“Anda harus menunggu Tuan Sanders tiba, Tuan Hashimoto. Ini tidak boleh Anda lakukan tanpa izin darinya.” Beberapa pegawai berusaha menghalangi seorang pria yang berusaha merangsek masuk ke ruang kerja Bryan, tepat bersamaan dengan kedatangan Bryan.Ia lantas segera menemui pria itu dan berhadapan langsung setelah sekian lama berusaha menghindar darinya.“Biarkan dia masuk,” ujar Bryan, memberi isyarat pada tamunya untuk mengikutinya ke dalam ruangan. “Silakan duduk dan segera katakan tujuan kedatanganmu, Jun. Aku tak punya banyak waktu.”“Ow ... seperti itukah sikapmu menyambut kawan lamamu ini, Bryan? Kau mengabaikan email dan proposal yang kuberikan padamu.”“Aku sudah memberikan jawaban.”“Dan aku sudah menegaskan kalau aku tidak menerima penolakan.” Jun Hashimoto meninggikan intonasinya kala mendengar pernyataan Bryan yang jelas terdengar menghindarinya. “Kau berhutang padaku, Sanders. Jangan lupakan itu.”“Berapa yang kau mau?”“Woho ... sang billionaire yang sangat berani. Kau
Bryan bangkit dari tidur yang hanya beberapa jam, karena semalaman ia mencari Shienna ke mana-mana. Tetap saja, hasilnya nihil. Ia meraup wajahnya dengan kasar, memikirkan kembali perkataan Jun yang membuatnya terjaga semalaman dan tidur ketika ayam jantan sudah berkokok.Ia bangkit tak bersemangat. Tak ada kabar dari Shienna selama dua hari, sejak ia pergi meninggalkan para petugas polisi dan detektif yang tengah melakukan penyelidikan di penthouse-nya. Apakah memang Shienna telah mengatur siasat agar bisa melarikan diri darinya?Langkah kakinya tak beraturan, menuju ke ruang kerja, lalu terduduk memandangi seisi ruangan. Ada perasaan kesal yang terus berdesakan dalam dada yang membuat Bryan kembali mengingat Shienna.Di mana Shienna berada saat ini? Apakah benar bahwa seseorang telah menculiknya? Ataukah memang keinginannya sendiri untuk pergi? Jika memang ada yang berusaha mencelakainya, kemungkinannya hanya satu, Jun Hashimoto. Hanya pria itu, karena Selena bahkan tak akan sanggu
Tatapan Bryan masih tajam tertuju pada sang istri yang tidak memasang ekspresi apa pun. Dingin seolah tanpa perasaan. Ia jadi bertanya-tanya, ke mana Shienna yang suka mengomel dan selalu membuat telinganya panas padahal pernikahan mereka baru berjalan beberapa kurang dari satu bulan.Sementara itu, pria lain justru tengah menarik ujung bibirnya, menyungging sinis dan penuh kemenangan. Bagaimana bisa Bryan berkonsentrasi pada urusan yang akan mereka bahas jika ada banyak pertanyaan tengah berdesakan di kepalanya?“Shienna!”“Tuan Sanders, ayolah. Kita akan membahas masalah bisnis. Jangan campurkan dengan masalah pribadi,” ujar pria itu dengan nada yang terdengar sumbang di telinga Bryan. Sementara wanita yang duduk di samping pria itu, masih menatap Bryan lekat, tapi tanpa ekspresi.“Mengapa aku mencampurkan dengan masalah pribadi, karena ada istriku di antara kita. Jika kau ingin aku memusatkan perhatian pada masalah ini, maka biarkan dia pulang.”“Hoho ... tidak bisa begitu, Tuan Sa
