Bella menatapku dengan pandangan menyelidiki, sehingga aku merasa tidak nyaman.Namun, aku berinisiatif untuk datang dan berkata sambil tersenyum, "Kamu udah datang, apa kamu ke sini untuk menjenguk Kak Nia?"Aku tahu jika aku tidak mengambil inisiatif, Bella pasti akan marah besar padaku.Setelah sekian lama bersama Bella, aku mulai memahami beberapa kebiasaannya dengan perlahan.Bella adalah orang yang menanggapi kata-kata lembut, tetapi tidak menanggapi kata-kata kasar. Meskipun kata-katanya sangat tajam, dia sebenarnya memiliki hati yang baik.Pepatah mengatakan jangan tidak tahu terima kasih.Sekarang, aku tersenyum padanya. Dia tidak akan mempersulitku, bukan?Bella tidak menyangka aku akan seperti ini. Kata-kata itu tertahan di tenggorokannya dan tidak dapat diucapkan.Dia mencibir dengan ekspresi kesal, lalu berbalik dan pergi.Aku diam-diam menghela napas lega.Untungnya, sekarang aku sudah lebih cerdas. Sepertinya aku akan menggunakan trik ini untuk menghadapinya di masa mend
Yasan juga menghiburku.Semua orang sangat baik padaku.Aku sangat berterima kasih.Berkat orang-orang seperti itulah aku bisa melakukan sesuatu dengan tenang.Aku berkata pada semua orang, "Aku akan mentraktir kalian makanan lezat lain kali."Semua orang sangat gembira. Mereka berkata sangat menantikan hari ini.Saat kami sedang mengobrol dengan semangat, Zudith masuk dan menarikku ke samping. "Edo, Aula Juve hampir siap dan dapat dibuka kapan saja. Tapi, ada masalah kecil sekarang.""Masalah apa?"Beberapa waktu ini, Zudith bertanggung jawab atas Aula Juve. Aku dan Kiki merasa sangat lega.Jadi, aku tidak menduga akan terjadi masalah.Zudith berkata, "Si Dono. Dia selalu ingin terlibat dalam urusan toko. Dia selalu membuat onar. Aku sama sekali nggak cocok dengannya.""Kamu nggak bilang pada Hairu?"Zudith berkata, "Aku sudah bilang. Tapi, Hairu menyuruhku menanganinya sendiri. Dia suruh aku pukul saja. Dia bilang terserah padaku. Dia juga nggak suka dengan Dono. Tapi, menurutmu apa
Setelah selesai menelepon, Dono segera bertanya, "Bagaimana? Apa yang Edo katakan?"Hairu berkata sambil mencibir, "Bilang apa lagi. Dia pasti nggak setuju.""Kak, kenapa aku merasa Edo ingin mengusir kita berdua?" Dono sengaja mengompor.Hairu tidak bodoh. Dia tahu apa yang Dono pikirkan."Kalau kamu benar-benar bosan, pergilah membantu di barku. Jangan datang ke Aula Juve untuk sementara waktu.""Sekarang, toko belum buka. Kalau kita berselisih dengan Edo, siapa yang akan mencari pelanggan?"Dono berkata dengan enggan, "Tapi, aku dokter. Bagaimana mungkin kamu memintaku menjadi pelayan di bar?""Nggak terima? Nggak mau? Bro, yang penting bisa menghasilkan uang. Kenapa kamu begitu memedulikan hal ini?""Tapi, aku nggak mau jadi bartender, aku mau jadi dokter. Kalau Edo bisa, kenapa aku nggak?" Dono tidak mau menerimanya. Dia tidak mau menyerah.Alasan utamanya adalah sebelum aku bekerja di Aula Damai, dia selalu menjadi tukang pijat paling populer di toko. Namun, sejak aku bekerja, di
