang sedari tadi hanya diam dan tak berbicara satu patah kata pun tiba-tiba mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Allein. Tubuh Allein pun langsung terasa lebih ringan dari sebelumnya. Ekspresi wajah pun perlahan mengisyaratkan kebahagiaan. “Hahaha!” Ia tertawa dengan lantang. Alasannya sederhana, wanita manusia yang tak banyak bicara itu menyerangnya dengan sihir hitam. Serangan sihir hitam dari wanita tersebut adalah debuff. Debuff sendiri adalah salah satu efek sihir hitam yang memberikan kerugian dan dapat menurunkan kemampuan musuh. Namun, karena Allein sendiri adalah penyihir hitam serangan tersebut pun malah menjadi buff untuknya.
“Tuan, apakah ada hal yang bisa kami jelaskan lagi?” tanya Derald. Pemuda itu merasa jika Allein sedang mencoba untuk mengingat kembali ingatannya yang hilang. “Ah, sepertinya aku sedikit kesulitan untuk mencoba mengingat ini. Derald, bisakah kau ceritakan semua yang kau tahu mengenai Benua Skoupidia?” “Itu bisa saja, t-tapi sebelum itu ....” Derald mengalihkan pandangannya ke arah ketiga rekannya, “Sepertinya Nessira dan Tassia tak begitu nyaman melihat anda!” “Apa maksudmu?!” ucap Allein seraya menatap tajam ke arah Derald. “Itu ...” Derald seolah kesulitan untuk bicara. Allein pun kini mengalihkan pandangannya ke arah Tassia dan Nessira. Namun, kedua wanita itu hanya menunduk dan tak menatapnya. Allein semakin bingung. Ia pun langsung mengecek tubuhnya sendiri jikalau ada sesuatu yang aneh. Dan benar saja ia menemukan jawabannya. Ia sama sekali tak mengenakan pakaian apapun. Sedari tadi ia bertelanjang di hadapan kedua wanita tersebut. Sungguh, Allein tak begitu menyadari i
Meskipun matahari belum bersinar terang tapi Allein terlihat cukup bersemangat menunggu Killian di depan penginapan. Selain untuk menunggu Killian, ada alasan lain mengapa dirinya sampai menunggu pagi-pagi sekali seperti ini. Alasannya sederhana, ia ingin sedikit mengamati suasana kota kecil ini di pagi hari. Di hadapannya kini sudah banyak orang-orang yang memulai aktivitasnya. Orang-orang terlihat mulai silih berganti mengangkut gandum dan beberapa tanaman obat, ada juga yang sedang membersihkan kereta bicorn dan memberi makan bicorn. Selain itu, Ada pula beberapa kereta bicorn yang sudah berlalu lalang di hadapannya. Kebanyakan dari mereka adalah manusia, adapun elf dan dwarf jumlahnya bisa di bilang sedikit. Dan kebanyakan dari mereka bukanlah kelas petarung, setidaknya begitulah yang Allein rasakan lewat instingnya. Dengan melihat pemandangan ini, tentu membuat Allein bisa mengambil kesimpulan jika kota kecil ini cukup aman. Waktu pun berlalu, suasana mulai semakin ramai,
Ada banyak orang-orang yang sedang makan atau pun mengobrol di dalam penginapan ini. Allein yang kini sudah masuk penginapan mulai merasa agak canggung. Sudah delapan tahun lamanya ia hidup sendirian di sebuah pulau, meskipun ia pernah berinteraksi dengan beberapa orang sebelum sampai disini, nyatanya ia agak canggung ketika melihat puluhan orang secara sekaligus. “Tuan, apa anda akan menginap disini?” Tiba-tiba seorang wanita elf menyapanya. Sepertinya wanita elf ini adalah salah satu pegawai penginapan. Terlihat dari pakaian maid yang dia kenakan dan Allein juga bisa merasakan lewat instingnya jika wanita elf ini bukanlah seorang kelas petarung. “Ya ... aku akan menginap disini,” jawab Allein. Mendengar hal tersebut, wanita elf itu pun menyuruh Allein untuk pergi ke meja reservasi yang ada di samping kiri ruangan ini. Allein pun segera pergi ke meja tersebut dan di sana ia bertemu dengan seorang pria muda yang terlihat seumuran dengannya. “Tuan, apa yang anda butuhkan?” Pria
