Setibanya Daren di rumah, Renata menyambut hangat kedatangan sang suami. Bahkan ia terlihat berdandan cantik dan Sexy dengan pakaian sedikit terbuka. "Mas akhirnya kamu pulang juga, kamu tahu aku tadi sudah di rumah ibuku. Karena kamu telpon jadi aku buru-buru, sini biar aku yang lepaskan dasinya," Renata menghampiri dan membantu Daren untuk melepaskan dasi dan juga jas. Namun Daren yang sudah memendam amarah, membuat dia seolah enggan untuk di sentuh oleh Renata. Apa lagi setelah mengingat sikap Renata yang begitu berani menindas dan mengintimidasi Bu Ratih dan Anna. "Cukup Renata! jangan pernah menyentuhku, aku sangat muak dengan sikap pura-pura mu itu," bentak Daren. Renata tertegun sungguh dia benar-benar tidak mengerti karena bagaimana bisa Daren tiba-tiba saja bersikap kasar padanya. "Mas! sebenarnya kamu ini kenapa? tadi di telpon bilang harus cepat pulang. Dan sekarang aku pulang kamu malah maki dan bentak aku. Sebenarnya ada apa?" Renata tak habis pikir dengan ken
Dirga terdiam, saat mendengar Bu Ratih yang mengatakan jika Daren dan Anna tadi bertemu sebentar. Namun Dirga yang memiliki sikap manipulatifnya membuat ia mengambil kesempatan untuk mengambil hati ibu Ratih. "Ibu tidak usah khawatir, aku akan melindungi Anna dari orang-orang yang mencoba untuk melukainya," Tegas Dirga. yang b Anna yang baru saja berjalan menuruni tangga, ia menghampiri Dirga dan ibunya dengan wajah cantik yang terlihat sangat pucat. Melihat wanita yang sangat dia cintai baru tiba, membuat Dirga begitu antusias dan senang sampai dia segera menyapa dan tak lupa memberikan makanan kesukaan Anna setelah mencampurkannya dengan pil penggugur kandungan. "Anna! lihatlah aku membawakan kue cake strawberry kesukaanmu," Dirga menyodorkan sebuah kotak pink yang berukuran sedang pada Anna. Berharap Anna tidak curiga dan mau memakan kue itu. "Apa ini? kue cake. Tuan Dirga kenapa harus repot membawakan aku makanan padahal aku merasa tidak enak karena terus merepotkan
Dirga menatap dalam saat Anna memakan cake yang dia bawakan, sebenarnya dia tak tega untuk melakukan hal keji itu tapi demi rasa cintanya yang dalam membuat nekad dalam hatinya semakin besar. "Maafkan aku Anna, aku memang menyukaimu, tapi aku juga ingin kau melahirkan anak itu, apa lagi itu benih dari orang yang sangat aku benci," geram Dirga dalam hati. Anna terlihat sangat lahap saat memakan kue cake strawberry kesukaannya. Bu Ratih hanya tersenyum seraya menahan rasa sedihnya. Seharusnya kehamilan Anna adalah sebuah kebahagiaan untuknya. Namun mengingat ayah dari calon bayi putri kesayangannya itu adalah seorang pria yang sudah memiliki seorang istri membuat dia tak bisa berbuat banyak. "Anna kenapa kamu harus mengalami ketidakadilan seperti ini padahal kamu adalah seorang putri yang baik dan penurut meskipun bukan putri kandung ibu," lirih Bu Ratih dalam hati yang merasa bersalah karena sudah menyimpan sebuah rahasia besar tenang identitas putri yang sudah dia anggap seper
