Share

Bab 9. Sebuah keluarga Besar

Penulis: EL Dziken
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perjalanan lewat udara ditempuhnya dalam 10 jam, sebuah perjalanan yang panjang. Tiba juga di sebuah bandara kata Taipe. Ternyata keluarga besar dari Sherlyn sudah menyambutnya. Elang merasa kikuk sendiri dengan keramah tamahan mereka.

"Lebih baik kita di rumah Paman Ho saja, Bagaimana Sher? kau setuju?"

tanya adik dari ibu Sherlyn.

"Kalau itu yang terbaik, ayolah."

Merekapun segera masuk ke sebuah mobil berukuran panjang, berwarna hitam.

Elang hanya diam saja, cuma senyam-senyum, tak tahu harus bagaimana. walaupun bahasa mereka Elang pahami dengan mudah.

Sampailah kini pada rumah Paman Ho. Rumah yang besar. Dengan arsitektur lama yang nampak masih kokoh.

Paman Ho adalah adik bungsu di keluarga besar Sherlyn.

Elang pun bertanya-tanya, apakah mereka pun mempunyai kekuatan yang sama seperti Sherlyn? karena Elang amati, hampir wajah dan tipe wajah mereka hampir mirip satu sama lainnya.

"Nanti aku kenalkan pada Paman Ho. maaf Paman Ho selama ini hilangan penglihatan."

"Buta?" tanya Elan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 10. Misteri Paman Ho

    Penampakan di depan matanya membuat Elang bangkit dari duduknya, dan mundur beberapa langkah. Mata berkelopak emas dan menonjol besar itu, membuat elang takut. "Kau takut?""Tidak," jawab bohong Elang.Paman Ho tersenyum lalu menutup matanya dengan kacamata hitamnya lagi. Bangkit dari duduknya berjalan menuju sebuah lemari, mengambil sesuatu dan kembali duduk. Semua dilakukan lancar tanpa menggunakan tongkatnya. Ah, mungkin ruangan ini sudah dihapalnya, batin Elang."Aku bisa melihatmu, aku tak buta, justru penglihatanku lebih tajam dari orang biasa.""Benarkah? Apa yang kau lihat dariku?""Kau bawa plakat itupun aku tahu, lihat aku pun punya plakat yang sama." Paman Ho memperlihatkan barang yang tadi diambilnya, ternyata sebuah plakat yang sama dan dibungkus dengan kain hitam. Nampaknya dia sangat menyayangi benda tersebut."Aku hanya mau melihat, apakah itu plakat asli atau bukan?"Elang tergugu, pelan tangannya mengambil plakat yang selalu ada di balik bajunya.Tangan Paman Ho men

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 11. Nira

    "Sepertinya rumah dalam keadaan sepi, kau gagal dengan perintahku!" bisik Nui tajam, " Sekarang masuk pelan ke dalam kamar Pamanmu dan curi plakat itu! aku mempunyai firasat yang buruk.""Ah, mengapa tidak kau saja yang masuk, aku khawatir karena tempo hari aku sudah terkena hawa panasnya.""Kau membantah perintahku!" Nui sudah marah, dan mengepalkan tangannya, terlihat kuku tajam keluar dari jempolnya."Apa kau mau merasakan racun kukuku ini?!" gertak Nui, dan matanya sudah berubah berwarna hitam."Baik ... aku masuk." jawab Nira pelan.Langkahnya pelan menuju sebuah kamar yang pintunya terlihat selalu tertutup rapat. Tangannya pelan meraih hendel pintu dan memutarnya, hay, pintunya tak terkunci. Nira, tak perlu bersusah payah membukanya dengan cepet rambutnya.Nira memandang sesaat pada Nui yang sedang menunggu agak jauh darinya.Perlahan Nira membuka pelan daun pintu tersebut, melongokkan kepalanya dan mengawasi ruangan yang nampak kosong dan sepi, rupanya paman sedang bermeditasi

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 12. Kemarahan

    "Siapa yang melakukan ini!" Sebuah suara kemarahan dari seseorang lelaki berbadan tinggi dan besar. Setelah mengetahui kematian adiknya yang ditemukan tak bernyawa di tengah jalan dengan kondisi kepala pecah.Semua yang ada di ruangan besar itu terdiam, tak ada yang berani membuka suaranya."Apa kau Dong?! tanyanya lagi sambil melotot pada sosok yang terlihat menunduk ketakutan."Tidak, bukan aku! walaupun aku sering bertengkar dengan adikmu, tapi aku pantang membunuh klanku!" jawabnya dengan suara bergetar.Mata lelaki yang sedang marah itu melotot tajam padanya."Bila kau ketahuan pelakunya, aku tak akan segan membunuh seluruh keluargamu. ingat itu!"Lalu lelaki itu pergi begitu saja. Kasak-kusuk pun terdengar. Semua bergunjing atas kematian manusia berkepala kuda itu.Kembali pada Sherlyn dan Elang, beruntung mereka sudah jauh melangkah, kini mereka melewati sebuah hutan kecil. Gelap dan penuh belukar. Ini adalah hutan Shihou. Hutan ini penuh pohon perdu dan berdiri, sebagian tanam