Pada pukul sebelas malam.Aku pergi lari malam di taman di bawah rumah kakakku.Tiba-tiba aku mendengar suara gemerisik seorang pria dan seorang wanita yang datang dari rerumputan."Wiki, kamu sebenarnya mampu nggak? Kamu bilang kamu nggak terangsang kalau di rumah. Aku ikut ke sini bersamamu, kenapa kamu masih seperti ini?"Saat aku mendengarnya, bukankah ini suara anggun Kak Nia?Bukankah kakakku dan Kak Nia pergi makan malam? Kenapa muncul di taman, bahkan di rerumputan?Biarpun belum pernah punya pacar, aku sudah menonton banyak video instruksional, jadi aku langsung mengerti bahwa mereka sedang mencari sensasi.Nggak kuduga kakakku dan Kak Nia jago mainnya! Mereka ternyata melakukannya di taman ... ini seru sekali.Mau tak mau aku pun mendekat dan menguping.Kak Nia sangat cantik dan memiliki bodi yang super seksi. Mendengar rintihan Kak Nia adalah impianku.Aku berjingkat ke rumput dan diam-diam menjulurkan kepalaku.Kulihat Kak Nia duduk di atas kakakku. Walaupun punggungnya men
"Lina, kamu sudah sampai, ayo masuk, duduk dulu." Selagi aku bertanya-tanya, Kak Nia menghampiri dan berkata kepada wanita itu dengan sangat antusias.Wanita itu masuk ke dalam rumah atas ajakan Kak Nia.Kak Nia memperkenalkan kami satu sama lain.Ternyata wanita itu adalah sahabatnya yang bernama Lina Lasma yang tinggal di sebelah."Lina, ini adik Wiki dari desa yang sama. Namanya Edo Didi. Dia baru tiba kemarin."Lina menatapku dengan heran, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak menyangka adiknya Wiki begitu muda dan tampan!""Edo baru saja lulus kuliah, bagaimana mungkin nggak muda? Selain itu, dia bukan hanya muda, dia juga sangat kuat."Entah apakah itu hanya imajinasiku, aku merasa perkataan Kak Nia ada maksud lain dan matanya menatap bagian tertentu di tubuhku.Itu membuatku merasa sangat tidak nyaman.Lina menatapku dari atas ke bawah dan bertanya, "Nia, kalau begitu tukang pijat yang kamu bicarakan itu adikmu ini 'kan?""Benar, itu Edo. Dia belajar ilmu pijat dari kakeknya
Aku segera berdiri seperti anak kecil yang berbuat jahat, "Kak ... Kak Nia, kenapa kamu ada di sini?"Lina pun merasa bersalah dan segera duduk di sofa.Wajah cantiknya semerah apel."Nia, jangan terlalu banyak berpikir. Nggak terjadi apa-apa antara aku dan Edo. Aku hanya merasa dada dan napas sesak, jadi ingin dia pijat." Lina menjelaskan dengan rasa bersalah.Kak Nia tersenyum dan berkata, "Aku nggak bilang apa-apa tentang kalian. Kenapa kamu gugup sekali?""Atau jangan-jangan kalian melakukan sesuatu yang buruk di belakangku?"Lina dan aku menggelengkan kepala pada saat bersamaan.Di saat yang sama, kami merasa panik.Aku ternyata menyentuh sahabat Kak Nia. Kalau Kak Nia mengetahui hal ini, dia pasti akan mengusirku.Tapi, Lina gelisah, dia berbohong bahwa ada urusan dan pergi dengan tergesa-gesa.Kulihat Kak Nia memandangi punggung Lina yang pergi dengan tertegun.Beberapa saat kemudian, Kak Nia menatapku dan berkata, "Edo, apa pendapatmu tentang sahabatku?""Hah?" tanya Kak Nia ti
Celana dalam ini lembut dan halus dan sepertinya masih ada sisa aroma Kak Nia di dalamnya.Merasakan pakaian dalam di tanganku, mau tak mau aku memikirkan tentang apa yang kudengar di pagi hari.Hal ini membuat aku semakin antusias dan bersemangat.Aku tidak bisa benar-benar terjadi apa-apa dengan Kak Nia, tapi aku bisa saja berfantasi dengan barangnya 'kan?Berpikir seperti ini, aku melepaskan ikat pinggangku dan memasukkan celana dalamku ke dalamnya.Tepat ketika aku hendak menggunakan kelima jariku untuk melampiaskan hasratku, tiba-tiba ada ketukan di pintu.Aku ketakutan sampai rohku hampir melayang dan aku hampir muncrat.Di rumah hanya ada dua orang, Kak Nia dan aku.Aku segera mengeluarkan celana dalam itu dan menaruhnya di rak handuk.Lalu berkata dengan perasaan bersalah, "Kak Nia, ada apa?""Edo, apa kamu berbuat jahat di dalam sana?" tanya Kak Nia."Hah? Aku, aku nggak." Aku merasa sangat bersalah."Lalu kenapa suaramu bergetar?"Kak Nia membuatku takut hanya dengan satu kal