Setelah Dirga sampai ke rumahnya, dia terkejut saat melihat Daren yang sudah ada menunggu dirinya di depan rumah bersama beberapa pengawal. "Daren!" Dirga terkejut, kedua bola matanya melotot saat melihat kakak sepupu yang sekaligus adalah bosnya sendiri. Daren menatap tajam pada Dirga, kedua sorot matanya memicing tepat ke arah Sepupunya itu dengan perasaan Amarah yang bergejolak dalam hati. "Bagaimana Dirga, apa kau senang terus bersama dengan wanita yang seharusnya tidak pernah kau dekati?" Daren mengeram. Dirga menyeringai, saat melihat raut wajah Daren yang muram seolah berusaha untuk menahan diri seperti ingin menghajarnya. Tentu saja hal itu di manfaatkan olehnya untuk memancing dan memprovokasi Daren. "Hm, Kaka sepupu bicara apa? aku sungguh tidak mengerti. Akhir-akhir ini aku memang suka mendekati Anna, oh iya mantan sekertaris mu yang cantik itu, aku pria single jadi tidak masalah mau mengejar dia juga, asalkan jangan ka Daren," bisik Dirga menyeringai penuh a
Baru saja Anna beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba saja dia merasa sangat pusing dan perutnya terasa sakit. Hingga membuat tubuhnya kembali terduduk lemas. Bu Ratih terlihat sangat cemas dan khawatir, saat melihat wajah putrinya yang sangat pucat pasi, bahkan sampai pingsan. "Anna! kamu kenapa nak?" Bu Ratih menghampiri, karena sangat khawatir wanita paruh baya itu pun segera mengambil ponsel dan memanggil mobil ambulan. Beberapa kali Bu Ratih membangunkan Anna, tidak ada respon membuat ia semakin khawatir dengan kondisi putrinya. Karena semakin cemas Bu Ratih segera menekan nomor ponsel Dirga, untuk meminta bantuannya. Dirga yang Baru saja berdebat dengan Daren, mendengar suara ponsel berdering membuat dirinya segera mengangkat telpon. Dengan nada yang begitu panik Bu Ratih mulai memberitahukan jika terjadi sesuatu pada Anna. Dengan sikap manipulatifnya, Dirga meminta Bu Ratih agar tetap tenang dan menunggu dirinya di rumah karena akan segera menyusul. Setelah menutup
Beberapa jam kemudian, setelah Bu Ratih berjalan mondar-mandiri di depan ruangan UGD, akhirnya Dokter keluar dari ruangan itu. Membuatnya segera menghampiri pria berjas putih itu. "Dokter! Bagaimana kondisi putri saya?" cecar Bu Ratih dengan tubuh gemetar dan perasaan yang cemas dan panik. Berharap jika tidak terjadi apa-apa pada putrinya. Pria berjas putih itu pun menghela nafas panjang, sembari melepaskan kacamata putihnya. Lalu mulai menjawab. "Pasien masih belum melewati masa kritisnya, beruntung janin yang ada di dalam kandungan kandungannya masih bisa di selamatkan setelah pil penggugur kandungan nyaris saja menyebar ke dalam kandungan pasien," imbuh sang Dokter. Kedua bola mata Bu Ratih terbelalak, bahkan jantungnya seolah seperti berhenti berdetak saat mendengar perkataan sang Dokter yang membuatnya tak habis pikir. "Maksud Dokter apa! obat penggugur kandungan? bagaimana bisa semua itu bisa terjadi?" Bu Ratih memastikan. Rasanya ia sungguh tak pernah menyangka k
Bu Ratih yang terlihat sangat sedih dan tak terima ketika ada seseorang yang begitu tega hampir saja melenyapkan nyawa putri dan calon cucunya. "Ini tidak bisa di biarkan begitu saja, orang jahat itu harus menerima hukumannya," tegas Bu Ratih yang baru saja akan menelpon kepolisian untuk melaporkan semua yang terjadi pada Anna. Dirga mengerutkan kedua alis tebalnya, lalu ia mencoba untuk menghentikan Bu Ratih karena tidak ingin jika sampai perbuatannya ketahuan. "Tunggu Bu, ibu mau apa?" tanya Dirga. "Nak Dirga, ibu sudah tidak bisa menahan lagi ibu akan melaporkan pada polisi jika ada seseorang yang ingin mencelakai Anna,"' jawab Bu Ratih dengan tegas. Dirga berusaha untuk membujuk agar Bu Ratih tidak melakukan hal itu. Dengan alibi jangan terlalu gegabah dalam bertindak. karena dia bilang takutnya orang itu malah akan membahayakan nyawa Anna, malah Dirga meminta Bu Ratih untuk mempercayakan semua yang telah terjadi ini padanya. Tak lupa juga Dirga bertanya tentang kon