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 13 Pertemuan yang tak Terduga

    pertemuan dengan kakek tua berkuda itu menyelamatkan Elang dan Sherlyn dari pria yang nampaknya itu adalah seorang petugas kepolisian dari daerah setempat. Penampilannya membuat kedua remaja itu garuk-garuk kepala, karena di jaman semodern ini masih ada polisi yang penampilannya mirip dalam sebuah kerajaan masa lampau, lengkap dengan kostum panglima perang.Sepeninggal orang tersebut, kakek itu pun hendak pergi meninggalkan tempat tersebut."Tunggu," teriak Elang dan Sherly bebarengan, dan mereka berjalan mendekati lelaki tua yang masih tenang duduk di atas kuda besar."Terima kasih, maaf bolehkan tahu nama Tuan? dan kami kelaparan saat ini, apakah ada warung nasi terdekat?" Sherlyn mengawali dengan sebuah ucapan terima kasih."Masih jauh, tak usah berterima kasih, kau sudah masuk dalam wilayahku.""Wilayah? apakah kami ..." Belum sher sempat selesai bicara, lelaki itu sudah menarik tali kekang kudanya untuk bersiap pergi."Tunggu, Tuan, bisa tunjukan kami jalan ke pegunungan Shahua?"

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 14. Terlalu Lapar

    Aroma daging panggang tercium sangat nikmat. Tampak toga orang manusia sedang bercanda sambil membakar dua ekor kelinci buruan."Ternyata gadis cantik ini pandai pula berburu, siapa namamu? kau bilang dirimu adalah ponakan Ho?""Betul kek, namaku Sher, aku anak Ang- Mae.""Apa, kau anak Mae! sudah besar ternyata dirimu," kata Shang Fu sambil terkekeh."Apa kau lihat waktu aku kecil? kapan? mengapa aku tak ingat?"Sher memberondong banyak pertanyaan dan Elang hanya berdecis saja."Mae remaja, sudah menjadi pemburu monster, tapi sayang, hanya dia yang diberi kuasa untuk itu, hal tersebutlah yang menjadi perseteruan antar saudara, Ang-ji, dia ...""Sudahlah , kek. jangan di teruskan aku sudah paham ceritanya, kini ceritakan tentang mimpi-mimpi anehku" potong Elang."Ih, kau ini, kakekmu sedang bercerita, jangan kau penggal.""Sudah, sudah, makanlah, ini sudah matang," Shang Fu memberikan sebagian pada Sher, " wanita dulu, ini pasti enak. terimalah.""Terima kasih, kek.' Sher menerima seb

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 15. Damai

    Sherlyn semakin akrab dengan warga yang hanya berjumlah beberapa orang saja.Kegiatan Elang membantu kakeknya membuat berbagai benda tajam, baik itu arit, pisau besar, pacul ataupun golok besar. Kemampuan dan keahlian Kakeknya sudah tak diragukan lagi, ada tiga orang yang membantu sang kakek. Mereka orang-orang berbadan besar dan kuat."Lihat, aku di ajak Bibi A Ling ke hutan, boleh bukan?""Pergilah, hati-hati. Ling tolong jaga gadis cantik ini.""Pastinya kek, aku cari beberapa buah-buahan hutan, dan ingin berburu kelinci hutan."Sherlyn segera mengikuti langkah bibi A Ling menuju hutan yang dulu pernah mereka lewati.Elang memandang sherlyn, Ah pasti ini keinginan anak nakal, karena memang daging kelinci itu amatlah lezat."Pasti mereka akan membuat kelinci panggang." Shang mengangguk, tersenyum saja melihat sebuah pedang terikat dengan sebuah tali di pinggang Elang, karena pedang itu tak mau jauh dari tubuh di pemuda.***Sher memandang hutan itu yang ada dalam penglihatannya buk