Sudah satu hari berlalu sejak Allein meninggalkan rumah pria tua itu. Sedari kemarin ia terus melangkahkan kakinya menyusuri hutan dan bukit. Dedauan demi dedaunan yang berwarna kuning keemasan yang ia lihat selama perjalanan terus memberikannya perasaan nostalgia. Ia tentu sangat familiar dengan wilayah paling barat di Benua Skoupidia ini. Dua ribu tahun lalu ia pernah berpetualang ke wilayah ini bersama dengan ketiga sahabatnya. Namun, ada perbedaan besar dengan dua ribu tahun lalu yaitu tak begitu banyak monster yang ia temui. Memang ada beberapa monster yang sempat menyerangnya, namun jika dibandingkan dengan dua ribu tahun lalu jumlahnya jauh lebih sedikit. Entah apa alasannya, Allein juga tidak mengetahuinya. Segala sesuatu sudah berubah, tak bisa dipungkiri jika para monster pun begitu. Allein kini berhenti sejenak, di depan matanya ada perbukitan yang cukup tinggi. Ia pun kembali melihat peta kerajaan Falltopia pemberian pria tua. “Hmm ... di balik perbukitan ini ada
Hari pun berganti. Matahari hampir berada di tengah-tengah langit yang berwarna biru. Itulah pemandangan yang Allein lihat ketika dia mulai membuka matanya. “Sepertinya ini sudah siang hari,” ucapnya sambil menggosok kedua matanya. Akhir-akhir ini Allein memang memiliki kebiasaan untuk bangun siang hari. Ia pun mulai melihat sekeliling dan sama seperti kemarin suasana disini bisa dibilang sepi. “Bocah, bagaimana tidurmu?” ucap pria tua seraya keluar dari rumah kayu. Nampaknya alasan pria tua itu keluar karena mendengar ucapannya tadi. “Tidurku cukup nyenyak ...,” jawab Allein. Pria tua itu kemudian mendekat ke arahnya sambil memberikan dua buah gulungan yang terbuat dari kulit monster. “Ambillah ... ini adalah surat rekomendasi dan peta kerajaan Falltopia. Untuk surat rekomendasi ini kau jangan memberikannya kepada siapapun selain kepada temanku.” “Baiklah ....” Allein langsung menyimpan gulungan surat rekomendasi itu kedalam salah satu saku bajunya karena memang ukurannya ag
Melihat daging kerang api yang sudah hampir matang, pria tua itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah bumbu dari cincin penyimpanan miliknya dan kemudian menaburkannya ke atas daging kerang api. “Apa yang anda taburkan?” tanya Allein yang penasaran melihat tingkah pria tua tersebut. “Ini adalah bumbu rahasia buatanku. Percayalah setelah ditaburi oleh bumbu rahasiaku ini makanan akan jauh lebih enak!” jawab pria tua itu dengan wajah penuh percaya diri. “Jadi begitu ....” Allein sama sekali tak tahu bumbu rahasia apa yang pria tua itu taburkan. Ia pun memilih diam dan tak bertanya lebih lanjut, tetapi ia menjadi sangat penasaran dengan rasa dagi kerang ini ketika sudah matang nanti. Beberapa menit pun berlalu, dan daging kerang itu nampaknya sudah matang. Allein yang sudah sangat lapar pun langsung mencoba memakannya. Ketika daging itu masuk kedalam mulutnya, rasanya diluar dugaan. Rasa daging kerang itu jauh leih enak dibanding dengan daging kerang yang pernah ia makan dua ribu tahun
