Share

IX

Penulis: Ruby
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-30 20:30:00

Sudah sembilan hari, dan Ilvy belum melihat tanda-tanda kehadiran Qeen. Pria itu pergi ke Rhauven. Seharusnya sudah pulang dua hari yang lalu, membawa wanita itu—Ississia. Seharusnya mereka sudah membawa wanita itu ke tempat aman. Di tempat yang tak akan bisa dijangkau oleh siapun, bahkan ibunya.

Tapi kemana perginya pria itu? Apa yang sedang terjadi?

Bahkan merpati pos juga tidak datang membawa surat dari Qeen!

“Putri, perlukah aku mengganti teh Anda dengan yang baru?”

Ilvy bergerak. Matanya mengerjap dua kali, kemudian menoleh. Pelayannya berdiri disebelahnya. Pelayan yang sudah mengurusnya sejak bayi. Orang yang lebih memahaminya daripada ibunya sendiri.

Ilvy mengangguk. Cangkir teh diganti dengan yang baru. Ilvy bisa melihat uap berputar di atasnya. “Tammy,” panggilnya.

“Ya, Yang Mulia!”

“Bisakah kau mencarikan informasi untukku?”

Tidak Ilvy, jangan gegabah! Bat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kekuasaan (Ascendant)    X

    Ini hampir jam sebelas malam, dan suara tumit sepatunya bergema disepanjang lorong istana. Liam masih berada di ruang kerjanya bersama Xavi. Orang yang lebih Liam percayai ketimbang dirinya. Lorelai tak mengharapkan banyak hal, tapi ketidakpedulian Liam padanya adalah hal yang paling membuatnya sengsara.Sejenak Lorelai menatap pintu besar didepannya itu dengan tatapan was-was. Sejujurnya dia takut menghadapi Liam. Pria itu tidak seperti sebelum menjadi Raja. Lorelai bahkan tidak lagi mengenal suaminya dengan baik.Dua orang penjaga di depan pintu itu menahannya. Menolak mentah-mentah kunjungan malamnya yang mendadak. Tapi secepat penolakan yang diterima Lorelai, secepat itu pula pintu besar didepannya dia buka.Persetan dengan kemurkaan Liam. Dirinya tidak peduli.Didalam, Lorelai bisa melihat Liam yang sedang berbicara dengan Xavi terdiam sejenak. Kertas yang dipegangnya diletakkan di meja. “Ini sudah malam, Ratu.” Nada suara Liam terd

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Kekuasaan (Ascendant)    XI

    Loretta hampir gila!Dia sudah empat hari berputar-putar di hutan Camsart, dan tak ada satupun jalan keluar dari hutan sialan ini. Sekeras apapun usahanya mempelajari mantra para Effrayante, tidak akan berhasil sebelum mendapat berkat.Sitaf hanya memberikan berkat perlindungan padanya—kepada semua Camsart. Tapi dirinya tidak mendapatkan berkat kemampuan merapal mantra.Lorelai kembali melewati pohon yang sudah dia lewati Ratusan kali selama empat hari ini. Dia ingin menjerit dengan keras. Tapi jeritan itu hanya ditelannya bulat-bulat, digantikan dengan dengusan jengkel.Apa gunanya dia memberontak pada para alfa jika akhirnya dia akan pulang? Ini memalukan! Mulutnya terlalu lancang saat itu—menyumpahi dua pria itu dengan penuh cacian. Loretta tidak akan menjilat ludahnya sendiri!Dia mengambil beberapa ranting pohon, mengumpulkannya untuk dijadikan anak panah. Persediaan makanan asapnya sudah habis tadi pagi, dan dia harus kembal

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • Kekuasaan (Ascendant)    XII

    Qeen kembali ke Istana, membawa seseorang yang tidak Ilvy sangka.Seorang gadis, lebih tua darinya, memakai pakaian bangsawan, berdiri tepat disebelah Qeen. Gadis itu berdiri dengan santai—bahkan terkesan tidak peduli dengannya.Ilvy hanya menaikkan sebelah alisnya pada Qeen, lalu pria itu berkata: “Camsarian. Namanya Loretta.”Ilvy bertepuk tangan dengan pelan namun cukup antusias. Wajahnya terlihat berseri. Sebelah tangannya terulur kepada gadis bernama Loretta itu, yang dibalas setelah menggantung cukup lama. “Ilvy Channest.” Ilvy merasakan genggaman tangan yang kuat.“Loretta,” jawabnya singkat. “Ambrose.” Lanjutnya.Ilvy duduk dengan anggun. Dia yakin gadis bernama Loretta itu sedang memperhatikan dan menilai dirinya. Ilvy menatap sekilas Loretta yang masih berdiri, mempersilahkan gadis itu duduk di depannya. “Kau sangat cocok dengan pakaian itu.” Pujinya dengan baik. Tang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Kekuasaan (Ascendant)    XIII