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 16. Semakin besar

    Istri kedua Huang pun menceritakan perihal kesalahannya, karena terlalu banyak bercinta dengan bangsa siluman baik dari klan bawah atau pun klan yang biasa-biasa saja, sampai saat ini banyak klan hasil benihnya berkembang dengan bukan kepala monster saja, tapi setengah monster dan siluman. Diantaranya klan yang terbesar adalah klan dari kuda."Tubuh mereka besar-besar, kakinya kokoh, tapi berkepala kuda besar. sepertinya cocok sekali untuk serdadu karena tenaga mereka sangat besar. Kita bisa menjadikan mereka serdadu pilihan, suamiku, bagaimana?"Huang menatap istrinya ini, ada benarnya juga, karena beberapa musuhnya dari panglima lima penjuru mata angin tak bisa dikalahkan oleh prajuritnya."Kau aturlah bila hal ini menguntungkan. untuk dinasty kita." "Baiklah perintah suamiku segera laksanakan " Dalam sekejap isteri keduanya menghilang dari hadapannya. Ada rasa iri dan cemburu dari isteri pertamanya. Huang memandangnya dan berkata."Mengapa pula kau marah dan cemberut, dulu kau ku

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 17. Salah Paham

    Brak! sebuah meja terbang ke tembok hingga pecah berantakan dan bersepai di lantai kayu warna cokelat tua. Beberapa orang yang berada di dekatnya menunduk ketakutan, kali ini Tuan rajanya mengamuk! wajahnya semakin garang, bahkan tenaganya bisa membunuh sekali tebas, kukunya panjang dan runcing, bahkan kaki yang biasanya tak menampakkan wujudnya, kini terlihat semakin tinggi menopang tubuhnya yang tinggi menjulang hingga hampir mencapai atap ."Kalian BODOH! mengapa tak ada yang laporan padaku tentang keadaan Shang Fu, kau bilang dia sudah tewas, tapi sekarang aku lihat dengan pedangnya, berdiri masih dengan gagahnya.!!!!" Sekali lagi, kaki itu menghentak lantai dengan kerasnya.."Tenangkan emosimu, Tuan, mungkin tuan salah lihat, dia manusia biasa tak mungkin dalam keadaan masih muda Tuan Raja." Kata sang Patih membela diri atas segala laporannya pada Tuannya.Huang mendengus dengan kasar, "Aku tunggu kabarmu tentang dia!!! aku tak mau terulang lagi, mati dua kali di tangan Lelaki si

Bab terbaru

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 47. Sebuah Awal atau Akhir?

    "Syukurlah, kau sudah siuman Elang, kami semua khawatir padamu," kata Mae dan mulai memeriksa peredaran darah pada tubuh Elang. Mengobati luka-lukanya dengan obatan herbal yang tersedia pada alam.Elang tersenyum, hatinya plong rasanya, meraba pinggangnya, merasakan pedang batu giok masih menempel di kakinya."Aku butuh, warangka untuk pedangku ini," ucap Elang dan mengambil pedang tersebut dari kaki kirinya.Semua berdesir hatinya, melihat apa yang dilakukan Elang."Apa kau tak merasakan sakit pada kakimu?" tanya Sher perlahan."Kakekmu Shang Fu pun meletakan pedang kesayangannya seperti yang kau lakukan. Dan dia tak merasakan sakit," jelas Bho. "Kau betul Bho, pedang ini yang mencari sendiri tempat yang nyamannya, tanpa menimbulkan sakit pada bagian tubuhku.""Kau pemuda yang hebat Elang, luar biasa. Pemuda yang kuat!" Puji Mae dan memeluk pemuda yang sudah dianggapnya anaknya tersebut. Rasanya tak sanggup dirinya menceritakan hal yang sebenarnya terjadi pada Jiang, ibunya."Terima

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 46. Huang Tewas Terbelah

    Sher, Mae dan Bho tak tahu dengan apa yang terjadi pada mereka. Hanya terlihat Elang yang bertarung sendirian, hologram itu semakin melemah. "Apa yang akan terjadi Ibu? Tubuh Elang semakin samar kita lihat. Apakah ini tandanya, dia dalam kepayahan?""Entahlah, Sher. Ibu tak tahu. Sekarang ini sudah tak bisa gunakan apa-apa lagi. Aku malah khawatir dengan pamanmu. Elang bisa kita tarik dari peredaran hologram itu. Tapi ....""Berjuang lah Elang. Aku mohon bertahan dan kalahkan musuh itu. Demi semuanya." Doa Sher.Terlihat Bho hanya bisa memandang dengan cemas. Batinnya antara menerima takdir dan membenci takdir. Seakan tuhan tak adil padanya, tapi ia harus terima dengan lapang dada.Kembali pada sosok Elang yang sudah cape luar biasa. Kini penampakan Huang betul-betul sangat menyeramkan."Kini kau melawanku, Huang yang sebenarnya, terimalah ini!!!"Kembali Huang maju dan menyerang Elang. Elang tak sia-siakan kelihaian tubuhnya, dirinya terbang ke atas, mereka bertarung di udara. Ela