Daren mendengus kesal, saat mendengar Renata yang membentak dirinya tanpa Sedikit pun keraguan. "Cukup Renata! kamu ini berani sekali membentak ku, aku tidak suka kau suka berbicara seperti itu." Tegur Daren dengan nada yang meninggi dan kedua sorot mata elangnya. "Aku gak bisa diam selama dia masih menganggu mas. Aku istrimu dan aku tidak akan membiarkan wanita lain merebutnya dariku," teriak Renata yang sangat histeris. Daren yang tidak ingin banyak berdebat lagi, tanpa membuang waktu lagi dia pergi dari kamar dan segera ke rumah sakit untuk memastikan keberadaan Anna. Karena ia begitu yakin jika janin yang ada di dalam kandungannya adalah darah dagingnya. Renata sudah benar-benar kehilangan kesabaran, dia kembali menelpon orang bayarannya agar segera melakukan misinya melenyapkan Anna dan calon bayinya. "Anna! kau harus mati, bagaimana pun caranya karena aku tidak rela jika kamu merebut mas Daren dariku," Renata mengeram. Tiba-tiba saja pelayan pribadinya datang mengha
Daren terlihat sangat gelisah, saat dia masih dalam perjalanan mengejar Anna. bahkan beberapa kali lelaki itu terlihat terus menekan asistennya untuk mempercepat laju kecepatan mobilnya. "Cepat jalannya, apakah kamu tidak bisa menyetir!" bentak Daren dengan nada meninggi dan terlihat sangat gelisah. "Baik tuan, ini sudah sangat cepat," sahut sang asisten. Yang masih fokus melakukan tugasnya. Daren benar-benar terlihat cemas dan panik, berharap Anna tidak pergi sebelum dia datang. Tak hanya bisa menunggu sampai ke tempat tujuan, Daren meraih ponsel miliknya lalu berusaha untuk menghubungi wanita yang sangat dia cintai. Drrrt..drtt Panggilan telepon terus berbunyi, namun nihil tidak ada jawaban dari Anna, walaupun hanya sekedar pesan balasan. Membuat Daren semakin tak sabar dan lebih naik pitam. "Aakkkh, sial kenapa dia tidak mengangkat teleponku jangan bilang Anna benat-benar sudah pergi," Daren meracau dalam hati, perasaannya sama sekali tidak tenang. Lalu menekan kembali
Setelah Renata masih di ruangan UGD, semua orang terlihat sangat cemas dan panik. Setelah melihat insiden yang terjadi tadi. Tapi Nyonya Hanum yang masih belum mengerti dengan semua ucapan pelayan pribadinya. Membuat ia kembali memastikan apa maksud perkataanya tadi. "Bi Laksmi katakan padaku, maksud Bibi tadi apa mengatakan jika Renata adalah putrimu?" Nyonya Hanum menatap penuh selidik. Laksmi tertunduk malu, tapi setelah melihat putrinya yang saat ini sedang terpojok membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. "Nyonya benar, Renata adalah putriku yang sengaja aku bawa untuk nyonya rawat agar hidupnya bahagia, tapi yang aku liat malah sebaliknya," sesal Laksmi. "Astaga Bi, kenapa bibi sangat tega membiarkan Renata di panti asuhan saat itu? sekarang lihatlah Renata malah semakin susah untuk di atur karena obsesinya yang terlalu tinggi," Nyonya Hanum tak habis pikir. Mendengar perkataan mereka, tuan dan nyonya Wijaya segera menghampiri lalu menega