Setelah Lina melepas celana dalamnya, dia memasukkannya ke dalam tas dan melihat ke luar jendela seolah tidak terjadi apa-apa.Tapi, wajahnya yang cantik memerah dan kakinya dijepit erat.Aku kebetulan bisa melihat penampilannya secara keseluruhan di kaca spion.Penampilannya yang pemalu dan gelisah itu terlalu menawan.Terutama di antara kedua kakinya, itu membuatku berfantasi.Kak Nia luar biasa, entah apa yang dia katakan dengan Lina hingga membuat Lina melakukan hal seperti itu."Drrt drrt." Ponsel tiba-tiba bergetar.Aku membuka WhatsApp dan menemukan bahwa itu adalah pesan dari Kak Nia.Kak Nia, "Sudah lihat?"Aku malu dan bersemangat, juga tidak tahu harus berkata apa, jadi aku mengirim ekspresi tersenyum pada Kak Nia.Pesan Kak Nia segera terkirim, "Lina sedikit pemalu sepertimu, tapi aku akan membiarkan pikiran dia terbuka perlahan, kamu harus memanfaatkan kesempatan."Aku menjawab, "Oke."Aku sangat bersemangat, Kak Nia sangat mahir dalam membantu.Sesampainya di mal, Kak Nia
Setelah selesai menelepon, Dono segera bertanya, "Bagaimana? Apa yang Edo katakan?"Hairu berkata sambil mencibir, "Bilang apa lagi. Dia pasti nggak setuju.""Kak, kenapa aku merasa Edo ingin mengusir kita berdua?" Dono sengaja mengompor.Hairu tidak bodoh. Dia tahu apa yang Dono pikirkan."Kalau kamu benar-benar bosan, pergilah membantu di barku. Jangan datang ke Aula Juve untuk sementara waktu.""Sekarang, toko belum buka. Kalau kita berselisih dengan Edo, siapa yang akan mencari pelanggan?"Dono berkata dengan enggan, "Tapi, aku dokter. Bagaimana mungkin kamu memintaku menjadi pelayan di bar?""Nggak terima? Nggak mau? Bro, yang penting bisa menghasilkan uang. Kenapa kamu begitu memedulikan hal ini?""Tapi, aku nggak mau jadi bartender, aku mau jadi dokter. Kalau Edo bisa, kenapa aku nggak?" Dono tidak mau menerimanya. Dia tidak mau menyerah.Alasan utamanya adalah sebelum aku bekerja di Aula Damai, dia selalu menjadi tukang pijat paling populer di toko. Namun, sejak aku bekerja, di
Yasan juga menghiburku.Semua orang sangat baik padaku.Aku sangat berterima kasih.Berkat orang-orang seperti itulah aku bisa melakukan sesuatu dengan tenang.Aku berkata pada semua orang, "Aku akan mentraktir kalian makanan lezat lain kali."Semua orang sangat gembira. Mereka berkata sangat menantikan hari ini.Saat kami sedang mengobrol dengan semangat, Zudith masuk dan menarikku ke samping. "Edo, Aula Juve hampir siap dan dapat dibuka kapan saja. Tapi, ada masalah kecil sekarang.""Masalah apa?"Beberapa waktu ini, Zudith bertanggung jawab atas Aula Juve. Aku dan Kiki merasa sangat lega.Jadi, aku tidak menduga akan terjadi masalah.Zudith berkata, "Si Dono. Dia selalu ingin terlibat dalam urusan toko. Dia selalu membuat onar. Aku sama sekali nggak cocok dengannya.""Kamu nggak bilang pada Hairu?"Zudith berkata, "Aku sudah bilang. Tapi, Hairu menyuruhku menanganinya sendiri. Dia suruh aku pukul saja. Dia bilang terserah padaku. Dia juga nggak suka dengan Dono. Tapi, menurutmu apa