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 45. Huang Tak Terima Kalah

    Elang masih tegak berdiri dalam tatapan tajamnya.Tiba-tiba,"Aku menolak tawaranmu! Aku lebih baik mati berkalang tanah diatas tanah negeriku dari pada aku menjadi pengecut dan pecundang negara."Elang berkata dengan tegas. Elang semakin menyatu dalam dimensi tersebut, tubuhnya semakin terisi oleh bayangan Shang Fu.Wusttt! Sabetan pedang milik lawan menerpa wajah pemuda tersebut. "Sudah aku duga!! Kau mata-mata itu." sungut Huang."Aku tak pernah menjadi mata-mata siapapun! Kau licik, Huang! "Blasttt! Kali ini Huang memberikan pukulan telak pada Elang. Tubuh pemuda itu langsung mundur selangkah. Pukulan itu hanya mengenai tempat kosong 'Bagus, Elang. Kau mulai bisa mengatur gerak spontan tubuhmu.' bisik paman Ho.Elang kembali menahan kakinya agar tak terjatuh, satu pukulan pada pundak Huang pun tak terelakan.Lengan baju kiri Huang robek."Sialan! Kau memang kampungan Shang Fu. Pantas saja tak ada wanita yang mau hidup bersamamu. Huh ... Ingat kau berhutang budi padaku. Posisi s

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 44. Sebuah Pertarungan

    Wajah Elang tegang sesaat, mendengar penjelasan Ho tentang siapa sebenarnya Huang. "Dia musuh dalam selimut, dia yang menggulingkan jabatan kakekmu, Bahkan Shang Fu mendapatkan fitnah dari istri Huang, yang berakibat dirinya diusirnya dari kota ini." Ho masih menerawang jauh ke masa silamnya."Bedebah itu yang kau serang waktu ada di tanah keramat, dan kau berhasil membuat kedua istri Huang yang berbentuk kelelawar raksasa itu terluka berat. Entah bagaimana nasib monster jelek itu," timpal Bho dengan geram.Ada rasa amarah dalam diri Elang tentang masa lalu kakeknya yang tersingkirkan oleh lelaki jahat bernama Huang."Aku akan menghadapi dia." Elang semakin mantap dengan tekadnya."Aku punya rencana." Lalu Ho mulai berdiskusi dengan mereka."Kau masih ingat semua kejadian itu Bho? Kaulah saksi satu-satunya atas pertarungan mereka." tanya Ho melihat pada Bho."Iya, akan aku coba mengingatnya, saat itu ..." Bho menceritakan kejadian itu dengan runtut. "Sayang sekali aku dan Sher tak b

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 43. Sebuah Keajaiban

    Mata giok hitam itu bersinar tertimpa sinar matahari. Sinarnya berpencar ke segala arah. Karena permukaannya yang berbentuk prisma tak beraturan. Giok itu tertancap pada salah satu batang pohon tersebut. Pantas saja setiap matahari tepat di tengah gunung ini terlihat bersinar. Orang yang memandangnya mengira bahwa gunung itu adalah tempat para dewa. Setelah lama bertahun-tahun barulah tahu, bahwa sinar itu terpancar dari pantulan batu giok hitam milik Shang Fu. Batu ini lah yang ditakuti oleh Huang hanya pedang milik panglima perang itu yang dapat membelahnya. Karena ketakutannya, maka mata pedang itu yang merupakan batu giok itu ia buang hingga menancap pada batang pohon tua ini selama puluhan tahun. Saat itulah kekalahan berpihak pada Shang Fu, dan naasnya, Huang tak bisa kembali kepada bentuk semula sebagai manusia, ia harus menunggu 30 tahun. Huang menjadi monster mirip naga yang tinggal di dinasty yang hilang, perwujudannya sangat menyiksanya. Kekuasaannya menjadi berantakan oleh

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 42. Mencari Batu Giok Hitam Yang Asli