Daren dan kedua orang tuanya melirik ke arah sumber suara yang berada tepat di samping mereka, ibu Hanum dan bibi Laksmi merasa tak tega ketika melihat Renata yang berlutut memohon di bawah sana. "Nyonya Hanum, kebetulan anda kemari kami ingin membicarakan tentang putrimu yang sudah membuat kami malu dengan skandalnya." Hardik tuan Wijaya memberitahukan dengan nada tinggi. Nyonya Hanum dan bi Laksmi segera menghampiri dan berusaha untuk membantu Renata untuk bangun. "Renata bangunlah kamu nak," bujuk nyonya Hanum. Renata menggelengkan kepala, rasanya dia tidak ingin beranjak sebelum kedua mertuanya memberikan ampun padanya. "Nggak Bu, aku tidak mau, biarkan aku memohon pada mas Daren dan kedua orang tuanya," ucap Renata dalam tangisnya. Daren tersenyum getir, saat melihat dan mendengar kata-kata maaf dari Renata yang begitu enteng, seolah perbuatannya itu adalah hal kecil yang mudah untuk di maafkan. "Tidak! aku tidak sudi memaafkan wanita murahan sepertimu Renata mulai ma
"Aaakh tidak! kenapa semuanya jadi kacau seperti ini? dan kau tuan Andre! lihat ini semuanya gara-gara kamu," teriak Renata setengah frustasi sembari menjambak rambutnya. "Aku tidak tahu akan seperti ini Renata, jadi tenanglah. Kau bisa menjadi wanita ku untuk selamanya," bujuk Andrew menghampiri. Renata menepis kasar tangan pria itu, tak ingin kehilangan Daren. Ia segera memakai gaunnya kembali, lalu berusaha untuk mengejar dengan langkah yang tertatih-tatih. "Renata! tunggu!" panggil Andrew, yang masih di kerumuni oleh beberapa karyawan yang masih membidik kamera ke arahnya. Renata tidak menggubris panggilan Andrew. Baru saja keluar dari hotel, Kiki yang sudah lama menunggunya dari mobil segera menghampiri dan memanggil Renata. "Nyonya Renata! naiklah!" "Kiki, kau ternyata di sini?" Renata tak membuang waktu lagi, dengan cepat masuk ke dalam mobil dan meminta asistennya untuk mengejar Daren. Dengan patuh, Kiki melakukan sesuai perintah walaupun terpaksa harus mengebut.
Nyonya Wijaya benar-benar kecewa, sampai dia terduduk lemas di sofa dengan kepala yang sudah sangat sakit dan pusing. Karena bagaimana bisa menantu yang selalu dia idamkan malah ternyata hanya seorang wanita murahan yang sering bergonta-ganti seorang pria. "Renata! benar-benar kamu mengecewakan keluarga ini," Nyonya Wijaya sangat kesal, dengan berita yang mengegerkan hati ini membuat wajah keluarga Wijaya hilang di depan semua orang. "Tidak! Meskipun pernikahan Daren dan Renata sudah di sepakati oleh mas Wijaya, aku tetap tidak setuju dengan masalah ini," Nyonya Wijaya tak tahan lagi dengan berita yang tersebar. Ia segera menghubungi Daren dan juga suaminya tak lupa juga dengan Renata. Beberapa kali wanita paruh baya itu , terus menghubungi putra dan suaminya untuk membicarakan hal ini. Sementara Kiki asisten dari Renata sangat kaget ketika melihat skandal model yang ada dalam naungannya. "Astaga! gawat, bagaimana foto dan video nyonya Renata dan tuan Andrew bisa tersebar s
Kedua tangan Anna terkepal, netra coklatnya berkaca-kaca saat mendengar perkataan nyonya Wijaya. Yang begitu memandang rendah dirinya. Setelah berpikir dengan waktu yang cukup lama, Anna menarik nafas lalu dengan tegas kembali menolak tawaran uang dari wanita kaya itu. "Nyonya tidak usah repot-repot memberikan saya uang, jika itu keinginan anda maka aku akan melakukannya," Lirih Anna menangis. "Baguslah, kamu memang seharusnya tahu diri perbedaan kamu dan Daren sangatlah jauh berbeda, ambil saja cek itu tidak usah terlalu munafik!" ledek wanita paruh baya itu sembari memutar kedua mata malasnya. Lalu pergi begitu saja dengan sikap angkuh dan sombong. Bu Ratih yang tak sengaja mendengar obrolan mereka, membuat dia sangat kesal dan marah saat putri yang sangat sayangi di perlakukan rendah oleh orang lain. Dengan amarah yang menguasai dirinya, Bu Ratih memungut cek yang di berikan oleh nyonya Wijaya yang tergeletak di bawah lantai. "Tunggu!" panggil Bu Ratih. Langkah
