"Akhir-akhir ini, Johan mencari seseorang untuk membunuhku. Mari kita berakting. Biarkan Johan turun tangan."Barto memang sangat licik. Dia langsung mengerti apa yang aku maksud. "Kamu ingin aku menempatkan beberapa orang di sekitar Johan, lalu memasang perangkap untuk menjebak Johan?""Yah."Barto bersandar di kursinya sambil menyilangkan kakinya. "Kamu mencoba memasang jebakan dengan menjadikanmu sebagai umpan, apa kamu nggak takut Johan benar-benar akan membunuhmu?"Aku menahan amarahku dan berkata dengan gigi terkatup, "Kalau aku nggak melakukan ini, bagaimana Johan akan tertipu? Aku nggak bisa membunuh Johan, tapi kamu bisa memenjarakannya seumur hidup. Aku nggak akan merasa rugi."Barto tidak segera menjawab pertanyaanku, tetapi dia memikirkan sesuatu.Aku sangat gugup. Aku takut dia akan menolak.Barto berpikir sejenak. Akhirnya, dia berkata, "Oke, aku akan bekerja sama denganmu."Akhirnya, hatiku yang selalu gelisah pun merasa tenang.Namun, Barto segera menambahkan, "Tapi, ke
Tidak lama setelah kakekku mati, aku bertanya pada orang tuaku di mana buku medis itu berada. Namun, saat itu buku itu sudah hilang.Aku mengira buku itu diambil secara diam-diam oleh Wiki saat itu.Wiki adalah bajingan yang sangat jahat. Sayang sekali keluarga kami terlalu baik hati. Kami tidak pernah menyadari penyamarannya.Setelah dokter memeriksa Nia, aku pergi ke Departemen Bedah.Mary datang merawat Wiki. Saat aku masuk, aku melihat Wiki memasukkan tangannya ke dalam rok Mary.Nia masih koma. Bajingan ini malah menggoda wanita lain di rumah sakit.Dia tidak lagi layak disebut manusia. Dia seperti seekor binatang.Saat Wiki melihatku, dia berkata dengan nada dingin dan sarkastis, "Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu nggak menjaga istriku dengan baik? Kenapa kamu datang melihat aku berhubungan dengan wanita lain?"Aku tertawa.Wiki mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu tertawakan?"Aku menarik kursi dan duduk. Aku memasukkan satu tanganku di saku. Faktanya, aku mengambil po
Mary tidak mengatakan apa-apa. Namun, dari sorot matanya, terlihat jelas dia sedikit tersentuh.Aku benar-benar terkesan dengan wanita ini. Dia berhasil dibujuk hanya dengan beberapa kata. Betapa bodohnya wanita ini!Tidak heran Wiki dapat mempermainkannya.Namun, bukankah sebelumnya aku sama seperti Mary?Tidak ada seorang pun yang dilahirkan memiliki akal dan kecerdasan yang cukup untuk mengetahui kemunafikan dan kejahatan orang lain.Aku tidak menyalahkan Mary. Sebaliknya, aku merasa simpati pada wanita itu. Karena aku melihat dari sorot mata Wiki bahwa dia sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap Mary. Dia hanya menipu wanita lugu itu.Faktanya sama seperti yang aku harapkan.Alasan mengapa Wiki enggan melepaskan Mary karena dia bisa mendapatkan kepuasan dari tubuh Mary.Tubuh Mary sangat sensitif. Bahkan Wiki yang memiliki ukuran pendek pun bisa membuatnya sangat bergairah.Sementara Wiki tidak pernah mendapatkan pengalaman seperti ini dari Nia.Setelah bertemu Mary, akhirnya