    Tak ada yang lebih mencurigakan dari berubahnya sikap Danina. Gadis itu terlihat murung selama menghilangnya Loretta. Namun pagi ini, gadis itu menyapa semua orang yang lewat didepannya. Memeluk Shilba dan Ness yang duduk di sebelahnya. Dan mencium Xenon di depan ibunya. Membuat wanita itu melotot dan meninggalkan dua orang itu secepat kilat.Gadis itu bahkan membantu Nareef dan Xanfrey memperbaiki atap rumah. Hal yang berbanding terbalik dengan sikap Danina semalam. Selesai memperbaiki atap rumah, Danina mengikuti Xenon ke sungai. Gadis itu bahkan memeluk Xenon di depan Ovena, membuat wanita itu mendelik pada Xenon.“Ayo!” ajak Danina dengan tangannya yang menggenggam tangan Xenon. “Kita harus mengambil banyak ikan dan mengasapinya untuk persiapan puncak musim dingin.”Xenon tak menjawab ajakan Danina. Pria itu hanya mengikuti Danina kemanapun kaki gadis itu melangkah.Sepanjang perjalanan ke sungai, beberapa orang melihat mereka&

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-27
  • Kekuasaan (Ascendant)    XIV

    SATU HARI YANG LALUDanina masih menggenggam erat perhiasan itu. Benda berkilau yang seharusnya tak bisa dimiliki Loretta—karena gadis itu tak pernah keluar hutan dan jelas tidak memiliki uang untuk membelinya.Bahkan saat malam datang dan semua orang mulai berkumpul di lapangan, Danina tetap menyimpan benda itu di kantong celananya.Sekali ini saja, Dan. Cari petunjuk di rumah Lo. Bisik batinnya, sebelum dia berangkat ke lapangan. Danina bahkan sudah mengabaikan hatinya yang memohon untuk mencari yang Loretta berikan untuk terakhir kalinya. Tapi baik hatinya yang tak mau memahami akal sehatnya, dan juga rasa penasarannya yang kurang ajar, akhirnya Danina kembali ke rumah Loretta.Gadis itu menyuruh ibunya untuk pergi ke lapangan terlebih dahulu. Beralasan ada sesuatu yang harus dia kerjakan sebelum ke lapangan dan tak akan memakan waktu lama. Danina keluar rumah dengan berjingkat—takut jika ibunya masih

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-06
  • Kekuasaan (Ascendant)    XV

    Ilvy melepaskan pelukan dari lengan dingin Qeen. Elf yang terusir itu terasa seperti mayat hidup—dingin dan beku. Yang menandakan Qeen makhluk hidup hanya jantungnya yang berdegup pelan. Bahkan Ilvy harus benar-benar menempelkan telinganya pada dada Qeen untuk mendengar detak jantungnya yang lambat dan pelan.Tangannya mengusap pelan pipi Qeen yang masih terlelap dengan nyenyak di ranjangnya. Makhluk itu tidur seperti bayi. Di saat-saat seperti ini, Ilvy melihat betapa rapuhnya Qeen. Seakan-akan Qeen akan mati jika Ilvy mengalihkan pandangan darinya.Tapi Qeen—makhluk itu, meskipun terlihat begitu lemah, memiliki kekuatan besar didalamnya. Ilvy pernah meragukan kemampuan Qeen sebelum melihat betapa mengerikannya makhluk itu.Makhluk… Ilvy tak pernah bisa menyebutnya seorang ‘pria’. Meskipun secara fisik Qeen seperti seorang laki-laki, tapi dia adalah Effrayante. Bagaimanapun, elf bukanlah manusia. Mereka makhluk abadi, mak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Kekuasaan (Ascendant)    XVI