Shienna memandang mata Jun dalam-dalam. Ia tak menyangka hal itulah yang pria itu inginkan. Ia tahu bahwa Jun memang menaruh hati padanya sejak lama, tetapi, merebut istri dari sahabatnya, sepertinya bukan karakter Jun.Pastilah ada sesuatu yang tengah ia rencanakan dan tentu saja itu untuk menghancurkan Bryan. Bisa jadi ia telah memegang kartu As Bryan sehingga begitu berani memberikan penawaran yang tak pernah Shienna duga.Shienna terbahak seketika dan mendorong dada jun menjauh darinya.“Aku tak pernah menyangka kau orang yang begitu melankolis, Jun. Kau pasti tidak serius dengan perkataanmu, kan?” Shienna menilik kuku-kuku bermanikur cantik, lalu kembali memusatkan atensi pada pria di hadapannya. “Jangan bercanda denganku, Jun. Aku tidak suka itu.”“Kau masih saja mengira perkataanku ini sebuah lelucon.” Jun menyergah kesal. “Apakah kau melakukan hal itu juga terhadap Bryan? Pernahkah selama ini ia mengatakan kalau ia mencintaimu?”Pernahkah? Shienna juga tak ingat kapan terakhir
Bryan tak bisa memaafkan sikap dan perbuatan Shienna terhadapnya. Ia tak pernah sekali pun tidur dengan wanita-wanita yang ia panggil ke penthouse, tetapi mengapa Shienna mengkhianatinya?Sudah tiga gelas vodka ia tenggak habis. Namun, ia masih belum ingin pulang. Meski memiliki segalanya, tetapi Bryan merasa kesepian berada di penthouse seorang diri. Sejak kehadiran Shienna di dalam kehidupannya, segalanya berubah. Setidaknya ada seseorang yang akan ia temui ketika tiba di rumah. Tidak seperti sekarang.Akan tetapi, terus-menerus mengingat Shienna hanya menyakiti batinnya. Apa lagi sekarang rencana wanita itu? Apa yang membuatnya memilih Jun padahal ia dulunya sangat antipati terhadap pria itu?Hal-hal semacam itu tak henti memenuhi kepala Bryan. Membuatnya tak bisa berkonsentrasi. Ia tak ingin menyerah begitu saja dan membiarkan Jun memiliki Shienna.“Pak, Anda sudah terlalu mabuk. Ayo, aku akan mengantar Anda pulang,” ujar seseorang yang sejak tadi mengawasi dari kejauhan.Bryan me
“Bryan!” Shienna menghambur ke arah Bryan yang tergolek di tanah, sementara Jun yang tak menyangka anak buahnya akan melakukan tindakan gegabah. “Bryan, bangun. Kumohon buka matamu.”Shienna membeku sesaat, kemudian menoleh pada Jun dan bangkit mendekat ke arah pria itu. Shienna melayangkan tamparan yang mendarat telak di pipi kiri Jun.“Apakah kau sudah gila? Bagaimana jika dia mati, Jun?!”“Bukan aku yang melakukannya. Lagi pula, jika dia mati, maka tak ada lagi penghalang bagi kita, Ashira. Kau tidak perlu melakukan apa pun untuk terbebas darinya. Aku sudah tahu isi surat kontrak darinya yang telah kau tanda tangani. Kau tak akan pernah bisa lepas darinya.”“Tapi tidak dengan cara seperti ini, Jun! Aku bisa melakukan dengan caraku.”Shienna tak menunggu jawaban Jun, melainkan langsung menuju ke arah Bryan yang masih tergolek lemah. Edward tengah menghubungi ambulance untuk membawa Bryan, tetapi Shienna tak sabar karena terlalu lama menunggu.Ia bergegas menghampiri Jake yang mematu
Tubuh Shienna melorot ke lantai, lemah seakan tak bertulang. Jun memang tak jadi memaksa dan melampiaskan hasrat padanya. Namun, tetap saja, pria itu telah melakukan hal di luar kehendak Shienna. Ia tak kuasa menahan amarah yang membuncah akibat perlakuan Jun terhadapnya.Akan tetapi, Jun segera berjongkok dan meraih Shienna ke dalam rengkuhannya.“Maafkan aku, Ashira. Aku tidak seharusnya melakukan ini terhadapmu,” ujarnya yang membuat Shienna membeku dan bertanya dalam hati, orang seperti apa yang sedang ia hadapi saat ini.Shienna tak menolak ketika Jun membantunya berdiri lalu menggendong dan membaringkannya di ranjang. Shienna tak ingin melakukan perlawanan, karena tak ingin menjadi sasaran kegilaan lain Jun. Ia ingin memeriksa kondisi Bryan, maka ia harus bermain cantik agar bisa membebaskan diri dari pria gila itu.Jun kemudian bangkit setelah mengecup tangan Shienna, menoleh sebentar memastikan kalau kondisi Shienna akan baik-baik saja tanpanya, lalu melangkah pergi tanpa meng