Setelah Daren pergi untuk menyelesaikan semua masalah yang ada, Bu Ratih kembali mengingatkan putri kesayangannya atas apa yang baru saja dia dengarkan tadi. "Anna, jawab ibu. Apa kamu benar-benar akan menerima kembali pinangan tuan Daren? sudah jelas-jelas dia pria yang sudah memiliki pasangan," peringat Bu Ratih, berharap jika putrinya tidak salah mengambil keputusan dalam hidupnya. Anna menghela nafas panjang, lalu ia memutar badan dan menatap ibunya. Lalu menjawab. "Ya ibu, Anna sudah berpikir, jika calon bayi yang ada di dalam kandungan ini dia begitu membutuhkan figur seorang ayah, dan Anna juga yakin apa yang di katakan oleh tuan Daren membuat aku yakin," jelas Anna. Sebagai seorang ibu, ibu Ratih tidak bisa mencegah dia hanya berharap jika putrinya benar-benar bisa merasakan kebahagiaan. "Ya sudah, ibu hanya bisa berharap kamu dan tuan Daren segera menikah!" imbuh Bu Ratih. "Iya Bu," Anna tersenyum. Ketika ibu dan anak itu tengah berbicara serius tiba-tiba saj
"Tidak Anna! kamu sekarang tidak bisa lari dariku lagi, bagaimana pun juga calon bayi yang ada dalam kandunganmu adalah darah dagingku," tegas Daren meraih dan memegang kedua bahu mungil Anna. Kedua insan yang saling mencintai itu menatap satu sama lain dengan tatapan mendalam, terutama Anna rasanya air matanya sudah tak terbendung lagi. "Ku mohon, Anna. Jangan pernah lagi kamu pergi dariku, Renata dan aku hanya menikah dalam perjodohan, tidak ada rasa cinta dalam hatiku untuknya." jelas Daren sembari memeluk Anna dengan sangat erat. Bu Ratih yang hanya terpaku, entah kenapa dia melihat sebuah ketulusan di kedua manik mata Daren. Akan tetapi ada satu hal yang membuatnya sangat ragu dan di lema. "Tuan Daren sepertinya tulus pada Anna, tapi statusnya sebagai nyonya Renata hanya akan membawa masalah untuk Anna, bahkan semua orang mungkin akan mencemoohnya," batin Ratih. Setelah Anna dan Daren saling memeluk wanita paruh baya itu pun menghampiri dan mengingatkan keduanya. "Ann
Anna tercengang, dia sampai menutup mulut dengan kedua tangannya saat baru mengetahui semua kenyataan yang ada bahkan dia benar-benar tak habis pikir. "Tidak! itu tidak mungkin, bagaimana bisa mas Dirga begitu tega untuk mencelakai ku!" Dirga yang tak terima dengan cara Daren yang sengaja membuat Anna untuk menjauh dan membencinya. Pria itu pun segera menjelaskan. "Ana! apa yang di katakan oleh ka Daren itu bohong, aku tidak ingin mempunyai niat buruk padamu, dan aku benar-benar menyukaimu," Jelas Dirga beralibi. Mendengar perkataan Dirga yang berusaha untuk membela diri, membuat darah Daren mendidih. Dan tak kuasa lagi menahan diri untuk melayangkan kepalan tangannya tepat di wajah sepupunya itu. BLUGH! "Kau munafik sekali Dirga! Sudah jelas-jelas dirimu ingin mencelakai Anna dan calon bayinya." Bentak Daren yang sudah tak bisa lagi menahan emosi. Sampai Dirga terkena pukulan dan terjatuh tersungkur ke bawah lantai, tak terima di perlakukan kasar. Dirga berusaha mem