    Sudah tujuh belas tahun. Dia berlari dari satu tempat ke tempat lain. Mengikuti petunjuk dari seseorang yang keberadaannya tak ia ketahui selama sepuluh tahun belakangan ini. Pergilah ke tepian hutan. Maka dirinya akan secepat kilat memasukkan dua pasang pakaiannya kedalam tas kecil dan pergi tanpa meninggalkan jejak.Sering saat dia baru bekerja selama beberapa bulan di toko kain, atau ditempat pelelangan ikan, dia mendapatkan surat dari orang itu dan buru-buru pergi meninggalkan tempat kerjanya. Dia akan pergi kemanapun surat itu menyuruhnya.Zarefa. Orang-orang memanggilnya begitu. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Tapi sayangnya ia tak sempat mengurus dirinya sendiri. Nyawanya lebih penting daripada kulitnya yang terawat!Dia hanya harus mengingat untuk menyelesaikan kebutuhan dasarnya. Mandi, makan, tidur, dan juga pergi dari kejaran orang-orang yang mengincarnya.Dia telah hidup dalam bayang-bayang ketakutan, juga perasaan bersa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Kekuasaan (Ascendant)    XVII

    Yang Ilvy tahu, perjalanan menuju hutan Camsart membutuhkan waktu dua hari tanpa berkemah, hanya tidur di tepian api unggun. Tapi saat ayahnya memberikan perintah padanya untuk ikut ke hutan Camsart, mereka hanya membutuhkan waktu satu hari untuk sampai di tepian hutan. Mereka harus masuk ke dalam hutan Camsart selama setengah hari untuk sampai ke pintu masuk tempat tinggal para Effrayante. Begitulah yang dirinya dengar saat ayahnya menjelaskan dengan suara datar penuh bosan.Ilvy gugup. Dirinya tak tahu alasan sebenarnya dibawa serta ke hutan Camsart. Rumah dimana cerita pengantar tidur yang selalu diceritakan oleh pengasuhnya menjadi nyata. Dirinya belum pernah sekalipun melihat secara langsung kaum Effrayante—kecuali Qeen. Makhluk yang tak pernah terjamah oleh rasa iri dan dengki. Makhluk yang tak pernah mencampuri urusan para manusia.Ilvy gugup akan yang terjadi nantinya. Dirinya juga tak tahu apa yang akan dilakukan oleh ayahnya. Yang dirinya tahu, kedatang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-27

Bab terbaru

  • Kekuasaan (Ascendant)    EPILOG

    Ia menyibak selimutnya, turun dari ranjang dan membuka jendela yang berada tak jauh darinya. Langit masih gelap, udara masih terasa begitu dingin. Dengan cepat ia menarik jubahnya yang tersampir di kepala ranjang dan mengenakannya—menghalau dinginnya udara menjelang pagi yang masuk dengan mudah melewati jendela yang ia buka. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding di bawah jendela itu. Kedua tangannya menumpu di kusen jendela, dengan kepala yang terbaring di atas kedua tangan. Matanya menatap ke halaman samping rumahnya yang masih gelap gulita, ditemani bunyi kepak burung hantu yang terdengar jelas di dahan pohon yang berdiri tak jauh dari batas halamannya. Samar, ia mencium bau bunga lavender yang mekar di halaman. Bercampur dengan bau bunga mawar dan bunga-bunga lainnya yang ia tak ketahui namanya. Meskipun pelayannya menjelaskan hingga mulut berbusa tentang nama-nama bunga, ia tetap tidak bisa mengingat nama-nama itu. Satu kunang-kunang mendekat kearahnya. Tak l

  • Kekuasaan (Ascendant)    XLI

    Ilvy tak pernah merasa sesedih dan sebahagia ini. Baginya, ini pertama kalinya ia merasakan perasaan campur aduk seperti itu. Ia bisa tertawa dan menangis bersamaan. Disudut hatinya, batinnya merasa terkoyak sekaligus lega. Luka di tubuhnya terasa seperti sebuah kekalahan dan kemenangan. Singgasana yang ia duduki terasa begitu menakjubkan tetapi menakutkan. Sempat terbersit dihatinya untuk melepaskan segalanya. Hidup bahagia dengan makhluk yang mencintainya—tapi saat ini, pada momen seperti ini—iblis didalam hatinya membutuhkan sebuah kepuasan yang berbeda. Kepuasaan saat dirinya melenyapkan pemilik sah takhta terakhir. Ilvy melihat dua pedang yang dipegang kedua tangannya. Satu miliknya, satu lagi milik sepupunya. Ia melemparkan pedang itu hingga bunyi besi yang beradu dengan lantai terdengar nyaring di ruangan itu. Ruangan yang meskipun diisi banyak manusia tetapi terasa sunyi dan menyedihkan. Toh karena semua manusia disana telah menjadi mayat. Bahkan dia