Bella menatapku dengan pandangan menyelidiki, sehingga aku merasa tidak nyaman.Namun, aku berinisiatif untuk datang dan berkata sambil tersenyum, "Kamu udah datang, apa kamu ke sini untuk menjenguk Kak Nia?"Aku tahu jika aku tidak mengambil inisiatif, Bella pasti akan marah besar padaku.Setelah sekian lama bersama Bella, aku mulai memahami beberapa kebiasaannya dengan perlahan.Bella adalah orang yang menanggapi kata-kata lembut, tetapi tidak menanggapi kata-kata kasar. Meskipun kata-katanya sangat tajam, dia sebenarnya memiliki hati yang baik.Pepatah mengatakan jangan tidak tahu terima kasih.Sekarang, aku tersenyum padanya. Dia tidak akan mempersulitku, bukan?Bella tidak menyangka aku akan seperti ini. Kata-kata itu tertahan di tenggorokannya dan tidak dapat diucapkan.Dia mencibir dengan ekspresi kesal, lalu berbalik dan pergi.Aku diam-diam menghela napas lega.Untungnya, sekarang aku sudah lebih cerdas. Sepertinya aku akan menggunakan trik ini untuk menghadapinya di masa mend
"Masalah ini kita bicarakan nanti. Johan bukan siapa-siapa. Dia nggak bisa membuat masalah besar."Aku tidak menyangka Bella akan menghiburku. Kekhawatiranku pun berkurang banyak.Dibandingkan dengan Johan si bajingan itu, urusan Nia memang lebih penting.Aku mengangguk mengisyaratkan aku mengerti.Aku melihat waktu sudah hampir pukul delapan. Sudah waktunya aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Nia.Semalam, Cindy yang menjaga Nia. Aku turun ke bawah dan membelikannya sarapan. Aku tidak tahu apa yang disukai wanita itu, jadi aku membeli beberapa jenis makanan.Cindy tampak sangat lelah. Aku bahkan melihat lingkaran hitam di bawah matanya.Saat makan, dia terus menguap.Kami tidak berbicara. Kami hanya memakan makanan masing-masing.Setelah sarapan, aku meminta Cindy kembali. Aku memberitahunya bahwa aku akan menjaga Nia.Cindy bertanya, "Apa hubunganmu dengan Kak Nia? Kenapa kamu ingin menjaganya?"Pertanyaannya itu membuatku terdiam.Aku tidak menyangka wanita ini akan bertanya se
"Rasa takut juga merupakan salah satu bentuk kepedulian, 'kan?" tanya Yani padaku.Aku benar-benar merasa bahwa apa yang Yani katakan masuk akal. Aku tidak dapat membantahnya sama sekali.Hanya saja, aku tidak ingin mengakuinya.Saat ini, seorang polisi datang untuk melaporkan situasi setelah memeriksa tempat kejadian. Yani pun kembali bekerja.Sekitar pukul tiga pagi, mobilku diderek. Aku juga kembali.Jika bukan karena Bella, semuanya tidak akan berakhir secepat ini.Selain itu, Bella mengantar aku dan Dora kembali.Aku meminta Bella mengantarku ke rumah Nia.Bella mengerutkan kening dan menatapku, "Kapan kamu pindah ke sini?""Ah?""Bukankah kamu menyewa rumah sendiri? Kapan kamu pindah ke sini?" tanya Bella padaku.Akhirnya, aku bereaksi.Aku menjelaskan, "Dua hari terakhir ini, dua orang temanku menginap di rumah kontrakanku. Rumahku sudah nggak dapat menampung lagi, jadi aku pindah ke sini.""Sekarang, akhirnya aku bisa bersama dengan Nia secara terbuka. Kamu pasti sangat senang,
Bella langsung mengeluarkan sebuah lipstik dari tasnya.Mata polisi wanita itu langsung membelalak. Dia tampak sangat senang. "Armani edisi terbatas, aku sudah lama ingin membelinya, tapi nggak berhasil. Nona Bella memang royal. Kamu memberikannya padaku secara gratis?""Aku punya beberapa. Kenapa kalau aku memberimu satu?""Astaga, kamu benar-benar royal. Aku benar-benar ingin tahu siapa yang begitu nggak hebat sampai-sampai menyuruh Nona Bella mengerahkan begitu banyak pasukan."Saat berkata, mata polisi itu tertuju padaku.Aku segera membuang muka.Sekarang, aku selalu mengingat instruksi Bella. Aku tidak akan sembarangan memandang wanita mana pun.Namun, polisi wanita itu menemukan sesuatu yang salah. Dia menunjuk ke arahku dan bertanya pada Bella, "Apa karena pria ini? Astaga, Nona Bella, Kamu pacaran? Hanya untuk pria seperti ini?"Polisi itu tampak sangat terkejut.Wajah Bella tiba-tiba menjadi masam. "Kamu mau lipstik itu? Kalau nggak, kembalikan saja padaku."Saat berkata, Bel