Satu hari kemudian. “Itu kan?!” Ada sedikit kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah Allein. Alasannya sederhana, daratan sudah mulai terlihat dengan kedua matanya. Tanpa menunggu lama, ia pun segera memerintahkan Bran agar berhenti. Ia pun langsung mengeluarkan perahu pemberian Tassia. Perahu pun keluar dari cincin penyimpanan dan kemudian jatuh di atas lautan. Tanpa menunggu waktu lama, Allein langsung melompat dari punggung Bran ke atas perahu tersebut, dan setelah itu ia pun langsung mengembalikan Bran ke dalam bayangannya. Hal ini ia lakukan agar tidak menarik perhatian. Ia merasa akan sedikit merepotkan jika ada seseorang yang melihat undead Wyvern. Ia pun kembali memasukan batu mana ke dalam alat sihir yang ada di perahu. Sebelumnya ia memang mencabut batu mana tersebut saat memutuskan untuk menunggangi Bran. Perahu pun kembali melaju. Pantai semakin terlihat jelas. Allein terus melihat ke arah sana. Dirinya sudah tak sabar ingin segera menginjakan kakinya di pantai
Sudah dua hari sejak Allein meninggalkan pulau tersebut, kini dirinya sudah tak menggunakan perahu yang Tassia berikan Alasannya sederhana yakni perahu tersebut terlalu lambat. Dalam dua hari kebelakang ia sudah mengamati baik-baik kecepatan dari perahu yang Tassia berikan, dan berdasarkan pengamatannya itu setidaknya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke Benua Skoupidia. Maka dari itu, ia pun memilih terbang menunggangi Bran dan memasukan perahu tersebut ke dalam cincin penyimpanan miliknya. Ia juga sudah berencana untuk memangkas waktu perjalan. Selain sudah sangat penasaran dengan Kerajaan Falltopia yang akan menjadi tujuannya, ia juga mulai merasa bosan dan lapar Ia sedikit menyesal karena tidak membawa persediaan makanan yang banyak. Selama dua hari ini pun ia kesulitan mencari makanan. Memang ada ikan dari lautan, tapi tak ada pulau kecil yang ia temukan sama sekali untuk tempat memasaknya. Allein memang bisa memasaknya dengan api hitam yang bisa ia gunak
Setelah mereka mendeklarasikan pertemanan tersebut, Tassia pun mengeluarkan sebuah perahu dari cincin penyimpanannya. Perahu tersebut tidak begitu besar, sehingga bisa masuk dalam cincin penyimapanan milik Tassia. Beberapa hari yang lalu Tassia menceritakan jika dirinya pergi ke pulau ini dengan menggunakan dua perahu. Satu perahu memiliki kapasitas untuk dua sampai empat orang. Dan semalam Wanita elf itu bilang akan memberikan satu perahu kepada Allein hari ini. Allein hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia sebenarnya tak menyangka jika wanita elf ini akan benar-benar memberikannya sebuah perahu. Tassia membalas senyumannya dan setelah itu langsung mengeluarkan sebuah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa dari cincin penyimpanannya. “Lein, ambilah ini.” Dengan wajah yang cukup canggung Allein pun menerima batu tersebut dari Tassia. Batu yang diberikan Tassia tersebut adalah mana stone atau batu mana. Tassia sudah menjelaskan pada Allein semalam jika perahu yang
Trangg trangg trangg! Suara benturan dari kedua senjata terus terdengar di pagi hari ini. Allein yang baru saja membuka matanya pun melihat sekeliling. Ternyata itu adalah Derald dan Neiryl yang sedang berlatih. “Seperti biasa anda selalu yang terakhir bangun,” ucap Tassia. Wanita elf itu duduk persis di sebelahnya. “Haha, ya begitulah. Derald dan Neiryl sepertinya semakin rajin berlatih ....” “Ya, mereka berdua termotivasi oleh cerita anda.” Allein hanya tersenyum, ia tak menyangka jika pengalamannya tentang pulau ini yang ia ceritakan beberapa hari yang lalu akan membuat mereka berdua begitu bersemangat. Sudah hampir satu minggu dirinya bertemu dengan keempat orang tersebut. Dan selama beberapa hari kebelakang ia dan keempat orang tersebut saling berbagi informasi. Singkatnya, dalam beberapa hari kebelakang ia mendapat banyak informasi mengenai benua Skoupidia. Informasi yang ia dapatkan kebanyakan hanya pengetahuan-pengetahuan dasar yang ada di Benua Skoupidia, seperti at