Telinga Sharon tiba-tiba berdengung. Dia melihat proposal desain Rachel, tapi pikirannya menjadi kosong. Dia telah berkecimpung dalam bisnis ini selama 20 tahun. Semakin dia membaca proposal Rachel, semakin dia merasa takjub.Pada saat ini, Sharon baru mengerti mengapa Reihan lebih memilih mengambil risiko menyinggung Adijaya Group dan memilih sebuah perusahaan kecil dan bobrok sebagai mitra kerja sama.Rachel mengangkat wajah cantiknya dengan pelan dan berkata, “Bu Sharon, tolong beri tahu aku, di bagian mana aku jiplak punya kamu?”Raut wajah Sharon berubah drastis. Orang-orang yang membelanya dan menyalahkan Rachel barusan seketika terdiam. Sharon mengepalkan tangannya dengan erat dan menarik napas dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Masalah hari ini hanya sebuah kesalahpahaman.”“Kesalahpahaman?” Yohanes mencibir, “Bu sharon, sekalipun ini hanya kesalahpahaman, bukankah seharusnya Bu Sharon minta maaf pada Bu Rachel?”Wajah Sharon kini tampak seperti dilapisi kabut hitam. Selama h
Sharon spontan menyipitkan matanya. Dia tidak mengerti apa maksud perkataan Rachel barusan.Tepat pada saat ini, Rachel berkata dengan suara tinggi kepada staf, “Tolong buka halaman 16 dari proposal desain Bu Sharon. Aku rasa kalian semua belum pernah melihat rumus di halaman ini, bukan? Kemudian, di halaman 28. Aku rasa kalian pasti sangat asing dengan pembangunan modul baru ini, bukan? Setelah itu, halaman 34 dan halaman 35 juga menggunakan pembangunan modul baru. Semua itu pasti sangat baru untuk kalian.”Orang-orang serentak menganggukkan kepala. Sekretaris di belakang Sharon langsung berkata, “Itu adalah formula pembangunan baru yang dikembangkan oleh departemen teknik Adijaya Group di bawah kepemimpinan Bu Sharon ....”“Oh ya?”Rachel tertawa pelan, dengan sedikit ekspresi menyindir di wajahnya. Entah mengapa, Sharon tiba-tiba merasa panik ketika melihat sorot mata Rachel.“Bu Rachel, langsung to the point saja. Nggak usah berbelit-belit begitu,” ujarnya dengan dingin.“Setengah
Sharon meninggalkan ruang perjamuan dengan kesal. Semua orang spontan saling menatap satu sama lain. Karena ini pertama kalinya mereka melihat sisi CEO Adijaya Group yang tidak berdaya. Terlebih lagi, semua itu karena Rachel. Semua orang melihat ke arah Rachel dengan tatapan rumit.Yohanes mengangkat gelasnya dan tersenyum sinis, “Akhirnya aku mengerti kenapa aku selalu kalah di tangan kamu. Pemain lama di dunia bisnis seperti Sharon saja bisa jatuh, apalagi pendatang baru seperti aku.”Rachel tidak menghiraukan pria itu. Dia justru mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan.Yohanes mengguncang gelasnya dan berkata, “Eh, menurut kalian, Sharon benar-benar sudah beli hak cipta tesis itu, belum? Rachel, kamu cepat tanyakan pada dosen pembimbingmu itu.”“Tentu saja dia nggak beli,” kata Rachel sambil mengulum senyum tipis.Tesis itu diterbitkan di perusahaan penerbitan kecil di sana. Volume penjualan tahunan majalah itu kurang dari 100.000 eksemplar, bahkan sudah hampir tidak diproduksi l
Rachel kembali ke ruang perjamuan dan melanjutkan bertukar sapa dengan yang lainnya. Dia memiliki paras yang cantik dan juga memiliki kemampuan. Dalam sekejap, banyak orang menyerahkan kartu nama padanya.Tepat pukul sembilan, orang-orang di pesta itu mulai bubar.“Rachel, aku antar kamu pulang, ya.” Roy menghampiri Rachel dan berkata dengan lembut.Sebelum Rachel sempat menjawab, sosok pria bertubuh tinggi sedang berjalan ke arahnya dengan langkah cepat dari pintu masuk. Rachel menoleh dan melihat pria itu, ternyata itu Ronald.Apakah pria itu sudah datang sedari tadi? Kalau tahu begitu, Rachel seharusnya keluar lebih cepat.“Sudah ada yang datang jemput aku, Kak. Kak Roy nggak usah repot-repot,” kata Rachel sambil tersenyum.Roy mengerutkan kening sambil menatap Ronald, “Rachel, kamu dan Pak Ronald ....”“Ehem!” Rachel menggosok hidungnya dengan tidak leluasa, “Michael dan Michelle lagi di rumah Pak Ronald. Aku ikut Pak Ronald ke sana untuk jemput mereka.”Roy mengatupkan bibirnya da