Fajar tidak mengatakan apa pun. Kemudian, dia berbalik.Setelah beberapa saat, Bella muncul.Bella juga menyadari ada yang tidak beres denganku. "Berapa lama dia berlatih hari ini?""Nona Bella, dia sudah berlatih selama lebih dari tiga jam.""Dia mau mati? Dia nggak istirahat tadi malam. Dia masih berlatih seperti ini hari ini."Bella berjalan mendekat dengan sepatu hak tinggi. "Edo, aku perintahkan kamu untuk beristirahat."Aku melirik Bella dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Aku terus berlatih.Bella sangat marah dan menamparku dengan keras. "Siapa yang ingin kamu buat terkesan? Kamu hanya membuat dirimu terkesan. Kamu nggak berolahraga dengan baik sebelumnya. Tapi, sekarang kamu merasa cemas. Apa kamu pikir kamu adalah pahlawan dalam novel?""Kembali dan istirahatlah!"Aku mengabaikan rasa terbakar di wajahku. Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku nggak berusaha membuat orang lain terkesan. Aku juga nggak melampiaskan emosiku dengan cara ini. Aku hanya ingin memanfaat
Akhirnya, aku tidak merasa khawatir lagi.Aku menelepon Dora dan mengakui semuanya.Dora memarahiku dengan tegas, "Edo, kamu gila, ya? Siapa Barto? Siapa Johan? Beraninya kamu mendekati mereka?"Dora tidak menyalahkanku karena membocorkan informasi tentang penyelidikan Johan pada Barto, tetapi dia khawatir tentang keselamatanku.Aku merasa sangat bersalah padanya."Bu Dora, semuanya sudah seperti ini. Nggak ada ruang menyesal lagi. Aku meneleponmu untuk meminjam beberapa peralatan. Malam ini, aku akan mendapatkan bukti tentang Johan.""Pinjam apanya? Kamu karyawanku. Apa aku akan mengabaikanmu kalau kamu sedang dalam masalah?"Perkataan Dora membuatku menangis."Bu Dora, kenapa kamu begitu baik?"Dora berkata dengan marah, "Kamu cukup tahu aku baik-baik saja. Jangan sembunyikan apa pun dariku di masa mendatang. Aku merekrutmu, jadi aku harus bertanggung jawab atas keselamatanmu.""Kalau begitu, kamu nggak takut menyinggung Johan?""Tentu saja aku takut, tapi aku membuka kantor detektif
Aku tahu semuanya berjalan sesuai rencanaku, tetapi aku belum bertemu Johan.Sebelum Johan muncul, aku masih merasa sedikit tidak yakin.Aku sengaja menatap kemeja bermotif bunga itu dan bertanya, "Siapa kamu? Apa yang ingin kamu lakukan?""Seseorang meminta kami untuk memotong salah satu lengan dan kakimu," kata pria berbaju bunga itu dengan kooperatif.Aku sengaja bertanya, "Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Bahkan kalau aku mati, biarkan aku mati dengan tenang."Saat berkata, aku memandang mobil van itu dan bertanya-tanya apakah Johan berada di dalam?Aku menggertakkan gigiku dan berkata dengan nada sinis, "Orang yang mempekerjakanmu benar-benar pengecut, mereka bahkan nggak berani menunjukkan wajah mereka.""Hei, Edo, bukankah kamu hanya ingin menemuiku?" Suara Johan datang dari mobil.Aku diam-diam menghela napas lega.Untungnya, Johan benar-benar datang.Akhirnya, hatiku merasa tenang.Aku menatap Johan dengan tatapan dingin. "Johan, apa yang ingin kamu lakukan? Kamu melanggar
Hal ini menunjukkan betapa seriusnya perasaan rendah diri yang dimilikinya."Patahkan salah satu kakinya dulu!" teriak Johan pada orang-orang itu dengan marah.Para preman itu menyerbu ke arahku sambil membawa senjata di tangan.Pria dengan kemeja bermotif bunga itu mengedipkan mata padaku. Dia mengisyaratkan agar aku bersembunyi di sudut agar tidak ketahuan.Aku segera berbalik dan berlari ke sudut.Para preman itu bergegas menghampiri. Kemudian, pria kemeja bermotif bunga itu dan beberapa orang lainnya berdiri di hadapanku. Mereka tampak memukuliku, tetapi sebenarnya mereka melindungiku.Saat aku melihat waktunya hampir tiba, aku mulai memberontak.Aku menekan amarah dalam hatiku. Sekarang, aku melampiaskan amarahku pada orang-orang itu."Ah ...."Aku berteriak sambil memukul dan menendang.Aku sangat ingin membunuh orang-orang ini.Orang-orang itu ketakutan dengan tindakanku. Awalnya, mereka sangat agresif. Namun, sekarang mereka semua mundur.Emosiku meledak. Kemudian, aku berteria