"Kalau bajingan sepertimu dibiarkan tinggal di Kota Jimba, aku nggak tahu apa yang akan kamu lakukan pada Kak Nia."Wiki merangkak ke arahku lagi, lalu memohon padaku, "Edo, aku salah. Aku benar-benar tahu aku salah. Tolong jangan lakukan ini padaku.""Kita berasal dari desa yang sama. Aku juga pernah menolongmu sebelumnya. Mohon maafkan aku kali ini."Aku menendangnya menjauh.Bella menelepon. Tidak lama kemudian, Andre muncul."Nona.""Kirim dia pergi dari Kota Jimba. Jangan pernah biarkan dia kembali lagi," kata Bella dengan nada dingin."Oke."Andre berjalan ke arah Wiki.Wiki merangkak maju menggunakan tangan dan kakinya dengan sedih.Namun, tidak peduli seberapa keras dia berjuang, Wiki tidak dapat melepaskan diri dari Andre.Saat aku melihat Wiki diseret pergi oleh Andre, akhirnya amarah di hatiku mereda.Aku merasa seakan seluruh tenagaku telah terkuras habis. Seketika, aku terjatuh ke tanah."Edo, kamu baik-baik saja?" tanya Dora padaku dengan ekspresi khawatir."Nggak apa-apa
Aku pergi ke kursi penumpang, lalu menarik Wiki keluar dari mobil.Kemudian, mobil itu kehilangan keseimbangan, miring dan terguling ke jalan.Untungnya, tidak ada orang yang terluka.Aku tidak ingin memedulikan mobil itu. Melainkan, aku mendekati Wiki.Wiki mengalami luka pada salah satu lengan dan kakinya. Selain itu, salah satu lengannya tidak dapat digerakkan, sehingga dia seperti seekor domba yang akan disembelih.Aku menempelkan pisau ke lehernya. Dia langsung menjadi sangat takut hingga berteriak ketakutan. Mereka meminta pertolongan Bella dan Dora.Hanya saja, kedua wanita itu mengabaikannya."Edo, ada seribu cara untuk membunuhnya. Kamu seharusnya nggak menggunakan cara yang baru saja kamu gunakan."Bella menatapku dengan ekspresi dingin. Dia selalu terlihat cuek dan bersih. Namun, sekarang pipinya kotor dan rambutnya sedikit berantakan.Melihat penampilan Bella seperti ini, aku merasa sangat bersalah.Saat-saat kritis seperti itu, Bella mengabaikan statusnya sebagai wanita ka
"Kamu salah. Aku manusia, kamu bukan. Kamu bahkan nggak punya rasa kemanusiaan. Kamu sama sekali nggak pantas disebut manusia."Aku ingin membunuhnya. Aku bahkan memegang pisau dengan erat.Saat melihatku memegang pisau, Wiki semakin panik. "Edo, jangan lakukan hal bodoh. Itu nggak sepadan untuk sampah sepertiku.""Memang nggak sepadan."Mendengarku mengatakan ini, Wiki menghela napas lega.Namun, aku melanjutkan, "Tapi, kalau kamu dibiarkan hidup, kamu akan menjadi ancaman terbesar bagi Kak Nia.""Aku nggak akan membiarkan siapa pun menyakiti Kak Nia lagi!"Sambil berkata, aku mengangkat pisauku dan menusuk paha Wiki dengan keras.Wiki langsung berteriak kesakitan.Saat dia meronta dengan keras, mobilnya mulai berguncang hebat seakan bisa jatuh kapan saja.Wiki langsung memohon padaku, "Edo, kamu masih sangat muda. Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti itu? Aku sudah tahu aku salah, biarkan aku pergi. Kita bisa turun bersama, aku akan menceraikan Nia. Aku akan merestui hubungan kali