  • Kekuasaan (Ascendant)    XL (Bagian 2)

    “Bantu Jenderal Otto di pintu masuk timur. Aku akan masuk bersama Danina!” Qeen menggeleng cepat. Mata kelam itu menatapnya dengan skeptis. “Aku tidak akan terluka.” Ujarnya tanpa menunggu. Ilvy tidak membutuhkan persetujuan Qeen. Itu perintah untuk sang Effrayante dan harus dituruti. Dia membawa sepertiga pasukan ke gerbang depan istana, menyerang secara terbuka. Menyongsong jebakan yang mungkin saja telah dipasang oleh ayahnya. “Masih ada waktu untuk mundur, Dan.” Teriaknya di atas kuda kepada sepupunya. Danina tidak menatapnya. Gadis itu menatap lurus ke depan dengan mata yang berkilat penuh dengan tekad. Ilvy tahu gadis itu sedang menjangkau penyebab dirinya yatim piatu. Dan gadis itu tidak akan mundur meskipun pasukan Gerian jauh lebih banyak dari pasukan yang mereka bawa saat ini. “Kau bisa mundur jika terlalu sedih melihat kematian kedua orang tuamu.” Ilvy memutar matanya, dia kembali menatap ke depan. “Tidak.” Ilvy tidak akan pernah mundur. Mere

  • Kekuasaan (Ascendant)    XL (Bagian 1)

    Istana jauh lebih megah dari bayangannya. Awalnya dia hanya membayangkan bahwa istana Gerian hanya sebesar lapangan kumpul dikalikan sepuluh. Tapi dia salah. Istana itu jauh lebih besar dari yang dia bayangkan. Ada banyak bangunan yang terpisah di istana dibawah sana, dengan kubah-kubah kecil di setiap bangunan itu. Tetapi kubah-kubah itu tidak sebesar bangunan yang berdiri di bagian tengah lingkungan Istana Gerian. Kubah besar terlihat berkilau dari tempatnya berdiri di dalam hutan—membuatnya bertanya-tanya mengapa Ilvy ingin menghancurkan posisi ayahnya yang tinggal di tempat yang pantas disebut surga itu, membuat posisi gadis itu juga ikut terancam.Tembok tinggi yang menjulang membuat batasan dengan jalanan yang melingkari istana Gerian dan juga tempat-tempat mewah lainnya di luar tembok. Danina mengasumsikan jika tempat-tempat cantik itu adalah rumah-rumah bangsawan yang menyebut dirinya sebagai Brosnean.Kuda di belakangnya meringkik, bersahut-sahutan. Kuda

  • Kekuasaan (Ascendant)    XXXIX

    Ilvy membuka kamar Danina dengan perlahan, mendapati gadis itu sedang memeluk ibunya yang menangis tersedu. Dia tahu, wanita itu tengah melepaskan putrinya untuk pergi ke medan perang, dengan kemungkinan tidak pulang untuk selamanya. Tapi baik Ilvy maupun dua orang yang sedang berpelukan itu menyadari, bahwa apapun konsekuensinya, kudeta ini tetap harus dilaksanakan.Pulang dengan nyawa, atau pulang tanpa nyawa—tak ada jalan untuk kembali.Melihat Danina yang memeluk ibunya dengan erat membuat hatinya terasa nyeri. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dari ibu kandungnya sendiri—penuh kasih sayang dan cinta. Kegilaan ibunya membuat dirinya hanya mendapat perhatian dari pengasuhnya—yang hanya memeluknya karena takut kepala terpisah dari badan.Ilvy mengetuk pintu kamar itu perlahan, membuat dua orang yang sedang menangis itu terdiam untuk beberapa saat, lalu menoleh menatapnya. “Sudah saatnya.” Bisik Ilvy kemudian. Dani