“Kamu jauhi dia.” Ronald mencengkeram setir dengan erat dan melontarkan tiga kata itu. Reihan, Rendy. Saudara kembar Ronald dari ayah dan ibu yang sama.Setelah itu, Ronald berkata perlahan, “Reihan adalah orang yang sangat berbahaya. Orang yang dekat dengannya nggak akan berakhir baik.”Rachel spontan menatap pria yang sedang mengemudikan mobil itu. Mengapa Rachel merasa suasana hati Ronald menjadi sangat tidak baik ketika dia mengungkit soal Reihan? Namun, hal ini membuat Rachel semakin yakin dengan tebakannya.Mobil melaju perlahan di jalan pada malam hari. Tidak sampai 20 menit, mobil yang membawa mereka telah berhenti di depan pintu masuk vila keluarga Tanjaya.Ronald keluar dari mobil lebih dulu. Kemudian, dia membuka pintu mobil untuk Rachel dengan sangat keren. Setelah itu, keduanya berjalan bersama ke dalam rumah.Namun, baru saja mereka sampai di depan pintu. Keempat anak sudah berhamburan keluar ke arah mereka.“Akhirnya Mama pulang juga. Aku kangen banget sama Mama.”Darre
Rachel menghampiri mereka, lalu menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Bu Farah seperti ini ....”Farah mengangkat wajahnya, “Panggil tante.”“Tante.” Rachel segera mengubah panggilannya kepada Farah. “Tante akan buat Michelle jadi anak manja. Barang-barang ini terlalu berharga.”“Anak-anak mana tahu betapa berharganya barang-barang ini. Bagi mereka, ini semua hanya mainan.” Farah membelai rambut Michelle, “Anak gadis suka perhiasan yang berkilau. Lain kali aku akan bawa Michelle ke toko perhiasan. Aku akan belikan dia lebih banyak perhiasan untuk dibawa pulang ke rumah dan jadikan mainan.”Rachel, “....” Dia benar-benar tidak memahami dunia orang kaya ini.Darren datang dan sembarang mengambil sepasang anting giok. Begitu dia mengambilnya, Farah langsung mengambil kembali anting itu dari tangan Darren, “Jangan pegang-pegang, nanti rusak. Anting ini harganya 12 miliar.”Darren, “....”Kenapa Michelle boleh buang begitu saja, tapi Darren bahkan tidak boleh menyentuhnya? Sejak ada Miche
Udara di ruang tamu seketika terasa membeku. Ronald mengambil kotak di atas meja dan melemparkannya ke depan Farah, lalu bertanya, “Siapa yang kasih?”Mata Farah memancarkan perasaan bersalah, tapi dia berpura-pura tenang dan berkata, “Dari teman baik Mama yang sudah lama nggak ketemu. Memangnya kenapa?”“Mama benar-benar anggap aku bodoh?” Seringai sinis mereka di sudut bibir Ronald, “Bagian sudut kanan bawah kotak ini ada tulisan Ren. Itu kebiasaan Rendy selama bertahun-tahun. Dia jelas-jelas tahu kalau aku nggak setuju Mama bertemu dengannya. Tapi dia masih saja tulis namanya di kotak hadiah yang dia berikan pada Mama. Masa Mama masih nggak mengerti?”Mata Farah tiba-tiba berkaca-kaca. Dia melihat tulisan di kotak hadiah dan berkata dengan suara bergetar, “Ron, dia itu kakak kandungmu. Kamu nggak bisa maafkan dia? Dia sudah berubah. Dia sudah menjadi sosok yang baru. Berikan dia satu kesempatan lagi, oke?”“Aku bisa kasih dia kesempatan lagi, lalu siapa yang bisa beri Papa kesempata
Michael berharap ibunya tidak akan pernah melihat sisi lain dari dirinya. Dia terdiam sejenak, lalu bertanya, “Mama suka Om Ronald, nggak?”Rachel menatapnya, “Kenapa kamu masih panggil Om? Dia itu papa kamu. Papa kandung kamu.”“Maaf, Ma. Aku masih belum terbiasa panggil papa.” Michael berkata dengan serius, “Ma, kalau Mama suka Om Ronald, aku akan dukung semua keputusan Mama.”“Kalau begitu bagaimana dengan kamu? Michael suka sama dia, nggak?” tanya Rachel dengan serius.Michael mengedipkan matanya, “Ma, kan aku yang tanya lebih dulu. Mama jawab aku dulu, nanti aku baru kasih tahu Mama.”“Mungkin ... sedikit suka.” Rachel melihat ke luar jendela yang gelap dan berkata dengan suara pelan.Ronald adalah sosok pria yang baik, lebih baik dari semua pria yang pernah Rachel temui. Pria sebaik itu memperlakukannya dengan begitu baik. Rachel sama sekali tidak bisa menolaknya. Apalagi pria itu adalah ayah dari anak-anaknya.Kalau Rachel membiarkan dirinya jatuh cinta pada Ronald, sebenarnya i