    Semburat pagi mulai menembus daun-daun pinus yang berembun. Suasana kembali tenang. Udara segar langsung terasa. Hutan yang penuh dengan efek kesehatan yang bagus. Tenang tapi menghanyutkan.Tak lama, tangan Mae bergerak pelan! "Ibu," panggil Sher pelan dan mengelus pipi ibunya yang masih dalam pelukannya."Ah, badanku sakit semua. Kau kah itu Sher?" Mae langsung menatap wajah anaknya penuh bahagia.Sher mengangguk sambil tersenyum bahagia. Segera diraihnya wajah yang dirindukannya itu, mengecupnya berulang kali, lalu memeluknya erat."Ho, adikku yang baik, terima kasih. Bila tak ada kau. Aku tak akan kembali." Senyum merekah menghiasi wajah lesu Mae. Pandangan Mae tertuju pada sosok anak kecil yang masih juga belum siuman."Elang?""Dia sedang tertidur, lelah dan lapar membuatnya begitu. Tapi ini belum usai Mae.""Aku tahu." Ditatapnya wajah anak kecil tersebut, "Dia dehidrasi, bibirnya pucat.""Ini lebih baik, aliran darahnya sudah aku normalkan. Semoga saja ia bangun dari komanya

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 41. Penyelamatan Mae

    Ho langsung berada di dimensi yang lain. Tubuhnya langsung bersembunyi diantara gundukan batu. Tempat ini mirip sekali dengan goa yang sudah sangat lapuk. Bau busuk dan amis lebih dominan, bukan aroma tanah ataupun akar pohon yang banyak menjuntai dari atas. Matanya beredar cepat mencari sosok kakaknya, karena Mae sudah menjadi bagian dari mereka, Ho tak bisa mencium dan mengendus aroma tubuhnya.Perlahan kakinya melangkah menyusuri tempat tersebut. Mata emas Ho sudah kembali sempurna, maka ia bisa menggunakan mata itu. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada segerombolan mahluk dalam balutan kain rombeng, mereka mencicit, meludah bahkan di sudut ruangan ada yang sedang berkelahi. Tempat mereka sangat berantakan, belatung, dedaunan kering berserakan dan sangat menjijikan."Aku mencium sesuatu! Ada manusia di sini!" ungkap salah satu dari mereka dan berjalan sambil menghirup udara."Baunya sangat kuat." timpal yang lain.Sesaat dua mahluk yang berkelahi tadi terhenti, dan mereka mulai me

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 40. Sher Kembali!

    Malam ini menjadi malam penuh epik, Ho terus memeriksa Elang, totokan ringan pada pergelangan tangannya membuat Elang tersadar kembali, masih dalam keadaan sangat lemas karena perjalanan dalam keadaan perut kosong, kelelahan jiwa dan raga. Ho kembali memeriksa dada pemuda itu, mengapa Ho begitu peduli pada pemuda ini? Karena dialah inti dari semua ini. Perlahan Elang mulai bangun dan megangi tangannya, dengan sadar langsung tahu siapa orang di hadapannya."Paman Ho, syukurlah kalian datang, tolong Sher, cepat." Suaranya lemah hampir berbisik."Tenangkan dirimu, Elang, aku butuh tenagamu, pejamkan matamu, aku akan ambil mata emasku, ini tak akan sakit." Paman Ho mulai merapal mantranya, hanya sebentar saja, mata emas milik Ho sudah kembali. Elang tersadar dan langsung membuka matanya perlahan."Paman, maafkan lah aku.""Tenang, jangan banyak bicara, aku mau dampingi kakakku dahulu, jagalah raga kami."Elang mengangguk lemah.Lalu, tangan Ho, segera meraih tangan Kakaknya, kekuatannya k

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 39. Sebuah Kefatalan

    Pemuda berwajah keras itu menggenggam erat gagang pedang milik kakeknya, kini kesadarannya sedikit pulih perlahan. Mencoba mendekati Bho dan Sher. Memeriksa keduanya, Bho bersuhu tubuh panas, dan tubuh Sher terasa dingin, bibirnya sudah mulai memburu, Elang mendesah panik, mengapa tak disadari hal seperti ini, pikirnya menyesal. Lalu apa yang harus dilakukannya, tak ada kain tebal untuk menyelimutinya, bahkan meminta bantuan pun tak bisa, mereka terlalu masuk ke dalam hutan. Tiba-tiba, Brak!! Gedebuk! Terdengar benda jatuh dengan kerasnya. Elang segera waspada. Matanya langsung mengawasi area sekitar, keringat dingin mulai keluar, memang dirinya yang penakut mulai menjalari pikirannya."Jangan takut ,Elang. Jangan takut, semua butuh bantuan mu." Pemuda itu menyemangati dirinya sendiri.Benda yang jatuh itu adalah dua tubuh renta dari Ho dan Mae, mereka tak selincah dulu, Mae nampak cemberut saat tubuh Ho menimpa kakinya."Sudah aku bilang, aku tak mau kau buat uji coba teleport-mu, ka

DMCA.com Protection Status