Beberapa pengawal tak membiarkan pria itu membawa Shienna pergi sebelum memeriksa pria dengan penampilan yang asing bagi mereka. Shienna tak menaruh curiga, tetapi ia merasa terbebani dan memutar otak bagaimana caranya agar pria yang mengklaim dirinya sebagai suruhan Jun itu tak akan mengawalnya. “Aku tidak membutuhkan pengawalan karena aku sudah dewasa dan tak akan pulang ke rumah larut malam,” ujarnya sembari menyunggingkan senyum terpaksa. Sementara itu, pria lainnya tak menggubris perkataan Shienna, melainkan memeriksa pria asing itu kemudian memandanginya cukup lama. “Lain kali kau harus mencukur berewok sebelum mulai bekerja! Penampilanmu itu mengganggu sekali!” ucap pria dengan tubuh lebih besar dibanding lainnya. “Pergilah! Temani Nona Ashira dan kembalilah tepat waktu sebelum Tuan Hashimoto tiba di rumah!” Pria itu membungkuk sebagai salam, kemudian memberi isyarat Shienna untuk berjalan lebih dulu. Mereka tidak jadi menggunakan salah satu mobil Jun, melainkan mobil lain d
“Apa yang terjadi padamu, Shie? Ayo kita kembali ke kamar, berpeganganlah.” Bryan menggendong sang istri yang tak lagi memiliki daya untuk melawan, bahkan untuk menghindar ketika sekali lagi aroma tubuh Bryan mengusiknya.Ia pasrah saja ketika Bryan membaringkannya di ranjang dan segera meraih ponsel untuk menghubungi Ryan Karl.“Ya, Bryan. Kawanku itu sudah dalam perjalanan. Ia mengabari beberapa menit lalu. Tunggulah.”Belum selesai pembicaraan keduanya, salah satu pelayan mengetuk pintu dan mengabarkan bahwa ada seorang dokter yang sudah menunggu di luar. Bryan meminta pelayan untuk mempersilakan dokter masuk dan segera melakukan pemeriksaan.“Apakah kau mengalami mual dan muntah hampir setiap hari?” tanya dokter sembari menempelkan stetoskop di dada Shienna dan memeriksa denyut nadinya.“Ya. Bahkan seperti setiap saat. Aku tidak menyukai aroma yang kusukai sebelumnya dan kurasa hasrat seksualku menurun sejak itu. Entahlah,” jawab Shienna sembari melemparkan tatapan pada sang suami
Bryan masih memikirkan nasib Amara setelah orang suruhan Edward mengepung dan menabrak mobil yang ia kemudian hingga terbakar. Namun, belum ada kabar lanjutan terkait peristiwa tersebut sehingga Edward mengambil kesimpulan kalau Amara pasti sudah tewas di tempat.Sementara itu, Shienna belum mengetahui apa pun mengenai hal itu. Bryan tak ingin sang istri menjadi gelisah dan berpikiran yang tidak-tidak terhadap Edward.“Mengapa kau tampak gelisah sejak tadi?” tanya Shienna sembari memeluk Bryan dari belakang. “Apakah Ed mengabarkan sesuatu yang buruk?”“Ya. Namun, aku tidak sedang memikirkan hal itu. Aku hanya membayangkan bagaimana jika kita memiliki bayi lagi?” tanya Bryan yang terus memandangi Shienna dengan tatapan penuh cinta.Shienna tak lagi takut untuk memiliki bayi, tetapi sanggupkah ia jika hanya anak mereka yang akhirnya menemaninya melewati masa tua?Bukankah itu ide bagus, memiliki sesuatu yang berasal dari Bryan agar ia bisa terus mengenang lelaki tercintanya jika ia perg