Johan tidak menyangka bahwa orang yang dicarinya justru akan berbalik melawannya."Apa yang kalian lakukan? Apa yang kalian lakukan? Kalian mau memberontak?" Johan sangat marah hingga berteriak dengan panik.Pria dengan kemeja bermotif bunga mendengus dingin. "Pak Barto memintamu untuk kembali."Di antara orang-orang yang dikenal Johan, hanya ada satu orang yang bernama Barto. Jadi, orang yang terlintas pertama kali dalam benaknya adalah Barto, ayah mertuanya.Johan tiba-tiba menyadari bahwa ini semua adalah jebakan.Barto dan aku bekerja sama untuk membuatnya jatuh ke dalam jebakan mereka.Sayangnya, dia baru bereaksi sekarang.Johan tahu betul apa yang akan terjadi jika dia jatuh ke tangan Barto.Dia tidak bisa kembali. Dia juga tidak akan kembali."Sialan." Johan mengambil batu bata dan melemparkannya ke arah pria dengan kemeja bermotif bunga, kemudian dia segera melompat ke dalam mobil van dan melaju pergi.Tidak seorang pun yang menduga akan seperti ini.Setelah pria dengan kemeja
"Edo, kamu menendangku? Aku mengerti. Kamu memiliki banyak pasukan, jadi kamu menindasku. Kalian sehati dan memperlakukanku sebagai orang luar, 'kan?"Aku berkata terus terang, "Aku nggak pernah menganggapmu sebagai orang dalam. Saat pertama kali kita mulai bekerja sama, kita sepakat bahwa aku akan bertanggung jawab atas urusan klinik. Kamu dan Dono nggak akan ikut campur.""Aku nggak memintamu merugikan klinik." Hairu sangat marah.Aku tetap berkata dengan nada dingin, "Aku bilang aku akan mengganti rugi. Laporan keuangan bersifat publik. Aku nggak akan berutang sepeser pun.""Tapi, kalau kamu ingin memperkaya diri sendiri, aku nggak akan setuju. Kalau kamu ingin menghasilkan uang, kamu harus mencari cara untuk mendapatkan herba itu sendiri. Semua herba di klinik dibeli olehku. Kenapa aku harus membiarkanmu memperkaya diri sendiri?"Hairu merasa bersalah. Dia mulai berdebat denganku, "Aku menggunakan herba di klinik. Aku juga akan membelinya kembali. Bagaimana aku bisa dikatakan mempe
"Nggak bisa," tolak Hairu dengan tegas.Aku menahan amarahku, lalu bertanya, "Jadi, apa yang kamu inginkan?""Pergilah ke klinik Harmin. Pinjam ginseng dan Ganoderma mereka."Hairu memintaku meminjamnya. Bukan membelinya.Maksudnya adalah dia ingin menjual barang-barang itu dengan harga yang sama untuk memastikan keuntungannya maksimum.Harapannya sungguh luar biasa.Dia ingin menghasilkan uang. Dia juga ingin aku mengisi mengganti rugi. Aku juga yang harus membalas budi Aula Damai.Aku bisa menahan semua ini.Siapa pun yang melakukan kesalahan harus membayarnya.Namun, masalahnya adalah Hairu mengatakan bahwa keuntungan dari uang ini akan menjadi miliknya.Hal ini membuatku sangat marah, "Atas dasar apa?""Aku yang membawa pelanggan itu. Bukankah seharusnya keuntungan mereka menjadi milikku?"Aku marah hingga tertawa. "Jadi, maksudmu adalah kami yang mengelola klinik. Pendapatan hariannya akan menjadi milik kami?""Kalian ingin mengelola klinik, itu karena kalian bersedia. Kalian yang