  • Kekuasaan (Ascendant)    XXXVIII

    Cinta hanya akan menyakiti. Sekuat apapun dia memuja gadis itu, tetap saja pada akhirnya dia akan terluka. Awalnya hanya luka memar, berganti menjadi luka gores. Luka itu terus disentuh dengan tangan-tangan halus tetapi menyakitkan, menjadikan luka gores itu berganti menjadi luka sayatan yang menganga. Lama luka itu dibiarkan saja, tidak dipedulikan dan hanya dianggap angin lalu. Luka itu mulai membusuk dan bernanah. Tak lama, area luka itu mulai membesar, menjangkau seluruh tempat hingga tak ada yang tersisa.Luka itu berada di hatinya. Membuat hatinya membusuk dan berbau bangkai. Kini hatinya telah hilang karena luka itu. Menjadikannya manusia yang penuh dengan kebencian, dendam, dan kemarahan. Tak ada yang bisa menyembuhkan luka hatinya hingga membuatnya menjadi monster.Di kepalanya, ada beribu bisikan yang terus terdengar hingga membuat telinganya berdenging sepanjang hari. Dia kadang-kadang tidak bisa membedakan suara bisikan di kepalanya dengan suara orang yang

  • Kekuasaan (Ascendant)    XXXVII

    Ilvy terus memperhatikan drama di depannya dalam diam. Menurutnya malam ini adalah malam yang paling menarik selama dia menghabiskan banyak waktu di tengah hutan Camsart ini. Malam dimana semua orang murka karena kehilangan dua orang yang menjadi tonggak berdirinya klan Camsart.Nareef dan Nefsnan.Ayahnya begitu pintar melenyapkan dua orang yang perkataannya selalu dituruti oleh anggota Camsart lainnya.Raja Liam mendapatkan dua tangkapan pada satu umpan yang dipasangnya.Ilvy mengulum senyumnya ketika melihat betapa keruhnya situasi saat ini. Kudeta yang kini berada di depan mata, goyahnya klan Camsart karena kematian sang Alfa dan penasehatnya, dan kini dirinya melihat kebencian anggota Camsart kepada Effrayante, kaum yang selama ini melindungi mereka.Atau… kaum yang selama ini memelihara para Camsarian.Teriakan di depannya tidak pernah terputus. Bahkan, intensitasnya semakin menjadi. Ilvy bahkan harus mundur hingga ke tepi lapan

  • Kekuasaan (Ascendant)    XXXVI

    Dagan berusaha membuka jari-jari Danina yang mencengkeram erat rambut Loretta tetapi dengan cepat ditepisnya tangan pria itu. Tubuhnya bergetar karena marah. Racauan Loretta membuat kepalanya panas. Dirinya bahkan membayangkan betapa takut ayahnya dan Nareef saat Raja Liam memenggal kepala mereka. “Lepaskan dia, Dan!” pinta Dagan setengah memohon. Suara Dagan yang berbisik terdengar menusuk telinganya. Siapa yang akan memaafkan seseorang yang mengantarkan nyawa orang lain ke penjagalan? Danina bukan orang suci. Dia tak sudi memaafkan Loretta. Gadis itu memang biang masalah! Benar kata ibunya, seharusnya dia tidak terlalu dekat dengan Loretta. Dagan mencekal lengannya ketika Danina menarik Loretta ke lantai. Dengan cepat dia mendorong bahu pria itu hingga mundur beberapa langkah. Tidak membuang kesempatan, ia membuka pintu kamar Loretta dan menemukan tiga orang yang sedang berbincang di tengah ruangan di depan pintu. Seketika pembicaraan terhen

  • Kekuasaan (Ascendant)    XXXV

    Elliot Harridan telah menunjukkan kepada mereka letak pangkalan militer pribadinya. Tepat di atas kastil, mendekati puncak bukit tertinggi di perbukitan Piroz, dibalik lebatnya hutan dan banyaknya cerita mistis tentang bukit itu—Elliot membangun sebuah kekuatan besar yang bisa meluluhlantakkan Gerian. Semua orang berdecak kagum, termasuk dirinya. Pria tanpa satu lengan yang duduk di sebelahnya ini adalah singa tidur yang bersiap untuk kembali mengaum.Tak menunggu basa-basi, Danina langsung berpamitan dengan seluruh orang disana, yang secara terang-terangan masih menginginkan keberadaannya disana. Juga kepada paman yang baru pertama kali ditemuinya selama ini—Danina tidak memberikan kesempatan pada dirinya sendiri untuk tinggal.Danina memacu kudanya sekencang mungkin, meninggalkan kastil setelah pelukan canggung dari Raja Uther. Masih ada hal yang ingin diselesaikannya di hutan Camsart, sementara waktu untuk menyerang semakin dekat.Di sebelahnya, I

DMCA.com Protection Status