Dua bulan kemudian ... Shienna dan Bryan sudah pulih pasca menjalani operasi. Bryan tampak jauh lebih baik dan Ryan telah menyatakan kalau ia dalam kondisi yang prima. Banyak wejangan yang Ryan berikan untuknya, agar lebih menghargai apa yang ia miliki, termasuk kesehatan. Akan tetapi, ada hal yang tidak ia katakan pada Bryan melainkan hanya pada Shienna. “Mengenai kondisi ginjal dan organ lain, bisa kukatakan tak ada masalah. Namun, hasil tes menunjukkan kalau lupus yang ia derita masih aktif dan aku menyarankan agar ia tetap menjalani tritmen dengan obat-obatan.” “Apakah itu tidak akan mempengaruhi keadaan ginjalnya? Secara logika, ginjalnya tak lagi sama dengan miliknya yang sebenarnya, terlebih setelah menjalani operasi. Artinya, kondisinya akan memburuk sewaktu-waktu, kan?” Raut wajah Shienna mulai menegang. Terlebih setelah melihat respon dari Ryan, tubuhnya serasa tak bertulang. “Maksudmu, dia tetap akan pergi?” Keterdiaman Ryan membuat Shienna mengambil kesimpulan sendiri
Bryan akhirnya setuju dan segera menghubungi Edward dan pria itu datang bersama Jennifer. Di antara mereka tak ada satu pun yang bicara selama menunggu operasi Bryan dan Shienna berjalan lancar. Perawat keluar dari ruang operasi beberapa kali, saat itulah Edward menanyakan kabar Shienna dan Bryan.Beberapa jam berlalu, lampu di bagian atas pintu operasi menyala dengan warna hijau yang artinya operasi telah selesai. Edward bangkit dan segera menemui dokter yang baru saja keluar dari ruangan. Ryan dan beberapa dokter spesialis yang membantu jalannya operasi, tampak tergesa kemudian hanya Ryan yang akhirnya berhenti sejenak untuk menjawab kegelisahan sahabatnya.“Bagaimana kondisinya, Ryan?” tanya Edward dengan raut cemas yang tak bisa ia sembunyikan. Ini kali kedua Bryan melakukan operasi dan hal itu selalu sukses membuatnya begitu cemas.“Operasi berjalan lancar, kita tinggal menunggu Bryan dan Shienna siuman.”“Tolong tempatkan mereka di satu ruangan, itu akan mempercepat pemulihan k
Shienna berada di atas brankar yang bergerak cepat dalam kondisi setengah sadar. Ia sempat pingsan untuk beberapa waktu setelah dokter datang dan menemukannya bersimbah darah dengan sebilah pisau lipat menancap di pinggang sebelah kanan.Ia bisa melihat lampu terang menyorot dan membuat matanya merasakan silau. Ia memejamkan mata sejenak, tak kuasa menahan perih dan nyeri di pinggang serta mata yang terasa berat.“Shienna, buka matamu. Tetaplah sadar. Shienna!” Suara itu terus ia dengar memanggil namanya. Ia tak tahu di mana dirinya berada, tetapi sekilas, ia tahu kalau Ryan-lah yang ada di dekatnya.“Bryan ...” gumam Shienna dengan suara lirih. “Di mana suamiku?”“Aku akan segera mengabarinya.”Ryan hendak pergi, tetapi Shienna segera meraih lengan jasnya. “Tolong, jangan katakan apa pun padanya. Lakukan operasi pencangkokan sekarang tanpa memberi tahukan kondisiku padanya. Bisa, kan?”“Uhm, Shie—““Kumohon, kumohon ... aku akan bertahan. Aku janji. Tapi Bryan tak akan mendapat kesem
Bryan sudah meminta orang kepercayaannya untuk memeriksa loker sesuai yang Shienna informasikan dan menemukan banyak hal di sana. Namun, ia setuju untuk membiarkan semua file dan benda-benda milik Jun tetap aman dengan penjagaan tersembunyi. Ia harus memastikan terlebih dahulu kalau Jun akan membebaskan Edward dari tuntutannya.Jun pada akhirnya menarik tuntutan atas Edward dengan mengatakan bahwa ia telah salah menuduh Edward sementara yang terjadi padanya adalah murni sebuah kecelakaan. Ia juga membayar seorang petinggi polisi yang menangani kasus tersebut agar membebaskan Edward dari jerat hukum.Edward hari ini diputuskan untuk bebas bersyarat. Jennifer menjemput Edward, tetapi ia dan Bryan enggan pergi karena ada masalah lain yang harus mereka selesaikan. Meski Jun telah menarik tuntutannya, tetapi kasus yang akan mereka laporkan rupanya berhubungan dengan Jun.“Aku menemukan benda ini di penthouse Shienna dan di kamar ibuku. Aku tidak bisa memastikan ini milik siapa karena terl