Saat kami sedang berbincang, seorang pegawai mengetuk pintu dan berkata, "Bos, Pak Hairu datang. Dia ingin berbicara dengan kalian."Hairu?"Oke, aku mengerti."Saat kami keluar dari kantor, kami melihat Hairu di lobi. Dia tersenyum sambil memperkenalkan sesuatu pada beberapa orang."Semuanya, izinkan aku memberi tahu kalian, herba di toko kami asli dan berkualitas. Terutama ginseng liar dan ganoderma ini adalah produk kualitas terbaik.""Kita sudah kenal lama. Kalian bantulah bisnisku, itu adalah suatu kebaikan bagiku. Aku akan memberikan harga yang lebih rendah."Hairu tidak datang sendirian. Dia membawa beberapa orang bersamanya. Tampaknya para bos ini berencana membeli obat kuat seperti ginseng liar dan Ganoderma.Namun, masalahnya adalah semua ginseng liar dan Ganoderma berkualitas di toko telah dijual ke Tiano.Saat ini, kami belum menyetok kembali persediaannya.Aku meminta Kiki dan Zudith untuk menyapa para bos dulu, lalu aku menarik Hairu ke samping. "Kita nggak punya ginseng
"Oke!"Luis berbalik dan pergi.Tiano menyalakan cerutu dengan ekspresi masam.Awalnya, dia ingin memanfaatkan kejadian ini untuk menjebloskanku ke penjara. Namun, dia malah merugikan dirinya sendiri.Hal ini mengakibatkan dia kehilangan anak buah terpercaya.Tiano pasti akan meminta pertanggungjawabanku atas hal ini....Karena kami berangkat sore hari, kami tiba di Kota Jimba setelah pukul 11.Sepanjang jalan, kami tidak beristirahat dan tidak makan.Alasan utamanya karena aku takut akan terjadi sesuatu di sepanjang jalan.Setelah kembali ke Kota Jimba, aku dan Dora baru merasa tenang.Kami kelaparan. Reaksi pertama kami adalah mencari restoran untuk makan."Aku telah bertanya. Aku menemukan Tiano masih di Kota Jimba. Berhati-hatilah saat kami kembali nanti." Dora memiliki koneksi yang luas. Sebelum kami tiba di Kota Jimba, dia telah mengetahui keberadaan Tiano.Aku mengangguk dengan berat. "Aku tahu. Kamu juga."Setelah makan malam, kami berpisah.Aku duduk di mobil dan berpikir, "H
Kami menunggu di kantor polisi sebentar, lalu seorang pria paruh baya berseragam polisi berjalan masuk.Aku kenal dengan pria paruh baya ini. Dia adalah polisi yang bertugas ketika Ilham dan lainnya ditangkap."Paman, kamu sudah sampai." Dora berlari dengan gembira.Aku terkejut. Aku tidak menyangka polisi tua itu adalah pamannya Dora.Kebetulan sekali.Saat melihatku, polisi tua itu sedikit terkejut. "Dik, kenapa kamu ada di sini?""Paman, kalian saling kenal?"Aku menjelaskan, "Pamanmu adalah petugas yang menangkap Ilham. Kami pernah bertemu sebelumnya.""Begitu ya, Paman. Kami sedang diikuti sekarang. Tolong utus seseorang untuk melindungi kami."Damian Nediva bertanya, "Apa yang terjadi? Siapa yang berani sekali? Beraninya mereka mengikuti kalian di siang bolong?""Kemungkinan besar mereka anak buah Tiano. Ilham yang kamu tangkap siang tadi juga anak buah Tiano."Ekspresi Damian menjadi masam. "Kuncinya adalah Ilham nggak mengakui bahwa dia memiliki hubungan dengan Tiano. Dia bersi
Meskipun aku merasa sangat sedih, aku tidak dapat memikirkan cara yang lebih baik.Aku tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini.Jangankan meminta uang. Aku takut Tiano mungkin ingin membunuhku."Kalau begitu, mari kita kembali ke Kota Jimba sore ini untuk menghindari Tiano membuat masalah lagi padamu," saran Dora.Aku juga berpikir seperti itu.Ibu kota adalah wilayah Tiano. Begitu datang, aku telah menyebabkan masalah besar untuknya. Tiano pasti tidak akan melepaskanku.Kami tidak tinggal lebih lama lagi. Kamu langsung mengurus prosedur check-out.Aku berpikir untuk kembali ke Kota Jimba sesegera mungkin.Namun, saat mobil sudah setengah jalan, aku menyadari ada sesuatu yang salah.Ada sedan hitam yang mengikuti kami sepanjang jalan.Untuk memastikannya, aku mengambil jalan memutar. Namun, mobil itu masih mengikuti kami."Celaka, kita sedang diikuti," kataku pada Dora dengan berat hati.Dora menoleh ke belakang. Dia segera mengambil keputusan. "Langsung pergi ke kantor polis
Aku tidak berkata apa-apa. Aku berbalik dan mencoba untuk berlari keluar.Ilham menyadari tindakanku. Dia segera berkata kepada anak buahnya, "Hentikan dia. Cepat hentikan dia. Jangan biarkan dia lolos!"Ketiga anak buahnya segera berlari ke arahku.Aku melihat mobil polisi datang hingga memberiku harapan.Aku menendang salah satu anak buah itu hingga terjatuh di lantai.Namun, salah satu anak buahnya menarik bajuku dan yang satu lagi menarik tasku, sehingga aku tidak dapat melarikan diri tepat waktu.Mereka berusaha mati-matian untuk merebut tas itu.Ilham juga berusaha untuk memasukkan uang di lantai ke dalam tasnya dan mencoba melarikan diri.Dalam situasi darurat, aku langsung melompat ke arah anak buahnya dan mendekap erat tas itu dengan tubuhku."Sialan, matilah!"Aku mendengar raungan Ilham. Aku berbalik tanpa sadar. Aku melihat Ilham memegang belati dan hendak menusukku.Aku segera menghindar, tetapi belati itu tetap menggores bahuku.Bahuku tergores. Sementara anak buahnya yan
"Kalau kamu mengambil uang itu dan menghabiskannya, polisi akan segera menangkapmu."Aku tercengang dan ketakutan.Aku hanya melihat insiden pencucian uang dalam novel dan film. Aku tidak menyangka akan menemuinya dalam kehidupan nyata.Selain itu, itu adalah jebakan yang sengaja dipasang untuk mencelakaiku.Bagaimana mungkin manusia biasa sepertiku pernah mengalami hal seperti itu?Saat itu, aku merasa sangat gugup."Sialan. Berengsek sekali, mereka mau mencelakaiku seperti ini.""Aku mau lapor polisi!"Aku mengeluarkan ponselku. Namun, aku merasa gelisah lagi, jadi aku menatap Jeff dan bertanya, "Menurutmu, apa aku bisa menghukum mereka kalau aku lapor polisi?""Buktinya kuat, jadi kamu dapat menghukum mereka. Kalau kamu dapat melibatkan dalang di balik ini, kamu akan memberikan kontribusi besar."Aku tidak peduli apakah akan melibatkan dalangnya atau tidak. Aku tidak bisa melepaskan mereka begitu saja.Mereka bahkan menggunakan metode ini untuk mencelakaiku. Beruntungnya, aku mengun
Saat aku keluar dari mal, waktu sudah hampir pukul 12. Aku langsung kembali ke hotel.Setelah istirahat sebentar, aku akan pergi ke Perusahaan Handa sebentar lagi.Dora tidak ada di kamarnya. Dia pasti mengajak Lionel berbelanja.Aku bisa bersantai.Aku bermain ponselku di kamar sebentar. Saat jam satu, aku berangkat menuju Perusahaan Handa.Jam setengah dua, aku tiba di Perusahaan Handa.Aku menambahkan kontak WhatsApp Jeff, lalu mengirimkan lokasinya.Dalam waktu kurang dari 20 menit, seorang pemuda tampan berjas muncul di hadapanku.Dia adalah Jeff, Direktur Keuangan Perusahaan Isabell.Saat pertama kali melihat Jeff, aku merasa kagum dan hormat yang mendalam terhadapnya.Jeff memiliki temperamen yang lembut dan elegan. Dia juga sangat tampan. Hal yang terpenting adalah dia memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.Aku memperkenalkan diri.Jeff berjabat tangan denganku dengan sopan.Aku menjelaskan situasiku padanya secara singkat. "Aku nggak tahu trik apa yang akan mereka lakukan na