Semua mata terbelalak dan tertuju pada wanita yang berdiri di hadapan Bryan. Tak ada luka yang terlihat, tetapi kemudian ia memegangi salah satu bagian tubuh yang mengucurkan darah segar.Nyaris limbung dan tersungkur, Bryan gegas meronta membebaskan diri dari pria yang memeganginya, lantas menghambur demi menopang tubuh sang istri.“Shienna!” Ia memanggil nama itu dengan perasaan cemas, memeriksa di mana bagian tubuh Shienna yang terkena tembakan, tetapi menemukan hanya lengan yang terluka. Ia melepaskan jaket dan membungkus luka tersebut. “Pegang ini kuat-kuat, oke?”Ia melepaskan Shienna yang bisa duduk dengan baik karena tak ada luka serius yang membuat Bryan bisa mengurus hal lain yang sudah seharusnya ia lakukan sejak tadi.Ia menghambur ke arah Jun, mencengkeram batang tenggorok lelaki itu dan membuatnya nyaris kehabisan napas.“Seharusnya aku menghabisimu sejak dulu, bajingan! Aku membiarkanmu hidup karena pelacurmu yang pandai berdusta itu. Ia tampaknya begitu memanjakanmu, s
Shienna tiba di rumah lamanya, karena ia meninggalkan Bryan pagi-pagi sekali dan saat ia masuk ke rumah, ia tak menemukan siapa pun selain beberapa wanita yang tengah melakukan pekerjaan di dapur basah yang ada di bangunan belakang.Ia memeriksa ruangan lain, tetapi nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Bryan di mana pun.“Apa Anda mencari Tuan Sanders, Nyonya?” tanya salah satu pelayan yang memerhatikan Shienna mondar-mandir dengan wajah bingung sejak tiba di rumah.“Ya. Apakah kau tahu dia di mana? Apakah ia meninggalkan pesan untukku?”“Tuan Sanders hanya mengatakan kalau ia sedang ada keperluan dan meminta Anda untuk makan siang lebih dulu. Ia akan segera kembali jika semua urusan telah selesai.”Mendengar perkataan pelayan, Shienna justru semakin cemas. Masalah apa yang tengah Bryan hadapi sehingga ia sama sekali tidak mengabari. Bryan juga tidak menghubungi Shienna, padahal ia pasti panik saat tak menemukan Shienna di mana pun, tetapi mengapa ia tidak membombardirnya dengan pang
Mobil Bryan berhenti di halaman sebuah bangunan yang seharusnya tidak asing bagi Shienna. Namun, Bryan sengaja menutup mata Shienna sejak awal, karena tak ingin sang istri mengetahui ke mana tujuan mereka.Bryan membantu Shienna turun dan berjalan hingga tiba di sebuah pelataran yang sebelumnya hanyalah lahan kosong dan kini beberapa pegawai konstruksi tengah melakukan pembangunan gedung megah yang Bryan yakin akan membuat Shienna gembira jika mengetahuinya.Ia membuka penutup mata Shienna dan menunjukkan bangunan yang sudah mencapai 70% pembangunan dan tak lama lagi akan selesai. Bryan sudah meminta pekerja konstruksi untuk menyelesaikan dengan segera, karena ia tak bisa menjamin dirinya akan bertahan lebih lama.Shienna bungkam kala melihat apa yang ada di hadapannya. Bangunan lain yang pernah ia rencanakan akan ia bangun, meski tak yakin untuk tujuan apa, kini sudah hampir sepenuhnya berdiri.Ia menoleh pada Bryan yang masih menyunggingkan senyum, puas melihat mata sang istri berka